Seperti Apakah Program Pembiakan Sapi Siska Pekanbaru? Simak Penjelasannya ini

id seperti apakah, program pembiakan, sapi siska, pekanbaru simak, penjelasannya ini

Seperti Apakah Program Pembiakan Sapi Siska Pekanbaru? Simak Penjelasannya ini

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kota Pekanbaru, Provinsi Riau memiliki pembiakan sapi program Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit atau Siska, di Desa Geringging, Kelurahan Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir.

"Dari laporan Distanak dua tahun terakhir ini ada peningkatan populasi sapi hingga 200 persen oleh kelompok peternak Okura," ungkap Wali Kota Pekanbaru, Firdaus, di Pekanbaru, Rabu, usai melakukan peninjauan pembiakan sapi dengan program Siska.

Dana program Siska ini akan digulirkan kepada kelompok-kelompok tani yang lolos seleksi. Firdaus sangat mengapresiasi peternak yang sudah berhasil di Geringging ini. Karena mereka mampu mengembangkan populasi sapi yang diperolehnya dari bantuan pemerintah melalui APBD maupun APBN.

"Tadi saya dengar kelompok Sawit Mandiri yang dapat bantuan empat tahun lalu sebanyak 50 ekor, kini sapinya sudah menjadi 100 ekor diluar keuntungan yang sudah dijual untuk pedaging," urai Firdaus.

Itu berkat komitment dan jiwa kewirausahawan peternak yang memanfaatkan bantuan bibit sebaiknya. Selain juga hasil binaan Distanak.

"Selamat mereka berhasil semoga ini menjadi contoh bagi kelompok lain," tutur Firdaus.

Firdaus yakin jika spirit ini dikembangkan dan dicontoh oleh peternak lainnya maka populasi sapi di Pekanbaru akan bertambah dimasa datang.

Sehingga pasokan lokal mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Yang nota bene selama ini masih saja didatangkan dari provinsi tetangga.

Firdaus menilai program siska ini sangat cocok dikembangkan oleh peternak Pekanbaru yang memiliki kebun kelapa sawit.

"Karena dengan lahan hanya satu hektar bisa memenuhi pakan dua ekor sapi," urainya lebih jauh.

Selain daging sapinya bisa dikonsumsi, ternyata urine dan kotoran sapi juga berharga bisa dijual untuk jadi pupuk bagi tanaman holtikultura yang banyak di wilayah Okura tersebut.

"Bayangkan harga urine sapi yang sudah jadi pupuk mencapai Rp50.000/liter lebih mahal dari premium," ujarnya mencontohkan.

Sementara sambungnya lebih jauh, dalam memelihara sapi yang dintegrasikan dengan sawit, peternak tidak lagi terkendala pakan. Sebab pelepah dan daun pohon sawit bisa diolah jadi pakannya.

"Tentunya ditambahkan pakan lainnya termasuk rumput yang tumbuh di sekitar tanaman sawit," bebernya.

Firdaus menghimbau agar para peternak yang selama ini telah mendapatkan bantuan bibit untuk program siska harus mampu membiakkan sapinya secara terus menerus dengan menjaga indung sapi serta tidak memotongnya.

"Bagi peternak yang belum memperoleh bantuan diharapkan kesabarannya karena APBD Pekanbaru memang terbatas, namun jika ada dari pusat akan diberikan bergilir," pungkasnya.

Sulasno, salah satu penerima bantuan bibit sapi APBD tahun 2010 mengaku, senang karena berhasil menambah populasi sapinya dengan bantuan pembinaan Distanak.

Setelah lima tahun ia mampu menambah populasi sapi menjadi 12 ekor dengan jumlah indukan tetap.

Bahkan ia mengaku saat ini sudah bisa membeli mobil dari keuntungan sapi program siska tersebut.

"Awalnya mendapat tiga induk sapi kini sudah jadi 12 ekor dan dapat membeli mobil masih sisa sembilan ekor lagi," ujarnya singkat.