Penulis Buku Fenomenal "I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki" Tutup Usia

id Penulis

Penulis Buku Fenomenal "I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki" Tutup Usia

Penulis buku "I want to Die but I Want to Eat Tteokbokki" Baek Se Hee. (ANTARA/instagram @_baeksehee)

Jakarta (ANTARA) - Penulis buku populer berjudul "I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki" Baek Se Hee dikabarkan meninggal dunia pada usia ke-35 tahun.

Dilaporkan The Straits Times, Jumat, tidak disebutkan penyebab dari kepergiannya namun dipastikan bahwa hingga akhir hidupnya ia mendedikasikan diri kepada masyarakat dengan melakukan donasi organ tubuh.

Badan Donasi Organ Korea mengumumkan bahwa lewat donasi organ, Baek Se Hee menyelamatkan lima nyawa dengan menyumbangkan jantung, paru-paru, hati, dan kedua ginjalnya di Rumah Sakit Layanan Asuransi Kesehatan Nasional Ilsan di Provinsi Gyeonggi, Seoul Utara, Korea Selatan tempat ia dilahirkan.

Saudara perempuan Baek, dalam siaran persnya mengatakan, “Dia ingin menulis, berbagi isi hatinya dengan orang lain melalui karyanya, dan menginspirasi harapan. Mengetahui sifatnya yang lembut, tidak mampu menyimpan kebencian, saya harap dia sekarang dapat beristirahat dengan tenang.”

Pada 2024, Baek Se He sempat berkunjung ke Singapura sebagai salah satu pembicara dalam acara "Singapore Writers Festival" dan menceritakan secara terus terang bagaimana perjuangannya melawan distimia, depresi ringan namun berjalan terus-menerus.

Ia mencurahkan perjalanannya itu dalam dua buku "I Want To Die But I Want To Eat Tteokbokki" (2018) dan sekuelnya "I Want To Die But I Still Want To Eat Tteokbokki" (2019).

Keduanya menjadi salah satu bacaan laris di puluhan negara setelah diterjemahkan dari bahasa Korea ke bahasa Inggris oleh penulis dan penerjemah Korea Selatan Anton Hur.

Buku-buku ini menampilkan dialog panjang antara Baek dan terapisnya. Menurut penerbitnya, buku-buku tersebut telah terjual sekitar 600.000 eksemplar di Korea Selatan.

Hur menulis di Instagram bahwa organ tubuhnya telah menyelamatkan lima orang, tetapi “para pembacanya akan tahu bahwa ia telah menyentuh lebih banyak kehidupan lagi melalui tulisannya”.

Baek adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan gemar membaca sejak kecil.

Ia adalah seorang profesional muda di industri pemasaran dan bekerja di sebuah penerbit di Korea Selatan ketika ia memutuskan untuk menemui seorang psikiater, yang mengizinkannya merekam sesi-sesi mereka.

Melalui tteokbokki, hidangan kue beras Korea Selatan yang juga makanan favoritnya, Baek menceritakan tentang kebosanan eksistensial akibat depresi, yang masih menjadi hal tabu di Korea Selatan dan banyak masyarakat Asia.

"Saya sempat berpikir untuk merencanakan kematian saya sendiri, tapi saya lapar dan makan tteokbokki. Saya merasa bersalah karena berpikir saya masih bisa makan tteokbokki saat ingin mati, padahal rasanya itu hal yang wajar," katanya.

Dalam buku pertamanya, ia menguraikan kondisinya yang mungkin juga dialami oleh banyak orang.

“Saya bertanya-tanya tentang orang lain seperti saya, yang tampak baik-baik saja di luar tetapi membusuk di dalam, di mana kebusukan itu adalah keadaan samar-samar di mana tidak baik-baik saja dan tidak hancur di saat yang bersamaan.”

Buku-buku Baek Se Hee ini telah diterjemahkan dan diterbitkan di lebih dari 25 negara, termasuk Inggris, Jerman, Spanyol, Italia, Belgia, dan Polandia, memimpin gelombang buku terlaris Korea Selatan dan Jepang di pasar global.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.