Pekanbaru, (Antarariau.com) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau melanjutkan evakuasi seekor gajah Sumatera liar, yang berkeliaran di permukiman Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru, Riau setelah sehari sebelumnya mengalami sejumlah kendala di lapangan.
Berdasarkan pantauan Antara, Sabtu, proses evakuasi yang sudah memakan waktu lebih dari 14 jam sejak dimulai pada Jumat (24/7) itu melibatkan dua ekor gajah jinak dan dibantu oleh TNI dan Polri bersama WWF.
Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) liar tersebut kini terlihat mulai tenang di dalam hutan sekunder tak jauh dari permukiman warga.
Kaki hewan bongsor itu terlihat dalam kondisi dirantai.
Sejumlah petugas BBKSDA Riau masih bersiaga di lokasi bersama dua gajah jinak untuk melanjutkan proses evakuasi.
"Kami menginap semalam di lokasi untuk memastikan kondisi gajah," kata seorang petugas, Azwar.
Sebelumnya, gajah liar jantan tersebut mulai terlihat berkeliaran di permukiman warga di Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru sejak Jumat dini hari (24/7) sekitar pukul 02.00 WIB.
Warga setempat sempat berusaha menghalau satwa bongsor itu secara swadaya, namun tidak berhasil.
Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau Supartono mengatakan gajah jantan yang diperkirakan berusia 16-20 tahun ini kuat dugaan adalah satwa yang sama yang sebelumnya terdeteksi saat bulan Ramadan berkeliaran di dekat permukiman masyarakat di Kecamatan Rumbai Pesisir pada 13 Juli lalu.
"Kemungkinan besar ini adalah gajah yang sama dari Rumbai Pesisir. Sifat gajah jantan remaja ini tidak ikut dalam kelompok, dan karena terus terusir maka dia disorientasi," katanya.
Ia menjelaskan, tim penghalau gajah yang terdiri dari dua gajah jinak dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas-Siak Riau mulai melakukan pengejaran terhadap gajah liar itu sejak Jumat (24/7) pukul 17.00 WIB. Gajah jinak itu adalah Seng Arun, jantan berumur 51 tahun, dan gajah betina bernama Indah yang berusia 43 tahun.
Empat orang petugas mengendarai gajah jinak itu, dan satu diantaranya membawa senapan bius. Tim dokter hewan BBKSDA Riau menyiapkan 14 cc bius jenis silazin dan ketamin untuk menjinakan gajah liar itu.
Supartono mengatakan regu penggiring gajah sempat kesulitan untuk merantai gajah yang telah berhasil dibius karena ramainya suara dari warga yang bisa menyadarkan gajah liar dari efek obat bius. Hingga kini seribuan warga terlihat masih berkerumun untuk menonton proses evakuasi.
"Kalau ada korban kita yang repot karena gajahnya stres, apalagi di dalam hutan sekunder itu tak ada makanan," katanya.
Rencananya gajah tersebut akan dievakuasi sementara ke PLG Minas-Siak Riau, untuk kemudian dilepasliarkan.
Supartono mengatakan tim dokter hewan akan melakukan pemeriksaan kesehatan gajah liar itu pada siang ini.
"Kami upayakan evakuasi bisa selesai pada sore ini," ujarnya.