Menyingkap komitmen hijau APRIL, gunakan EBT untuk hasilkan produk terurai

id Komitmen hijau APRIL, Energi baru terbarukan, produk terurai,energi hijau,nolemisibersih, sustainableliving Oleh Bayu Agustari Adha

Menyingkap komitmen hijau APRIL, gunakan EBT untuk hasilkan produk terurai

Riau Complex, kawasan Pabrik Pulp, Kertas, dan Rayon serta Cottage APRIL Grup di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. (ANTARA/HO-RAPP)

Pekanbaru (ANTARA) - Pangkalan Kerinci pada tahun 1993 hanyalah sebuah dusun kecil berpenduduk sekitar 200 kepala keluarga. Masih merupakan bagian dari Kabupaten Kampar, hingga enam tahun kemudian memisahkan diri dan berdiri Kabupaten Pelalawan pada tahun 1999.

Pangkalan Kerinci pun dari sebuah dusun langsung menjelma jadi ibu kota kabupaten tanpa menjadi kecamatan terlebih dulu. Sampai akhirnya pada tahun 2020 Pangkalan Kerinci telah dihuni oleh lebih dari 150 ribu jiwa.

Dari dusun kecil lalu menjadi kawasan urban dengan ekonomi menggeliat, perkembangan Pangkalan Kerinci tak lepas dari beroperasinya salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia yakni PT Andalan Riau Pulp and Paper (RAPP) yang merupakan unit andalan Asia Pasific Resources International holding Ltd (APRIL Group) di bawah naungan Grup Raja Garuda Emas (RGE).

RAPP berkontribusi membuka lapangan kerja lebih 65 ribu pekerjaan sejak pabrik didirikan awal tahun 1990an. Dengan begitu RAPP turut merangsang perputaran ekonomi sekitarnya bahkan membuka akses jalan pada 1994 ke ibu kota Provinsi Riau, Kota Pekanbaru.

Dalam operasinya, RAPP menghasilkan bubur kertas, kertas, serat rayon dan juga benang. Produk tersebut dihasilkan dari pengolahan kaya berjenis akasia dan eucalyptus yang ditanam pada lahan konsesi Hutan Tanaman Industri aktif seluas 494 ribu hektare berada di lima kabupaten di Provinsi Riau.

Iklim yang sangat menguntungkan membuat eucalyptus bisa dipanen setelah lima tahun pada tanah mineral. Lalu akasia crassicarpa bisa dipanen kurang dari lima tahun, sekitar 4 tahun 7 bulan karena ditanam pada tanah gambut. Pohon yang terlalu tinggi bisa menyebabkannya tumbang karena cengkeraman akar pada tanah gambut tidak terlalu kuat.

Kayu yang sudah dipanen dikumpulkan untuk dikuliti yang kulitnya dipisahkan untuk menjadi bahan bakar bersama baru bara. Sedangkan barang kemudian akan dicacah menjadi potongan-potongan kecil untuk selanjutnya dimasak bersama bahan kimia white liquor. Getah yang ada pada kayu diesktraksi dan hasilnya menjadi black liquor.

Kemudian dikentalkan dan dimasak lagi dengan tambahan soda sampai menjadi white liquor kembali. Selanjutnya dicuci dan diputihkan sampai menjadi lembaran bubur kertas dan siap diekspor ke 20 negaramelalui Pelabuhan Buton yang jaraknya 90 km yang menggunakan akses jalan sendiri.

Sementara sebanyak 30 persen pulp diolah menjadi kertas dengan brand "PaperOne" yang telah terjual ke 110 negara di dunia. Kalau ini didistribusikan ke Pelabuhan Buatan, Kabupaten Siak yang berjarak 45 km.

Pada 21 Februari 2020 APRIL Group memiliki unit bisnis baru yakni Asia Pasific Rayon (APR) yang diresmikan Presiden Joko Widodo. Produk serat rayon yang juga didapatkan dari kayu akasia dan eucalyptus pada waktu itu juga melakukan pengiriman perdana ke Jawa Tengah dan Timur Tengah. Saat ini memiliki kapasitas produksi 860 ton per hari.

Tak berselang lama juga lahir Asia Pasific Yarn (APY) yang memproduksi benang dari serat rayon ini dengan kapasitas produksi 61 ton per hari. Serat maupun Benang ini menjadi alternatif bahan pakaian yang lebih ramah lingkungan dibanding katun maupun bahan kaos polyester karena lebih cepat terurai.

"Kalau baju dibuang ke tanah dengan kelembaban tanah dan air dalam minggu ketiga sudah larut sempurna, terurai di tanah, karena serat yang diambil dari eucalyptus dan Akasia juga dari tanah. Kalau polyester sama dengan plastik, ratusan tahun terurai. Katun meskipun berasal dari alam juga terurainya dua kali lebih lama dari serat rayon," kata Asep Dadang Kusmiran, Aplication Development Center APY.

Asia Pasific Rayon, salah satu unit APRIL Grup yang memproduksi serat rayon. ANTARA/HO-RAPP


Komitmen Bisnis Berkelanjutan

Dalam menjalankan industri, APRIL tak hanya mengedepankan aspek keuntungan, namun juga memperhatikan kehidupan berkelanjutan. Prinsip kerja dari hulu ke hilir menerapkan nilai-nilai lingkungan yang untuk berpartisipasi dalam mencegah perubahan iklim.

Direktur RAPP, Mulia Nauli menyampaikan pihaknya ikut berpartisipasi dalam mencapai Sustainable Development Goals yang salah satunya mengurangi perubahan iklim. Hal itu tertuang dalam Komitmen APRIL 2030.

"Kalau APRIL kita klaim kita adalah green product, datanya adalah kita menanam, kita semua tahu pohon itu menyerap CO2 untuk pertumbuhannya dan melepas O2, itu saja. Hasilnya kita olah segala macam jadi bahan jadi pulp kertas itu terurai kembali," ujarnya.

Dalam proses produksi RAPP menggunakan tujuhboiler yang menggerakkan 8 turbin listrik berasal dari uap panas dengan daya 630 Megawatt. Ini merupakan suatu pemanfaatan energi non fosil atau bersumber dari energi baru terbarukan (EBT). Namun begitu pada satu boiler masih menggunakan batu bara yang dibakar bersama kulit kayu untuk menghasilkan uap panas.

Selain itu juga sudah ada 11 MW Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang 100 persen untuk pabrik kertas. Sedang berproses juga instalasi panel surya di atas atap dan ditargetkan akan ada 50 MW pada 2030 dan akan menjadi yang terbesar yang dibangun swasta.

Sustainability Operation Fiber Manager, Addriyanus Tantra dalam penjelasannya menguraikan sejatinya APRIL sudah menerapkan prinsip berkelanjutan sejak 2002 dimulai dengan sertifikasi. Pada tahun 2014 APRIL Group mempublikasikan Sustainable Forest Management (SMF) 2.0 atau pengelolaan hutan berkelanjutan.

SMF itu ada komitmen satu banding satu atau 1for1 yang artinya dalam 1 ha lahan yang dikelola akan dialokasikan pula 1 ha untuk konservasi dan restorasi sebagai upaya mencapai nol emisi. Konservasi berada di dalam lahan konsesi dan restorasi di luar konsesi. Saat ini sudah 80 persen atau sekitar 360 ribu ha.

Pada 2020 lanjutnya APRIL mengumumkan APRIL2030 dengan sejumlah komitmen yang harus dicapai. Seperti dalam mengelola konservasi dan restorasi tahun ini harus net zero emosi karbon dari penggunaan lahan. Kemudian menambah proteksi area berhutan, pengurangan emisi 25 persen dari per ton produk pulp, kertas dan rayon dengan gunakan energi terbarukan 90 persen.

"Desember 2023 sudah 88 persen energi produksi pabrik dari energi terbarukan dengan membakar kulit kayu, slutch atau bahan organik, dan black liquor. Termasuk salah satu upaya dengan solar panel yang target 50 MW pada 2030 hanya untuk pabrik. Juga bus listrik dan mencoba bahan bakar alternatif lebih ramah lingkungan untuk transportasi alat berat dan truk," ungkapnya.

Pihaknya juga mengimplementasikan komitmen 1USD per ton. Artinya satu ton kayu yang masuk ke pabrik, akan ada investasi 1 dolar AS untuk konservasi dan restorasi berupa penanaman kembali, biaya patroli, dan lainnya.

Panel surya swasta terbesar

Panel Surya di Riau Complex PT RAPP dengan total daya 11 MW. ANTARA/HO-RAPP


Pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi terbarukan pada 2030 sebesar 25 persen. Untuk mencapainya, salah satunya adalah dengan mendorong perusahaan negara maupun swasta untuk menggunakan energi melalui pembangkit listrik tenaga surya atau matahari menggunakan panel surya.

Teori dasarnya adalah sinar matahari yang bebas digunakan menjadi energi listrik. Solat panel adalah media yang bahannya dari silikon dan bahan lain yang sifatnya bisa mengantarkan energi listrik, memindahkan elektron. Yang diambil bukan panasnya tapi radiasinya atau infranya.

Akibat dari radiasi itu akan memiliki energi untuk menggerakkan sehingga terjadi sirkulasi perpindahan energi. Radiasi akan mengalirkan arus dan terjadi sirkuit atau putaran menghasilkan energi listrik dengan arus bolak-balik. Solar panel ada kaca di atasnya yang terbuat dari pasir menampung sinar matahari hingga ke silikon. Selanjutnya ada pengubah arus (inverting) dari bolak balik ke satu arah lalu dialirkan melalui jaringan.

Disampaikan Solar Panel Manager APRIL, Tigor Sardison Omopusunggu bahwa untuk biaya pemasangannya bisa dikatakan masih tinggi. Butuh 6 sampai 7 tahun untuk pengembalian modal, padahal dari segi bisnis layaknya 1-2 tahun itu sudah kembali.

"Tapi Chairman kita berpikir dengan visi yang jauh ke depan, memikirkan bagaimana kita ini baik bagi iklim dan banyak oksigen di sini," ujarnya.

Maka dilakukanlah instalasi Panel Surya di mana masih banyak entitas bisnis yang enggan untuk itu. Saat pemasangan pertama biayanya mencapai 800 ribu Dolar AS pada tahun tahun 2021 untuk 1 MW. Pada tahun 2022 sudah menurun menjadi 540 ribu Dollar AS per 1 MW dan pemasangan ketiga tahun 2023 sudah menjadi 470 ribu Dolar AS untuk 1 MW.

Belum lagi biaya dari tanah, pemasangan, perawatan dan lainnya karena untuk 1 MW saja butuh lahan 1,1 ha. Pihaknya memasang Panel surya pertama pada tahun 2021 dengan daya 1 MW dan kedua tahun 2022 daya 11 MW yang berada di atas landfiil.

Pemasangan ketiga tahun 2023 di atas atap pabrik dengan daya 24 MW yang masih berproses, tapi 4,2 MW sudah berfungsi.

Pemasangan pertama menggunakan Panel jenis thinfilm dan kedua pakai monocrystalline. Untuk mendukung target 50 MW pada 2030 akan dilakukan juga pemasangan pada 23 Estate di Provinsi Riau yang menggunakan genset, baterai, dan solar panel. Salah satu yang sudah ada yakni di Estate Pelalawan dengan daya 0,5 MW.

Pemakaian energi baru terbarukan yang mencapai 90 persen dalam operasional APRIL tak hanya dari aktivitas industri, tapi juga oleh sarana pendukung. Di antaranya penggunaan bus listrik bagi karyawan yang telah tersedia 18 unit, konversi sepeda motor karyawan ke jenis listrik, hingga kampanye pemakaian bahan bukan plastik mulai dari kantong, sedotan, sampai kemasan air dari paperboard atau karton.