Perth, (Antarariau.com) - Perempuan memegang peran kunci dalam proses meredam radikalisasi di kalangan Muslim, sebagaimana pengalaman yang sedang bergulir dengan Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS).
Berbicara di forum Konferensi Internasional tentang Perempuan dan Jihad yang digelar Pusat Kajian Negara dan Komunitas Muslim (CMSS) di Universitas Australia Barat (UWA), Perth, Jumat petang, Rabia Siddique menjelaskan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam radikalisasi dan deradikalisasi sekaligus.
"Perempuan bisa menjadi pelaku aksi teror yang paling sempurna, terlihat dari deretan sejarah perempuan terlibat dalam aksi bom bunuh dari, karena mereka tidak terlalu dicurigai sebagai teroris sehingga kesan lemah perempuan justru menjadi kekuatan mereka," kata pengacara hak asasi manusia yang juga memiliki latar belakang sebagai perwira di Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris itu.
Namun di sisi lain, perempuan juga sangat berpotensi menjadi pencegah paham radikalisme yang sangat efektif terutama lewat persuasi terhadap anak serta suami mereka agar tidak terlibat dengan ISIS.
Menurut Rabia, diperkirakan sebanyak 15 persen orang asing yang direkrut ISIS adalah perempuan dan metode yang digunakan terhadap calon pengikut adalah narasi yang penuh dengan ajakan manis termasuk rayuan bahwa anggota baru akan mendapat suami atau istri yang cantik.
Terkait dengan metode ISIS merekrut pendukungnya, Greg Barton dari Universitas Monash menjelaskan bahwa generasi muda yang kesepian dan tidak memiliki pergaulan yang karib dengan sebaya adalah kelompok yang diincar ISIS.
Greg mengutip artikel di "New Yorker" tentang kisah seorang gadis yang kesepian dan tinggal bersama kakek neneknya. Gadis ini memulai dengan bertanya di internet dan pertanyannya mendapat jawaban dari orang yang kemudian mengajak untuk mengikuti ISIS.
"ISIS merekrut bukan dengan nada yang provokatif, tapi justru dengan utopia tentang kekhalifahan, "Bergabunglah dengan kami dan menjadi bagian dari sejarah!"," kata pria yang banyak mengkaji pandangan Islam di Indonesia itu.
Peran perempuan dalam deradikalisasi Islam juga mendapat perhatian dari Senator dari negara bagian NSW, Concetta Fierravanti-Wells, yang menyampaikan pesannya lewat video.
"Persuasi terbaik (untuk mencegah terlibat paham radikal) adalah lewat keluarga. Tidak ada kebijakan pemerintah yang bisa menggantikan efektifitas persuasi ibu terhadap anaknya atau istri kepada suaminya," kata Concetta yang merupakan Sekretaris Parlemen untuk Menteri Layanan Sosial Australia.
Concetta terpaksa membatalkan kehadirannya di Perth karena diminta Perdana Menteri Tony Abbott untuk hadir dalam rapat pembahasan rencana Australia menerima 12.000 pengungsi dari Suriah.
Ketua CMSS, Samina Yasmeen, memaparkan peran perempuan dalam penyebaran radikalisme terletak di ranah rumah tangga, bukan di medan perang secara terbuka.
Peran terbesar mereka ada di lingkup keluarga, dengan tugas melahirkan anak dan memastikan anak serta suami mereka akan mengikuti paham ekstremisme dan jihad yang secara radikal keliru.
Berita Lainnya
Spanyol vs Inggris, Rodri akan mengemban peran kunci sebagai "komputer"
13 July 2024 11:23 WIB
Presiden RI Joko Widodo yakin persatuan kunci peran ASEAN dalam perdamaian-pertumbuhan
10 May 2023 9:58 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB