Arab Saudi dan Indonesia tingkatkan kerja sama strategis industri tambang, mineral

id Berita hari ini,berita riau terbaru, berita riau antara,Saudi

Arab Saudi dan Indonesia tingkatkan kerja sama strategis industri tambang, mineral

Pertemuan Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Bandar Al-Khorayef dengan CEO Mind ID dan sejumlah pejabat tinggi di Jakarta. (ANTARA/HO-Kementerian Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi.)

Jakarta (ANTARA) - Kerajaan Arab Saudi dan Indonesia meningkatkan kerja sama strategis di bidang industri pertambangan dan mineral melalui kunjungan Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Bandar Al-Khorayef ke Jakarta.

Sebagaimana rilis pers Kementerian Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi pada 17 April 2025, disebutkan bahwa selama kunjungan tersebut, Menteri Al-Khorayef telah menyelesaikan serangkaian pertemuan tingkat tinggi dengan pejabat terkemuka Indonesia yang berfokus pada pendalaman kemitraan strategis sektor pertambangan dan membuka peluang investasi baru.

Menteri Al-Khorayef menyelesaikan kunjungan penting selama dua hari ke Indonesia itu untuk mengeksplorasi kolaborasi bilateral di sektor pertambangan dan mineral.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk mendorong kepentingan investasi utama Kerajaan Arab Saudi melalui Manara Minerals, sebuah usaha patungan antara Perusahaan Pertambangan Arab Saudi (Ma’aden) dan Public Investment Fun (PIF).

Selama kunjungannya, Al-Khorayef bertemu dengan sejumlah pejabat pemerintah serta delegasi penting lainnya, dan menegaskan ambisi Kerajaan untuk membangun sektor pertambangan yang kompetitif secara global sesuai dengan Visi 2030.

Sejumlah pertemuan yang dilakukan Al-Khorayef mencakup pertemuan tingkat tinggi dengan pemangku kepentingan utama di sektor pertambangan Indonesia, termasuk Direktur Utama Mind ID Maroef Sjamsoeddin, dan CEO PT Vale Febriany Eddy.

Melalui Manara Minerals, Kerajaan Arab Saud mempercepat investasi internasional di sektor pertambangan untuk mengamankan pasokan mineral penting yang dibutuhkan dalam negeri. Kerajaan tersebut kini tengah muncul sebagai pusat pertambangan global, didukung oleh cadangan mineral yang belum tergarap senilai sekitar 2,5 triliun dolar AS (sekitar Rp42,1 kuadriliun).

Dengan pengembangan sektor pertambangan yang diidentifikasi sebagai pilar ketiga ekonomi nasional, Kerajaan Arab Saudi secara aktif memanfaatkan kemitraan strategis internasional - seperti dengan Indonesia - untuk mengamankan bahan baku penting, menarik teknologi hilir, dan memperkuat rantai pasok global.

Sementara, cadangan nikel dan mineral penting lainnya yang melimpah di Indonesia juga merupakan peluang besar untuk investasi jangka panjang, pertukaran teknologi, dan integrasi rantai nilai.

Dengan meningkatnya permintaan global terhadap mineral penting, terutama logam baterai seperti nikel, Indonesia dinilai telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin global di sektor pertambangan.

Disebutkan pula bahwa pada akhir 2022, Indonesia membatasi ekspor bijih nikel dan memilih untuk memprosesnya di dalam negeri. Namun, cadangan Indonesia ditambah dengan insentif pemerintah dan kebijakan industri yang mendukung, menjadikan Indonesia sebagai mitra kunci bagi Kerajaan Arab Saudi dalam mencapai target iklim global.

Menteri Al-Khorayef juga menyoroti keselarasan antara Visi 2030 Arab Saudi dan peta jalan pertambangan Indonesia, yang sama-sama fokus pada diversifikasi ekonomi, pengembangan industri hilir, dan upaya keberlanjutan sesuai standar global.

Indonesia telah memperkenalkan berbagai insentif dan reformasi regulasi untuk menarik investor asing ke sektor pertambangan, termasuk perizinan yang disederhanakan, insentif pajak, dan kewajiban pemrosesan dalam negeri yang mendorong penciptaan nilai jangka panjang.

Langkah-langkah tersebut dinilai mencerminkan tren kawasan yang lebih luas, mencerminkan kerangka kerja yang berhasil diterapkan di Arab Saudi.

Transformasi Kerajaan Arab Saudi juga telah diakui secara internasional. Menurut World Risk Report 2023, Arab Saudi termasuk dalam sepuluh yurisdiksi teratas di dunia dengan risiko hukum dan keuangan terendah bagi investor pertambangan - hasil dari reformasi besar sejak 2018.

Reformasi sukses tersebut kini digunakan sebagai blueprint bagi pasar negara berkembang, karena pemerintah di seluruh dunia berupaya membangun kepercayaan investor dan mengembangkan kekayaan mineral secara berkelanjutan dan inklusif.

Forum Mineral Masa Depan

Selain itu, kunjungan tersebut juga mencerminkan semangat dari Forum Mineral Masa Depan (Future Minerals Forum/FMF) pada Januari lalu, yang mengundang para pemimpin dunia untuk memikirkan kembali masa depan pertambangan.

Laporan FMF 2024 menyoroti bahwa lebih dari 5,4 triliun dolar AS (sekitar Rp90,9 kuadriliun) investasi mineral dibutuhkan hingga 2035 untuk memenuhi tuntutan transisi energi, dengan lebih dari 40 persen di antaranya diperkirakan berada di pasar negara berkembang.

Pertemuan di Indonesia menjadi kesempatan bagi Menteri Al-Khorayef untuk menyampaikan pendekatan Kerajaan Arab Saudi terhadap prioritas pertambangan dan mengundang Indonesia untuk hadir dalam Forum Mineral Masa Depan ke-5 pada Januari 2026.

Indonesia dinilai telah menjadi anggota yang dihargai dalam keluarga FMF, yang mencakup negara-negara di Afrika, Asia Tengah, dan kawasan Timur Tengah yang lebih luas.

Inisiatif tersebut bertujuan untuk mempercepat eksplorasi wilayah baru (greenfield exploration), membuka potensi kekayaan mineral Kerajaan Arab Saudi senilai 2,5 triliun dolar AS (sekitar Rp42 kuadriliun), dan mendukung pengembangan rantai pasok mineral yang berkelanjutan dan bernilai tambah.

Dalam pertemuan di Indonesia tersebut, Menteri Al-Khorayef juga mengundang investor Indonesia untuk berpartisipasi dalam putaran ke-sembilan lisensi eksplorasi di Kerajaan Arab Saudi - yang mencerminkan komitmen Kerajaan untuk memperdalam kemitraan internasional di sektor mineral dan pertambangan.

Sabuk mineral yang ditargetkan - terletak di wilayah Madinah dan Riyadh - mengandung mineral utama seperti emas, tembaga, perak, seng, dan nikel.

Perusahaan Indonesia juga didorong untuk memanfaatkan berbagai insentif investasi yang kuat, termasuk pendanaan hingga 75 persen dari biaya modal melalui Dana Pengembangan Industri Kerajaan Arab Saudi, hak kepemilikan asing penuh, serta akses terhadap data geologi terperinci melalui platform Taade’en.

Dengan Manara Minerals sebagai ujung tombak strategi investasi luar negeri Kerajaan Arab Saudi, kemitraan masa depan dengan mitra Indonesia akan dibangun tidak hanya berdasarkan potensi komersial, tetapi juga komitmen bersama terhadap pengelolaan lingkungan dan pembangunan sosial ekonomi.

Lebih lanjut, kunjungan Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi ke Indonesia juga disebut untuk menegaskan kembali kepemimpinan Kerajaan Arab Saudi dalam memajukan kolaborasi global, mempromosikan ketahanan, dan mendukung pasokan mineral yang bertanggung jawab untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

"Seiring dengan terus berubahnya lanskap global, Kerajaan Arab Saudi dan Indonesia siap memainkan peran penting dalam memasok mineral yang akan mendukung masa depan energi bersih dunia - sekaligus berkontribusi pada kesejahteraan kedua negara dan masyarakatnya," demikian menurut keterangan rilis Kementerian tersebut.

Baca juga: Indonesia-Arab Saudi bahas penguatan kerja sama, mitigasi kebijakan AS

Baca juga: BPKH turut kaji pengembangan lahan dan bandara alternatif di Arab Saudi