Pekanbaru (ANTARA) - Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR) Riau menggelar kegiatan sosialisasi dan edukasi penggunaan antibiotik dengan bijak kepada masyarakat guna mencegah resistensi anti mikroba yang dapat membahayakan kesehatan.
Sosialisasi dilaksanakan di Stadion Utama Riau, Jalan Naga Sakti Pekanbaru, Minggu pagi, bekerjasama dengan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Pekanbaru, Kimia Farma yang melibatkan apoteker dan mahasiswa STIFAR Riau.
Rangkaian kegiatan di antaranya, talk show kesehatan, pemeriksaan glukosa, asam urat, kolestrol, konseling kesehatan bersama apoteker secara gratis.
Ketua STIFAR Riau Dr. apt. Enda Mora, M.Farm, mengatakan STIFAR sebagai perguruan tinggi farmasi bekerjasama dengan Balai Besar POM dan Kimia Farma pro aktif mengedukasi masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat.
Selain itu, juga memberikan edukasi kepada pemilik profesi ketika bekerja di tempat pelayanan kesehatan ikut menjaga dan mengedukasi masyarakat maupun tenaga kesehatan lainnya.
"Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka edukasi pemakaian antibiotik dengan benar, menyimpan dan jangan membuangnya sembarangan. Antibiotik harus dipakai sesuai dosis yang ditetapkan oleh tenaga medis atau dokter. Sekarang di Pekanbaru dan Indonesia umumnya telah terjadi gejala resistensi antibiotik yang sangat berbahaya sekali.
Ketika terjadi resistensi, bakteri tidak bisa dilawan. Banyak kematian terjadi karena tidak tepat dalam pemakaian obat, itu yang kita miris," ucap Enda Mora.
Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Balai Besar POM Pekanbaru Dra. Syarnida, Apt, MM, mengatakan pemakaian antibiotik yang tidak benar berdampak pada resistensi antibiotik menyebabkan bakteri berkembang biak dan sulit diobati sehingga beresiko fatal kematian.
"Masyarakat sebagai pengguna harus paham penggunaan antibiotik ketika dia sakit. Tentunya dengan datang ke orang yang berkompeten yakni dokter. Jangan pukul rata penggunaan antivirus, antibiotik, antijamur. Harus resep dari dokter. Begitupun menyimpan dan membuangnya, ada anjurannya," sebut Syarnida.
Syarnida mengatakan selain sosialisasi dan edukasi, pihaknya juga memiliki program ayo buang sampah obat dengan melibatkan apotik dan toko obat. Program ini sudah dilaksanakan sejak 2019 dan akan kembali di jalan dalam waktu dekat.
Pemateri Talk show kesehatan yang merupakan Kepala Instalasi Farmasi RS Santa Maria apt. Pretty F Panjaitan, S.Si menyampaikan edukasi dengan tema dagusibu antibiotik yang merupakan slogan penggunaan obat dengan singkatan "dapatkan, gunakan, simpan dan buang".
Pretty yang juga merupakan Mahasiswa Program Magister Farmasi STIFAR Riau menjelaskan agar masyarakat mendapatkan antibiotik dari sarana resmi rumah sakit, apotik, toko obat berizin, harus dari ahlinya. Pemakaian antibiotik sesuai anjuran dokter dan tenaga medis, antibiotik harus dihabiskan, perhatikan waktu pemakaian antibiotik/dimakan tepat waktu. Untuk penyimpanan antibiotik tidak boleh terkena sinar matahari langsung dan harus jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh disimpan melewati tanggal kedaluwarsa, sedangkan pembuangan antibiotik dengan membuka kemasan, direndam dalam air, ditimbun dalam tanah. Untuk etiketnya dilepas dan dirusak.
Dalam talk show itu, dia berinteraksi langsung dengan masyarakat yang berkonsultasi tentang penggunaan antobiotik. Selain itu juga ada pembahasan tentang urgensitas antibiotik, pemanfaatan herbal sebagai pencegah infeksi.
Dalam kegiatan itu juga dilakukan sosialisasi penerimaan mahasiswa baru tingkat Magister S2, S1 dan D3 farmasi dan profesi apoteker di Lingkungan STIFAR Riau.