Biaya Transportasi Makin Mahal Akibat Kabut Asap

id biaya transportasi, makin mahal, akibat kabut asap

Biaya Transportasi Makin Mahal Akibat Kabut Asap

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Biaya transportasi yang harus ditanggung warga makin mahal di Kota Pekanbaru akibat imbas dari bencana asap kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau.

Seorang pengguna jasa penerbangan, Ria Permana Sari (28), di Kota Pekanbaru, Senin, mengatakan dirinya harus "merogoh kantong lebih dalam" akibat biaya yang harus dikeluarkan lebih mahal hingga tiga kali lipat karena pesawat rute Pekanbaru-Jakarta dibatalkan di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru sejak hari Sabtu lalu (26/9).

"Banyak calon penumpang terpaksa menempuh jalan darat ke Padang, Sumatera Barat, untuk bisa menggunakan pesawat ke Jakarta. Itu pun harus mengeluarkan biaya Rp150 ribu untuk membayar kendaraan travel yang lama perjalanan sekitar enam jam dari Pekanbaru," katanya.

Menurut dia, harga tiket Padang-Jakarta juga sudah sangat mahal yakni sekitar Rp2 juta per orang. Akhirnya, ia memilih penerbangan tujuan Pekanbaru yang harus transit dulu di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara. Itu pun harganya sudah mencapai Rp1,4 juta per orang. Padahal, pada hari normal penerbangan kelas ekonomi rute Pekanbaru-Jakarta berkisar Rp350 ribu hingga Rp500 ribu per orang.

"Biaya transportasi karena kabut asap bisa tiga kali lipat mahalnya dari biasa. Belum lagi energi yang terbuang karena lamanya perjalanan," keluh Ria.

Kondisi serupa juga dikeluhkan Razak (45), bahwa kabut asap juga mengakibatkan biaya transportasi untuk pengiriman barang melonjak ketimbang hari normal. Ia mengatakan pengiriman barang berupa tas untuk keperluan seminar yang dilakukannya dari Bandung, Provinsi Jawa Barat, tidak bisa dilakukan langsung ke Pekanbaru.

"Karena pesawat dibatalkan, barang dikirim via Padang dan lewat jalan darat ke Pekanbaru. Biayanya jadi membengkak sebesar Rp800 ribu, naik dua kali lipat dari harga normal," keluh Razak.

Berdasarkan data Satgas Darurat Asap Riau, dalam dua hari terakhir kondisi asap makin pekat dan mengakibatkan pencemaran udara dalam level berbahaya. Kandungan PM10 (particular matter 10) yang berada dalam asap mencapai berkisar pada angka 427 hingga 500 yang artinya jauh dari kondisi yang bisa ditolerir bagi kesehatan manusia, yakni di angka 100.

Jarak pandang menurun drastis hingga 400 meter pada Senin pagi di Kota Pekanbaru yang membuat penerbangan kembali lumpuh selama tiga hari terkahir.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan hasil pentauan Satelit Terra dan Aqua pada 28 September pukul 05.00 WIB menunjukan ada 289 titik panas (hotspot) di Riau. Jumlah "hotspot" paling banyak berada di Provinsi Sumatera Selatan ada sebanyak 239 titik, diikuti Bangka Belitung 29 titik dan Lampung 17 titik.

Di Riau sendiri sebenarnya tidak terpantau "hotspot", yang artinya asap yang menyelimuti Riau lebih banyak kiriman dari kebakaran di Sumatera Selatan karena angin berhembus ke arah Utara.