Bencana Banjir di NTT Renggut Empat Nyawa

id bencana banjir, di ntt, renggut empat nyawa

Bencana Banjir di NTT Renggut Empat Nyawa

Kupang, (Antarariau.com) - Bencana banjir yang terjadi di dua kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Timor Tengah Utara dan Kabupaten Rote Ndao telah merenggut empat nyawa karena terseret banjir.

"Kami dapat laporan resmi empat orang korban tersebut, masing-masing di Kabupaten Timor Tengah Utara sebanyak tiga orang dan satu korban lagi di Kabupaten Rote Ndao. Semuanya terseret banjir," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tini Thadeus di Kupang, Minggu.

Menurut dia, untuk di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), terlapor tiga orang tewas terdiri dari dua orang anak-anak dan satu orang ibu. Kejadiannya masing-masing terjadi pada Sabtu (27/12) dan Minggu (28/12) silam.

Untuk dua korban masing-masing seorang ibu dan anaknya, yang terseret banjir pada Sabtu (27/12), terjadi di Kecamatan Biboki. Seorang ibu dan anaknya, hendak pulang dan menyeberangi sebuah kali yang sedang banjir. "Karena arus begitu kuat dan deras, ibu dan anak itupun terseret banjir," kata Thadeus.

Sementara satu korban lagi anak-anak terjdi di Kota Kefa, dimana anak yang menjadi korban itu, terseret banjir di selokan sekitar rumahnya.

Sedangkan satu korban yang menimpa seorang ibu di Kabupaten Rote Ndao, juga terseret arus banjir di sebuah kali di daerah itu. "Semua korban sudah mendapatkan penanganan di daerah masing-masing," katanya.

Menurut dia, pada Desember 2014, BPBD Nusa Tenggara Timur, telah menyalurkan sejumlah logistik ke seluruh daerah di wilayah provinsi seribu pulau itu, sebagai bagian dari buffer stock logistik daerah.

Hal ini, lanjut Thadeus, untuk menjaga ketersediaan stok bantuan di daerah, bila terjadi musibah bencana, yang diprediksi akan terjadi pada musim penghujan hingga memasuki kemarau nanti.

Selain penyaluran cadangan bantuan ke daerah, lanjut dia, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, juga telah mengimbau kepada pemerintah kabupaten/kota untuk terus mewaspadai segala kemungkinan bencana sebagai akibat dari pergantian musim, dari kemarau ke musim penghujan serta sejumlah cuaca ekstrem yang bisa saja terjadi kapan saja.

Pemerintah kabupaten/kota juga diminta untuk hidupkan kembali posko bencana di setiap daerah, untuk memastikan segala pergerakan terkontrol, jika terjadi bencana alam di daerah.

Bangun komunikasi, lanjut Thadeus, terus dilakukan lintas instansi termasuk antardaerah hingga provinsi, untuk bisa sesegera mungkin melakukan sejumlah tindakan tanggap darurat ketika bencana terjadi.

"Jika komunikasi terus dibangun baik, maka segala bentuk intervensi bencana sebagai tanggap darurat dari provinsi dan pusat segera bisa dilakukan untuk kepentingan keselamatan masyarakat," katanya.