Jakarta (ANTARA) - Perusahaan baja nasional PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) siap menghasilkan baja emisi nol bersih dengan menerapkan teknologi yang memanfaatkan hidrogen ramah lingkungan untuk menggantikan gas alam.
"Dekarbonisasi produksi baja sejalan dengan komitmen kami untuk mencapai net zero dan menghasilkan keunggulan kompetitif secara regional," Anggota Komite Eksekutif GRP Kimin Tanoto dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
.
Dengan menerapkan teknologi Australia pada fasilitas produksi, GRP berencana mengurangi emisi karbon industri baja melalui inisiasi peralihan dari gas alam ke hidrogen ramah lingkungan.
Menurut dia, inisiatif tersebut didukung pemerintah Indonesia dan Australia melalui sebuah studi kelayakan teknis yang dilakukan Katalis, program pengembangan bisnis bilateral bentukan kedua pemerintah.
Studi kelayakan teknis tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman GRP dan Fortescue yang ditandatangani pada acara KTT B20 di Bali pada bulan November 2022.
Sesuai MOU, kedua pihak sepakat menyelidiki peran hidrogen dan amonia ramah lingkungan yang dipasok oleh Fortescue dalam upaya dekarbonisasi pada pabrik-pabrik baja GRP, serta peluang offtake.
Nota kesepahaman dan studi kelayakan teknis ini dapat membantu mewujudkan niat GRP mencapai pengurangan emisi karbon secara penuh pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2050. Studi kelayakan teknis tersebut diharapkan rampung pada bulan Desember 2023.
Jika proyek ini terlaksana, tambah Kimin, perusahaan akan menggantikan penggunaan gas alam pada pabrik di Cikarang, Jawa Barat, dengan hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi perusahaan energi ramah lingkungan asal Australia, Fortescue.
Dikatakannya, energi dari gas merupakan komponen penting dalam proses produksi baja, untuk itu kedepannya, GRP dan Fortescue akan menelusuri peluang mengembangkan fasilitas hidrogen ramah lingkungan di dalam pabrik baja di Cikarang, yang luasnya lebih dari 200 hektar.
Hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi di pabrik tersebut direncanakan akan menggantikan gas alam yang saat ini digunakan dalam proses hilir dan memastikan efisiensi berkelanjutan dalam produksi baja.
Presiden Energi Fortescue wilayah Asia Pasifik Eva Hanly mengharapkan perusahaan-perusahaan lain bergabung untuk memerangi perubahan iklim menerapkan teknologi ramah lingkungan.
"Kami mengembangkan elektron, hidrogen, dan teknologi ramah lingkungan secara global untuk membantu dunia bergerak maju meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil," katanya.
Direktur Katalis Paul Bartlett menambahkan transisi menuju ekonomi ramah lingkungan memerlukan upaya bersama antarbisnis untuk berkolaborasi, berinovasi, dan berinvestasi.
Baca juga: Ekspor produk baja Indonesia meningkat pesat dalam lima tahun terakhir
Baca juga: Presiden Jokowi harap pabrik baja lembaran panas akan hemat devisa Rp29 triliun
Berita Lainnya
Erick Thohir ajak masyarakat doakan Garuda Muda lolos ke Olimpiade Paris
02 May 2024 17:02 WIB
Warga Malaysia ini masuk Indonesia secara ilegal, ini yang dilakukan Kemenkumham Riau
02 May 2024 16:58 WIB
BMKG sebut gelombang panas Asia tidak terdampak di Indonesia
02 May 2024 16:45 WIB
Mendag Zulkifli Hasan minta importir percepat suplai untuk tekan harga gula
02 May 2024 16:40 WIB
BPS catat inflasi pada Lebaran 2024 lebih rendah dari tahun-tahun lalu
02 May 2024 16:30 WIB
Program Kartu Prakerja raih penghargaan Wenhui Awards dari UNESCO
02 May 2024 16:15 WIB
Puan Maharani ajak dukung kemajuan ekosistem pendidikan pada Hardiknas 2024
02 May 2024 15:54 WIB
ADB dorong pemerintah di Asia dan Pasifik dukung kesejahteraan penduduk lanjut usia
02 May 2024 15:32 WIB