Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan agar masyarakat tidak melihat proses gerhana matahari hibrid secara langsung karena dapat merusak mata.
"Jangan melihat proses gerhana secara langsung, radiasi matahari dapat merusak mata kita. Gunakanlah kacamata khusus yang menggunakan filter untuk melihat matahari," kata Deputi Bidang Geofisika, BMKG Suko Prayitno Adi di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan gerhana matahari hibrid merupakan peristiwa gerhana matahari total dan cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena gerhana.
"Fenomena gerhana matahari hibrid merupakan fenomena yang terjadi cukup langka," ujarnya.
Ia menyampaikan gerhana matahari total dapat diamati di Biak, Papua dan Pulau Kisar, Maluku pada 20 April 2023.
Ia memaparkan kontak awal gerhana matahari total di Pulau Kisar pada pukul 11.47.17 WIT, kontak kedua pukul 13.22.24 WIT, puncak gerhana pukul 13.22.56 WIT, kontak ketiga pukul 13.23.29 WIT, dan kontak akhir pukul 14.57.49 WIT.
Sedangkan kontak awal gerhana matahari total di Biak pada pukul 12.20.46 WIT, kontak kedua pukul 13.56.42 WIT, puncak gerhana pukul 13.57.13 WIT, kontak ketiga pukul 13.57.44 WIT, dan kontak akhir pukul 15.26.14 WIT.
"Durasi puncak gerhana di Pulau Kisar selama satu menit lima detik, sementara durasi puncak gerhana di Biak selama satu menit dua detik," jelasnya.
Suko menjelaskan, terdapat tiga bayangan bulan yang terbentuk saat gerhana matahari hibrid, yakni antumbra, penumbra, dan umbra.
Di wilayah yang terlewati antumbra, kata Suko Prayitno, gerhana yang teramati berupa Gerhana Matahari Cincin. Sementara di wilayah yang terkena penumbra, gerhana yang teramatinya berupa gerhana matahari sebagian.
"Kemudian di daerah tertentu lainnya yang terlewati umbra, gerhana yang teramati berupa gerhana matahari total," katanya.
Baca juga: BRIN bentuk tiga tim untuk teliti gerhana matahari hibrida di Biak, Papua
Baca juga: MUI: Fenomena gerhana matahari adalah peringatan Allah SWT bagi manusia