Pekanbaru, (Antarariau.com) - Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia menyatakan hampir semua perusahaan produsen kertas kini kesulitan pasokan garam industri setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan menerapkan kebijakan memperketat impor garam.
"Kebijakan menghentikan impor garam berdampak pada industri kertas karena itu adalah salah satu bahan baku yang sangat dibutuhkan untuk menjamin kualitas," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Rusli Tan, kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan, dalam pengolahan satu ton bubur kertas (pulp) memerlukan sekitar satu kilogram garam industri untuk memproduksi kertas. Perusahaan anggota APKI kini mengeluhkan larangan impor tersebut karena Indonesia belum mampu memproduksi garam industri secara besar.
"Yang ada adalah garam rumah tangga. Kalau kita dipaksa menggunakannya, maka hasil kertas akan banyak lubang dan mesin cepat rusak. Kami harus menjamin kualitas kertas untuk bisa menjual," katanya.
Menurut dia, dalam kebijakan impor garam seharusnya turut memperhatikan dampaknya pada industri lain. Rusli Tan menyayangkan tidak sinkronnya dua kementerian terkait dalam penerapan kebijakan itu.
"Kementerian Perindustrian sudah setuju kalau penyetopan impor garam akan merugikan usaha lain, tapi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan itu harus dilakukan supaya garam kita laku," katanya.
Ia berharap, kebijakan pengetatan impor garam industri jangan dulu diberlakukan secara penuh sebelum industri garam lokal dibenahi. Indonesia sebenarnya sudah memiliki PT Garam (persero) yang seharusnya dibenahi dengan serius untuk memperbaiki kinerja dan produknya.
"Selama ini kita juga menggunakan garam industri impor dan garam rumah tangga dengan perbandingan satu banding satu. Itu lebih baik ketimbang dihentikan seluruhnya impor garam," katanya.
Ia mengatakan kalangan industri kini membutuhkan dukungan regulasi pemerintah di tengah kondisi usaha yang lesu.
Produksi bubur kertas pada 2015 kemungkinan besar akan menurun hingga 20 persen dibandingkan tahun lalu, akibat melemahnya industri nasional yang membuat permintaan kertas di pasar domestik menurun.
Rusli mengatakan produksi pulp nasional akan sulit mencapai kinerja tahun 2014 yang sebesar 10 juta ton.
Saat itu, 40 persen produk turunan pulp seperti berupa tisu dan kertas putih Indonesia telah diekspor ke negara-negara Asia-Pasifik, sementara itu, sekitar 60 persen lagi diserap oleh pasar domestik.
Kondisi perekonomian nasional yang kini tengah melemah membuat daya beli masyarakat menurun dan mempengaruhi industri yang menggunakan produk kertas. Rusli mengatakan, industri makanan yang menjadi salah satu pasar terbesar menggunakan produk kertas dan tisu kini dalam kondisi sulit karena harga-harga melambung sementara daya beli masyarakat menurun
Berita Lainnya
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB
Sejumlah Produk Kosmetik Dan Makanan Kadaluarsa Disita Pihak Polres Bengkalis
16 December 2016 23:15 WIB