Pekanbaru (ANTARA) - Utusan Khusus Presiden untuk Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terhadap kesepakatan pengendalian perubahan iklim Paris Agreement.
Sejumlah program untuk memperkuat aksi mitigasi perubahan iklim telah disiapkan termasuk pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), pemanfaatan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), serta rehabilitasi 12,7 juta hektare hutan untuk mendukung ketahanan pangan.
"Pak Prabowo berkomitmen kesepakatan yang telah dibuat oleh pemerintah sebelumnya akan dilanjutkan," kata Hashim saat membuka Paviliun Indonesia pada COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11).
Dalam ajang COP 29 di Azerbaijan ini, APP Group juga kembali menegaskan komitmen globalnya sebagai pendorong perubahan dalam upaya menanggulangi krisis iklim melalui transisi energi hijau dan praktik keberlanjutan. Managing Director APP Group, Suhendra Wiriadinata, menekankan peran penting perusahaan dalam mendorong aksi iklim kolaboratif antara sektor publik dan swasta demi terciptanya masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
“Menghadapi perubahan iklim bukan hanya tanggung jawab satu sektor atau satu negara, ini adalah tantangan bersama yang menuntut sinergi di seluruh sektor.APP Group siap untuk terus berinovasi dan berinvestasi dalam solusi hijau yang tidak hanya mendukung target dekarbonisasi nasional, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam konteks global,” ujar Suhendra.
Solusi melalui Transisi Energi Hijau
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri pulp dan kertas, APP Group telah membuat langkah besar dalam transisi energi. Inisiatif seperti konversi ke energi biomassa dan penggunaan panel surya di fasilitas produksi memungkinkan perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Hingga saat ini, pabrik OKI berhasil mengandalkan 98% sumber energi dari energi terbarukan, dan upaya ini membantu perusahaan mencapai penurunan intensitas karbon sebesar 11% sejak 2018.
“Langkah-langkah ini merupakan bagian dari visi kami untuk mewujudkan proses produksi yang rendah karbon dan berkelanjutan. “Kami tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi kami sendiri, tetapi juga pada menciptakan model bisnis yang dapat diikuti industri lain dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon,” lanjutnya.
Pemberdayaan Komunitas
Suhendra juga menekankan pentingnya keberlanjutan berbasis komunitas, yang terlihat dari pendekatan holistik APP dalam pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat. Program Desa Makmur Peduli Alam (DMPA) telah memberdayakan komunitas lokal dengan menciptakan peluang ekonomi melalui pembinaan UMKM dan pelatihan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.
“Perlindungan hutan yang efektif tidak mungkin tanpa keterlibatan masyarakat setempat,” kata Suhendra. “Program DMPA bukan hanya tentang pelestarian alam, tetapi juga menciptakan kemandirian ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area konsesi kami. Dengan membangun kesejahteraan mereka, kami memperkuat komitmen kami terhadap keberlanjutan jangka panjang.”
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dalam sambutan saat pembukaan Pavilion Indonesia mengatakan, “Hutan harus kita jaga dan lindungi sebagai sumber kesejahteraan bagi masyarakat.
"Saya percaya, kolaborasi, tanggung jawab, dan solidaritas kita bisa melindungi dan melestarikan hutan kita sekaligus membuat kebijakan yang memberikan keberkahan bagi generasi berikutnya," tambahnya.
Menginspirasi Aksi Kolektif untuk Masa Depan yang Lebih Baik
APP Group melihat keikutsertaannya di COP 29 sebagai peluang untuk menginspirasi dan mempromosikan aksi kolektif yang dapat mempercepat inisiatif dekarbonisasi di seluruh sektor industri. Suhendra berharap bahwa partisipasi APP di COP 29 akan memperkuat kolaborasi lintas sektor dan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk bergabung dalam gerakan hijau global ini.
“APP Group berkomitmen untuk memainkan peran aktif dalam aksi iklim dan mewujudkan masa depan yang lebih hijau. Kami yakin bahwa melalui aksi kolektif, kita dapat mengatasi tantangan perubahan iklim dan menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang,” tutup Suhendra.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Fasiol Nurofiq dalam sambutannya menjelaskan tiga tujuan utama penyelenggaraan Paviliun Indonesia. Yang pertama adalah untuk menyuarakan aksi iklim Indonesia kepada dunia sebagai bagian soft diplomacy.
Kedua, untuk menunjukkan program pengendalian perubahan iklim yang dilakukan Indonesia secara berkolaborasi antara pemerintah, NGO, sektor swasta, hingga masyarakat. Ketiga, membangun platform untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan membangun kemitraan untuk memperkuat ketahanan iklim di Indonesia.