oleh Virna Puspa Setyorini
Jakarta, (Antarariau.com) - Tidak ada keraguan dari Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat menjawab pertanyaan mengenai pro dan kontra pengembangan teknologi nuklir untuk energi yang belakangan kembali ramai dipertentangkan sejumlah kalangan dan diberitakan media.
Ia menegaskan bahwa Reaktor Daya Eksperimental (RDE) 10 megawatt (MW) yang akan dibangun Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan, dapat selesai dibangun dan beroperasi pada 2019.
Sebelumnya, di sela-sela pelantikan pejabat Eselon I Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) ia menegaskan bahwa kementerian yang dipimpinnya saat ini memiliki kewajiban untuk menciptakan teknologi nuklir yang efisien dan aman, serta sepenuhnya dipergunakan untuk kemanusiaan.
Saat berada di gedung reaktor GA Siwabessy Batan di Serpong, Selasa (7/7), Nasir mengatakan Indonesia sudah mengoperasikan reaktor sejak 1965, dan Batan telah berperan banyak dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk pertanian dan kesehatan. Kini, Batan didorong juga dapat berperan mengembangkan teknologi ini untuk menghasilkan energi yang efisien dan aman.
"Saya maunya riset tidak hanya untuk pangan dan kesehatan saja, tapi juga untuk listrik, tapi itu semua untuk riset bukan untuk komersial. Soalnya nanti masyarakat bisa geger," katanya.
Batan, lanjutnya, harus mampu mengembangkan riset dan menghasilkan teknologi yang dapat menghasilkan energi yang lebih baik.
Saat ini, pembangunan RDE masuk pada tahap desain dan riset awal yang, menurut Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, membutuhkan dana awal Rp50 miliar. Sedangkan total dana yang dibutuhkan untuk membangun reaktor mini ini mencapai Rp1,8 triliun.
Pembangunan RDE dengan teknologi generasi ke empat dari Jerman ini baru akan dimulai pada 2016 dan ditargetkan selesai di 2019. Pada saat itu, ia berharap uji dingin reaktor sudah bisa dilakukan.
Jika nanti RDE 10 MW tersebut sudah mampu menghasilkan energi, menurut Menristekdikti, pemanfaatannya sepenuhnya untuk mendukung aktivitas penelitian di Puspiptek Serpong.
Batan mendapat dukungan asistensi dari Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) dalam pengembangan RDE tersebut. Saat ini pun badan internasional di bawah naungan PBB yang memang khusus mengurusi masalah pengembangan atom untuk perdamaian ini juga sedang membantu menyiapkan strategi jangka panjang terkait pembangunan dan penggunaan reaktor nuklir di Uni Emirat Arab, Thailand, Belarusia, Yordania, dan Vietnam.
Bersambung ke hal 2 ...
Berita Lainnya
BRIN kembangkan teknologi reaktor nuklir skala kecil yang cocok untuk Indonesia
08 March 2024 15:40 WIB
Batan kenalkan teknologi nuklir dalam pengobatan atau terapi kesehatan di Nexpo 2019
06 September 2019 16:52 WIB
451 Pengguna Teknologi Nuklir Di Jatim Masuk Pengawasan Bapetan
22 April 2017 9:45 WIB
Indonesia Luncurkan Program Teknologi Nuklir
29 September 2015 8:07 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB