Minim Perhatian Orang Tua, Anak Mudah Terjerat Aksi Kriminal

id Psikolog anak,Kriminal

Minim Perhatian Orang Tua, Anak Mudah Terjerat Aksi Kriminal

Seorang ayah mendampingi anak laki-lakinya yang sedang bermain, di Tokopedia Tower, Jakarta, Sabtu (23/9/2023). (ANTARA/Pamela Sakina)

Pekanbaru (ANTARA) - Psikolog anak dan keluarga Sani B. Hermawan mengungkapkan bahwa minimnya kedekatan emosional antara orang tua dan anak bisa menjadi pintu masuk bagi anak terjerumus ke dalam tindakan kriminal.

"Anak sedang dalam tahap belajar, dan apa yang ia lihat, dengar, serta rasakan akan menjadi nilai yang dia serap. Jika arahan dari orang tua minim, maka lingkunganlah yang mengambil peran," ujar lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu menambahkan bahwa banyak anak belum memiliki nalar kuat untuk memilah mana yang benar atau salah. Kurangnya prinsip, nilai, dan keterbukaan dalam keluarga membuat anak lebih mudah menyerap pengaruh buruk dari luar—baik dari tontonan, media sosial, maupun lingkungan pergaulan.

Baca juga: Tindakan pilih kasih orang dinilai bisa berdampak negatif pada anak

"Ketika orang tua jarang meluangkan waktu bersama anak, nilai-nilai baik yang seharusnya ditanamkan jadi tidak sampai. Akibatnya, anak cenderung menyerap nilai dari lingkungan yang salah," kata Sani.

Ketimpangan nilai keluarga juga berdampak pada kemampuan anak dalam mengelola emosi. Ketika keinginan mereka tidak terpenuhi, anak bisa gagal mengontrol diri dan memilih jalan agresif bahkan kriminal.

"Anak bisa saja melakukan kekerasan karena tidak tahu cara yang benar untuk memenuhi keinginannya. Ini bisa jadi awal dari tindakan kriminal," imbuhnya.

Baca juga: Psikolog: Ini dampak buruk masukkan anak ke SD sebelum waktunya

Untuk mencegah hal ini, Sani menekankan pentingnya keterlibatan aktif orang tua dalam kehidupan anak. Pendekatan spiritual dan psikologis, komunikasi yang terbuka, serta kegiatan bersama menjadi langkah penting sebagai tameng dari pengaruh negatif.

"Orang tua perlu menjalin kerja sama dengan guru, mengenal lingkungan sosial anak, dan memahami apa yang mereka alami. Saat anak merasa dipahami, ia akan lebih kuat menghadapi godaan dan tekanan," tutup Sani.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.