Pekanbaru, (Antarariau.com) - Maskapai Xpress Air berharap jumlah penumpang pada rute domestik Pekanbaru-Palembang bisa meningkat terutama menjelang fenomena gerhana matahari total pada 9 Maret 2016, karena di Provinsi Riau diperkirakan cuma terkena bayangan saja.
Kepala Stasiun Xpress Air Pekanbaru, Rizon Jayadi di Pekanbaru, Selasa, mengatakan fenomena alam berupa gerhana matahari total (GMT) jarang terjadi dilintasan yang sama atau daerah edarnya, dapat meningkatkan jumlah penumpang dari wisatawan yang menggunakan maskapai tersebut.
"Kami berharap, fenomena gerhana matahari iitu bisa dongkrak jumlah penjualan tiket Xpress Air di Pekanbaru atau terutama dari Riau ke Palembang. Karena dibutuhkan waktu sekitar 350 tahun lagi untuk saksikan ditempat yang sama," katanya.
Rizon berujar, sejak 18 Desember 2025 maskapai tersebut resmi menerbangi dua rute baru di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru yakni rute Palembang-Pekanbaru pergi pulang dan Pekanbaru-Tanjung Pinang pergi pulang satu kali setiap hari.
Namun terhitung tanggal 24 Januari 2016 atau satu bulan lebih setelah secara resmi beroperasi, maskapai itu kurangi frekuensi kedua rute terbang dengan alasan tingkat isian penumpang atau Seat Load Factor (SLF) menjadi empat kali sepekan yakni setiap Selasa, Kamis, Jumat dan Ahad.
Xpress Air operasikan pesawat kecil jenis Dornier tipe 328-800 kapasitas 32 kursi dengan tiba dari Palembang jam 10.30 WIB, lalu Pekanbaru-Tanjung Pinang pukul 11.55 WIB, Tanjung Pinang-Pekanbaru pukul 15.30 WIB dan kembali menuju Palembang dari Pekanbaru jam 16.40 WIB.
"Tapi untuk penumpang rute menuju Palembang sudah bagus. Rata-rata isian penumpang sekitar 80 persen sekali terbang," ucap Rizon.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang menyebut, kemungkinan Provinsi Riau terkena bayangan Gerhana Matahari Total (GMT) diperkirakan terjadi pada 9 Maret 2016.
"Riau bukan daerah lintasan GMT. Saat terjadi gerhana di pagi hari, agak gelap saja terkena bayangan," ujar Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat, Rahmat Triyono.
Kondisi di provinsi tersebut, lanjut dia, sama seperti di wilayah Sumatera Barat, terutama daerah bagian Pesisir Selatan dan Kota Padang saat terjadinya gerhana matahari pada pagi hari.
GMT melintasi 11 provinsi mulai dari Mukomuko di Bengkulu, lalu Sumatera Selatan, Jambi bagian Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat bagian Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.
"Jadi mungkin di Riau hanya terkena bayangan saja. Tetap gelap disana, cuma gelapnya tidak seperti di jalur GMT. Lintasan atau titik-titik gerhananya cuma satu setengah menit, kalau tak salah," terang Rahmat.
Berita Lainnya
Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja imbau tak manfaatkan momen Ramadhan untuk berkampanye
23 March 2023 15:20 WIB
Penyelundupan 1,3 kg sabu-sabu di Banjarmasin disinyalir manfaatkan momen pilkada
15 December 2020 13:12 WIB
Wamenag: masyarakat Terkecoh, "Baiat" ISIS Manfaatkan Momen Penderitaan Palestina
26 August 2014 20:45 WIB
60 Ribu UKM Riau Diminta Manfaatkan Momen ISG
19 October 2012 18:00 WIB
BMKG pantau hilal 1 Syawal 1444 Hijriyah dan gerhana matahari di Dermaga Cinta Ancol
20 April 2023 13:46 WIB
BMKG: Durasi gerhana matahari di Bali selama tiga jam
20 April 2023 12:44 WIB
BMKG ingatkan warga agar tak lihat proses gerhana matahari secara langsung
20 April 2023 9:11 WIB
BRIN bentuk tiga tim untuk teliti gerhana matahari hibrida di Biak, Papua
19 April 2023 14:36 WIB