Harare, (Antarariau.com) - Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, Kamis (31/7), dengan suara lantang mengecam sikap diam Eropa dan Amerika Serikat sehubungan dengan berlanjutnya pemboman terhadap Jalur Gaza oleh Israel.
Mugabe membandingkan agresi itu dengan campur tangan militer Barat di Libya untuk menggulingkan Muammar Gaddafi.
Presiden yang kini berusia 90-an tahun itu mengeluarkan pernyataan tersebut dalam satu acara yang diselenggarakan di Wisma Negara untuk untuk merayakan kemenangannya dalam pemungutan suara tepat setahun lalu, sehingga menambah lima tahun lagi kekuasaannya, yang sudah berlangsung 34 tahun sejak kemerdekaan negeri itu.
Mugabe meraih 62 persen suara, dan mengalahkan pesaing utamanya Morgani Tsvangirai --yang memperoleh 33 persen suara-- dan mendepak partai oposisi pimpinan Tsvangirai dari pemerintah koalisi --yang berlangsung dari 2009 sampai 2013. Selama bertahun-tahun, partai Mugabe telah mencap Tsvangirai sebagai "boneka" Barat.
Dalam pesta perayaan itu, Mugabe menuduh Barat bersikap munafik sebab mereka menyerbu Libya dengan dalih melindungi warga sipil, tapi sekarang Barat tidak ikut campur di Jalur Gaza untuk melindung warga sipil dari pemboman Israel.
"Kalau kemarin warga sipil, kebutuhan untuk melindungi warga sipil di Libya yang mengakibatkan Eropa dan Amerika mengirim pasukan NATO ke Libya. Sekarang apa yang mencegah mereka pergi ke sana (Jalur Gaza)," Mugabe mempertanyakan.
Ia mencela penderitaan manusia di Jalur Gaza, dan mengatakan masalah antara faksi yang berperang mestinya dapat diselesaikan melalui dialog.
Serangan militer Israel ke Jalur Gaza, yang dilancarkan pada Selasa (8 Juli) guna "mengakhiri serangan roket Palestina" ke dalam wilayah Israel, telah menewaskan sebanyak 1.253 orang Palestina dan 56 orang Israel --termasuk 53 prajurit.
Upaya regional dan internasional guna mengakhiri perang yang sedang berkecamuk antara Israel dan gerilyawan Palestina di Jalur Gaza telah berlangsung tanpa kendali.
Mugabe juga menyalahkan Dewan Keamanan PBB karena tidak bertindak apa-apa sehubungan dengan pemboman tersebut.
"Kita tak boleh membiarkan itu terjadi. Ini benar-benar pengkhianatan terhadap perdamaian internasional," katanya dikutip Xinhua.
Ia mengeluh bahwa Afrika tak lagi mengemban pemikiran para pembebas besar Afrika seperti Kwame Nkrumah dari Ghana, yang ingin melihat emansipasi total benua itu di kancah politik serta ekonomi.
Presiden tersebut mengatakan di Zimbabwe, kekuasaan sekarang tak terhalang untuk melaksanakan kebijakan kehidupan kembali ekonomi, terutama nilai tambah, sebab oposisi dukungan Barat telah tersingkir dari posisi.
Berita Lainnya
Jenazah mantan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe diterbangkan dari Singapura untuk pemakaman
11 September 2019 14:08 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB