Pekanbaru, (Antarariau.com) - Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenomics mengklaim perusahaan kertas Asia Pulp and Paper (APP) yang mengumumkan program restorasi satu juta hektare hutan di Indonesia semata-mata demi memuluskan kepentingan bisnis di pasar internasional.
"Restorasi hutan sejuta hektare merupakan upaya APP demi kepentingan bisnis, agar diterima pasar internasional terutama Amerika Serikat," ujar Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi melalui telepon seluler dari Pekanbaru, Kamis.
Program restorasi dan konservasi satu juta hektare hutan tersebut diluncurkan pada awal pekan ini, lanjutnya, memiliki tujuan supaya tidak lagi dilakukan kampanye negatif oleh LSM lingkungan yang berafiliasi di Indonesia.
Menurutnya, kawasan hutan di Indonesia tidak bisa sembarangan digunakan untuk tujuan kepentingan bisnis APP yang merupakan raksasa industri kertas. Salah satu pusat bahan baku penghasil kertas adalah hutan tanaman industri yang berada di Riau.
Greenomics meminta kepada perusahaan tersebut untuk tidak melakukan klaim secara sepihak luas areal lahan yang direstorasi maupun konservasi satu juta hektare, tanpa adanya kejelasan mendasar berupa legalitas atas areal itu.
"APP sama sekali tidak memiliki otoritas untuk mengklaim kawasan hutan tersebut, sebelum jelas dulu dasar legalitasnya," tegas Elfian.
Pihaknya juga meminta kepada pihak-pihak yang terlibat dalam merancang program restorasi hutan satu juta hektare yang salah satunya diduga dilakukan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, untuk memastikan dulu aspek legalitas perusahaan kertas itu.
Greenomics juga mengingatkan APP untuk tidak melakukan barter kepentingan bisnisnya dengan pihak-pihak tertentu yang melibatkan serta mengorbankan hutan di Indonesia.
"Ada dugaan kuat, pengumuman restorasi hutan itu telah mengarah pada praktek barter kepentingan APP di pasar internasional dengan sebuah perizinan restorasi ekosistem di kawasan hutan Pulau Sumatera," ucapnya.
Pada Senin (28/4), APP mengumumkan rencana restorasi dan mendukung konservasi satu juta hektare hutan di Indonesia. Inisiatif ini disusun dengan berbagai masukan dari pemangku kepentingan termasuk WWF, Greenpeace dan LSM anggota dari "solutions working group" APP.
"Setelah lebih dari satu tahun kami menerapkan kebijakan konservasi hutan (FCP), semakin jelas bagi kami bahwa kunci sukses menghentikan deforestasi di Indonesia melalui pendekatan tingkat lanskap terhadap restorasi dan konservasi," kata Managing Director Sustainability APP, Aida Greenbury.