Jakarta (ANTARA) - Pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam perekonomian di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberhasilan pertanian memiliki dampak besar terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai hasil pertanian yang optimal, masalah irigasi berperan sangat penting.
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Sleman menguatkan program irigasi perpompaan atau pompanisasi di wilayah-wilayah sentra pangan, yakni Minggir, Moyudan, Sayegan, Godean, dan Prambanan.
Irigasi atau pengairan adalah usaha menyediakan air dengan membangun saluran air ke sawah atau ladang. Irigasi berperan penting dalam mendukung keberhasilan budi daya pertanian agar tanaman tumbuh secara optimal.
Adanya sistem irigasi yang baik dan efisien ditujukan untuk terus meningkatkan produktivitas pertanian. Air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat. Jika tidak, maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian.
Secara alami, seharusnya kebutuhan air dapat dipenuhi dari air irigasi dan air hujan, namun kenyataannya, ketersediaan air tidak merata sepanjang waktu dan setiap tempat. Di beberapa tempat dan dalam waktu-waktu tertentu, jumlah air hujan tidak bisa memenuhi kebutuhan tanaman, apalagi bagi lokasi tanaman yang berada di luar sistem daerah irigasi.
Bahkan, ada juga lahan yang berada dalam sistem daerah irigasi, karena keperluan tertentu, aliran air dimatikan, sehingga berpengaruh terhadap produksi pertanian, termasuk tanaman padi.
Lahan baku sawah
Data Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Slemam mencatat lahan baku sawah di wilayah itu seluas 16.895 hektare dan yang berupa sawah irigasi seluas 15.425 hektare, sedangkan sawah tadah hujan seluas 470 hektare.
Sawah irigasi itu tersebar pada semua wilayah kapanewon (kecamatan), sedangkan sawah tadah hujan hanya berada di Kapanewon Prambanan, yakni di Kalurahan Gayamharjo, Sambiharjo, dan Wukirharjo. Pada sawah tadah hujan, karena hanya bergantung pada air hujan, maka hanya bisa menanam padi satu kali dalam satu tahun.
Pemerintah Kabupaten Sleman juga membangun embung pertanian pada 2020 di Sambirejo, Prambanan, yang mampu menampung air hujan, yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi pada areal di sekitarnya, sehingga yang semula satu kali tanam menjadi dua kali.
Kondisi perbukitan dan tidak adanya sungai menyebabkan sulitnya upaya bantuan sarana irigasi. Bantuan Embung Cluweg yang selama ini dibuat, belum mampu menambah luasan tanaman padi karena memang kapasitasnya yang kecil. Embung Cluweg hanya bisa dimanfaatkan untuk tanaman pertanian lain.
Pada sawah irigasi, penanaman padi dilakukan dengan indeks pertanaman dua hingga tiga kali, tergantung dari ketercukupan air.
Irigasi pertanian di Sleman, selain adanya daerah-daerah irigasi juga ditopang dengan adanya Selokan Mataram dan saluran Van Derwijk. Hanya saja, menghadapi perubahan iklim ekstrem akibat El Nino akhir 2023, menyebabkan volume dan debit air menyusut, apalagi dengan adanya kebijakan pematian selokan Mataram dan saluran Vanderwijk setiap Oktober, menyebabkan berubahnya tata tanam.
Kondisi itu menyebabkan mundurnya waktu tanam atau berganti komoditas pertanian lain yang kebutuhan airnya lebih sedikit dibanding tanaman padi.
Irigasi perpompaan
Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman dalam mendukung penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan air pertanian adalah dengan irigasi perpompaan dan pompanisasi. Kegiatan pompanisasi dengan pemberian bantuan pompa air kepada kelompok tani telah dilakukan setiap tahun.
Istilah irigasi perpompaan adalah sistem irigasi dengan menggunakan pompa air yang pendistribusiannya melalui saluran terbuka maupun saluran tertutup, dengan memanfaatkan sumber air dari sungai, mata air atau sumber air lainnya, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.
Berdasarkan istilah ini, maka bangunan sumur ladang dan irigasi air tanah dangkal (IATD), termasuk di dalamnya, yang membedakan adalah sumber airnya berasal dari air tanah bukan air permukaan.
Bantuan pompa air dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman melalui Bidang Tanaman Pangan, dalam lima tahun terakhir, yakni dari Tahun 2019 hingga 2024, sebanyak 160 unit.
Bantuan ini dimanfaatkan oleh petani untuk menyedot air sumur yang ada di dalam tanah.
Selain dari bantuan pemerintah, banyak petani yang mengadakan pompa air maupun pembuatan sumur secara mandiri. Bantuan sumur berupa sumur ladang dan irigasi air tanah dangkal (IATD).
Bantuan sumur ladang berupa bangunan sumur ladang lengkap dengan pompa air beserta selang hisab dan selang buang. Selama lima tahun terakhir, pemkab sudah menyerahkan bantuan untuk tanaman pangan sebanyak 23 unit.
Sementara bantuan IATD dengan paket berupa bangunan bak penampung air, bangunan sumur dengan kedalaman 30 meter dan pompa "submersible" sudah diberikan sebanyak 44 unit. Pelaksanaan pembuatan sumur ladang maupun IATD dilakukan secara swakelola tipe IV oleh kelompok tani atau gabungan kelompok tani (gapoktan) penerima.
Selain bantuan tersebut di atas, pada Tahun 2024 ini, juga ada bantuan peningkatan ketersediaan air guna budi daya tanaman baru maupun penyelamatan budi daya tanaman padi, melalui kegiatan pengembangan irigasi perpompaan dari dana APBN.
Bantuan berupa bangunan bak penampung air, bangunan panel listrik dan pompa air yang diberikan kepada petani dalam bentuk uang yang langsung ditransfer ke rekening kelompok tani. Pelaksanaan kegiatan juga dilakukan secara swakelola oleh kelompok tani penerima.
Irigasi perpompaan sangat dirasakan oleh Kelompok Tani Tiwir Kalurahan Sumbersari, Kabupaten Sleman.
Ketua Kelompok Tani Tiwir Kalurahan Sumbersari Sunardi bercerita, kini, dengan lahan seluas 25 hektare, biasanya hanya ditanami dua kali tanaman padi, setelah ada irigasi perpompaan, petani di kalurahan itu dapat panen tiga kali dalam satu tahun.
Setiap Agustus sampai Oktober, anggota kelompok tani itu biasanya membiarkar lahan mereka tidak ditanami, karena tidak ada air, namun dengan irigasi perpompaan, petani bisa menanam padi kembali.