Oleh Endang Sukarelawati
Komoditas pangan yang selama ini masih tersentral pada beras agaknya membuat pemerintah kerepotan dalam memenuhi bahan pokok tersebut, sehingga harus impor dari beberapa negara untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri yang semakin lama semakin meningkat.
Berdasarkan data dari organisasi pangan PBB, "Food and Agriculture Organization of the United Nations" (FAO), populasi atau penduduk dunia akan mencapai lebih dari 9 miliar jiwa pada 2050. Dan, penduduk Indonesia pada tahun tersebut dipekirakan mencapai 300 juta jiwa.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan, petani dan sektor pertanian di seluruh dunia perlu meningkatkan produktivitasnya dari setiap lahan dan air yang digunakan tanpa membuka lahan baru dari pengalihan hutan.
Salah satu yang dapat mendukung peningkatan per hektare lahan adalah penggunaan benih yang berkualitas. Benih dan bibit sebagai produks akhir dari suatu program pemuliaan tanaman, yang pada umumnya memiliki karakteristik keunggulan tertentu mempunya peranan vital sebagai penentu batas-batas produktivitas dalam menjamin keberhasilan budi daya tanaman.
Benih berkualitas yang dihasilkan dari teknik pemuliaan tidak hanya dapat membantu petani untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit serta nisbi lebih tahan terhadap tekanan abiotik, seperti iklim dan cuaca.
Apalagi, kondisi pengairan sawah yang semakin lama intensitasnya juga menurun, membuat petani yang diwakili Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), pakar pangan dan industri perbenihan terus mencari terobosan untuk mecari solusi bagaimana agar ketersediaan bahan pangan di dalam negeri tidak terus menerus mengandalkan produksi dari luar negeri alias impor.
PT DuPont Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang menyediakan produksi benih di Tanah Air juga tidak pernah berhenti berinovasi untuk menemukan varietas baru terkait bahan pangan utama, termasuk jagung sebagai bahan pangan pilihan kedua setelah beras.
Ketua Umum KTNA Nasional Winarno Tohir dalam satu kesempatan kunjungan ke industri benih di Kabupaten Malang belum lama ini, mengatakan memang menjadi hak petani untuk memilih tanaman yang akan ditanam, sesuai dengan perhitungan ekonomi karena mereka menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian,.
Bersambung ke hal 2 ....
Berita Lainnya
BRIN sebut tepung sorgum bisa menjadi alternatif substitusi gandum
02 April 2024 14:44 WIB
Jalan lintas Riau - Sumbar putus, polisi imbau pengendara lewat jalur alternatif
26 December 2023 20:54 WIB
Mewujudkan energi alternatif dari gunungan sampah di Solo, Jawa Tengah
15 December 2023 15:20 WIB
Moeldoko kampanyekan sagu jadi pangan alternatif di Indonesia
06 October 2023 14:59 WIB
Bappenas: Urban farming jadi alternatif jaga ketahanan pangan berkelanjutan
08 August 2023 11:20 WIB
Bank Mandiri respons aturan baru DHE dengan sediakan alternatif penempatan
31 July 2023 12:23 WIB
HKTI mengedukasi budi daya sorgum tanaman alternatif yang cocok hadapi El Nino
13 June 2023 12:32 WIB
Asosiasi: Produk tembakau alternatif merupakan opsi untuk konsumsi dewasa
10 May 2023 10:32 WIB