The Popo, Antara Kritik Sosial Dan Humor

id the popo, antara kritik, sosial dan humor

The Popo, Antara Kritik Sosial Dan Humor

Jakarta,(Antarariau.com) - ‎Mungkin ada pernah melihat karakter orang dengan warna hitam-putih di tembok-tembok jalan raya atau fly over. Yup, itu adalah The Popo, seniman street arts yang senang mengkritik isu sosial melalui gambarnya.

Pria yang bernama asli Ryan Ryadi itu, menciptakan karakter Popo atau kepanjangan dari Positif, Progresif, awalnya untuk mewakili dirinya sendiri. Memang, tampilan Popo yang sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan ikon yang dia ciptakan, bermata besar dan sayu.

Seiring dengan berjalannya waktu, Popo pun kerap menyelipkan pesan yang berhubungan dengan isu sosial. Bahkan, hampir semua karyanya kini dipenuhi dengan kritikan sosial, namun enak dibaca dan cukup menggelitik.

"Saya pengin nyiptain karakter yang menurut saya, kayak sign saya sendiri. Jadi walaupun saya enggak nulis nama saya, orang tahu itu buatan saya.‎ Saya juga tertarik sama isu-isu kehidupan sosial. Pada akhirnya, itu saya jadiin bahan brainstorming di setiap karya saya," ujar Popo kepada GoHitzz di Jakarta.

Popo mengatakan, menjadikan beberapa tempat di Jakarta untuk membicarakan sesuatu yang tengah terjadi. Dia pun lebih senang menyebut ruang tersebut sebagai side specific. Menurut pria yang bekerja sebagai dosen Komunikasi Visual di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), Jakarta itu, setiap tempat selalu mengungkap keadaan yang terjadi.

"Tembok itu membicarakan sesuatu, saya namain itu side specific. Kayak di TB Simatupang, saya ngomongin kemacetan di sana, enggak mungkin saya ngomong perang. ‎Saya suka sesuatu yang ruangnya ngomongin ruang itu sendiri. Jadi karya saya mewakilkan tempatnya," terang dia.

‎Karya-karya Popo sudah banyak yang dikenal masyarakat, khususnya anak muda. Tidak sedikit juga kritikan sosial tersebut mengundang gelak tawa yang melihatnya. Popo sendiri mengaku, sebenarnya dia serius untuk mengungkapkan pesan sosial, hanya saja disampaikannya lewat cara yang humoris dan emosional.

"Saya enggak selalu ngomongin hal-hal lucu. Tapi intinya, saya menyampaikan sesuatu dengan cara yang lucu, ini kebawa dari didikan bapak saya. Tanpa sadar, saya juga menyampaikan sesuatu lewat humor. Entah itu sedih atau apa, ya saya intinya setiap karya pasti ada kapasitas humornya sekian persen. Selebihnya emosional," ungkap Popo.

Saat diminta untuk memberikan tipnya bagi anak muda yang ingin seperti dia, Popo kebingungan. Menurut dia, setidaknya setiap orang dari kita memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar lebih dulu.

"‎Saya paling susah untuk kayak gini, motivasinya gimana. Saya sendiri pun enggak pernah berdiri dari motivasi orang lain untuk saya gambar. Saya selalu termotivasi sama kehidupan sosial saya. Secara tidak langsung, saya ngelihat kehidupan sosial, itu yang membuat saya selalu membuat karya," jelas Popo.

"Intinya, saya ngasih tahu cara saya aja, kalau kita harus peka sama kehidupan sosial di sekeliling kita. Itu motivasi saya yang enggak pernah habis. Karena selagi elo bertetangga, itu kehidupan sosial selalu jadi bahan-bahan karya," tutup dia.