Meranti bakal jadi pemasok listrik ke Singapura, nilai investasi capai Rp12 triliun

id Asmar bertemu investor Singapura ,Investasi Singapura ke Meranti ,Investasi di Meranti

Meranti bakal jadi pemasok listrik ke Singapura, nilai investasi capai Rp12 triliun

Plt Bupati Kepulauan Meranti, Asmar (baju hitam tengah) dan pihak BUMD PT Bumi Meranti melakukan pertemuan bersama investor asal Singapura, Richfull PTE LTD di Batam, beberapa waktu lalu membahas investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik senilai Rp 12 triliun. (ANTARA/Rahmat Santoso)

Selatpanjang (ANTARA) - Kabupaten Kepulauan Meranti mendapat peluang besar setelah investor asal negara tetangga Singapura bakal berinvestasi melalui pembangunan pembangkit tenaga listrik senilai Rp12 triliun.

Saat ini Singapura tengah mengalami krisis energi. Untuk itu, negara yang berjuluk Negeri Singa ini akan bergantung pada sumber pasokan listrik dari Indonesia.

Penandatanganan nota kesepahaman terkait ekspor listrik dari RI ke Singapura, antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Singapura juga telah dilakukan pada 21 Januari 2022 lalu.

Adapun sumber energi untuk ekspor listrik ke Singapura ini berasal dari energi baru terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Adapun tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTS di Indonesia ke Singapura menggunakan teknologi transmisi kabel laut HVAC.

Tak tanggung-tanggung, Singapura mengharapkan bisa mengimpor listrik hingga 1.200 Mega Watt (MW) atau 1,2 Giga Watt (GW) pada 2027 mendatang. Untuk tahap awal, diharapkan 600 MW listrik sudah bisa diimpor dari RI pada 2025.

Terkait hal tersebut, peluang investasi pun didapatkan Kabupaten Kepulauan Meranti, mengingat daerah ini sangat dekat karena jaraknya hanya sekitar 127 kilometer.

Pada 3 September 2023 lalu, Plt Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) Asmar yang difasilitasi oleh BUMD PT Bumi Meranti telah bertemu dengan pihak Richfull PTE LTD, selaku investor bidang kelistrikan asal Singapura yang ingin berinvestasi di Kepulauan Meranti.

Asmar menyambut positif rencana tersebut, karena memang Kepulauan Meranti membutuhkan investor untuk pengembangan dan kemajuan daerah. Ia berharap pertemuan tersebut bukan hanya seremonial belaka tapi harus benar-benar terealisasi sehingga berefek kepada penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

"Dengan terealisasinya kerjasama ini selain banyak tenaga kerja yang terserap, dana CSR dari perusahaan juga bisa membantu masyarakat tempatan," kata Asmar.

Hal yang sama juga diungkapkan Direktur BUMD PT Bumi Meranti, Budiman. Dia menekankan keseriusan dan kepastian skema dan model bisnis yang ditawarkan bisa diimplementasikan dengan pasti.

Hal tersebut dimaksudkan agar kerjasama investasi ini bukan hanya angan-angan dan bukan hanya rencana saja tetapi harus diperhitungkan dari sisi ekonomi secara efektif dan efisien.

“Tentunya harus diperhitungkan azas kepatuhan terhadap regulasi yang ada dan kepatutan terhadap perhitungan ekonomi bisnis," kata Budiman.

Dikatakan dia, panel PLTS tersebut direncanakan akan dibangun di atas lahan di Pulau Rangsang. Proyek dengan nilai investasi triliun rupiah ini akan diselesaikan secara bertahap.

Pihaknya pun memberikan dorongan terhadap pembangunan PLTS dengan tersebut. Selain untuk pemenuhan energi bagi Singapura juga ada keuntungan yang didapatkan oleh Kepulauan Meranti.

BUMD PT Bumi Meranti nantinya akan berperan sebagai pelaksana pekerjaan, salah satunya memasok tenaga kerja untuk diberdayakan di perusahaan energi yang akan dikembangkan itu.

"Selain sebagai pemasok listrik bagi negara luar tentunya kita juga dapat imbas terkait pemenuhan energi bagi daerah kita. Selain itu terhadap lahan yang dipakai tentunya akan ada biaya sewa jika itu lahan pemerintah dan pembebasan lahan jika itu milik masyarakat dan tentunya ada tenaga kerja lokal yang diberdayakan nantinya," tutur Budiman.

Sementara itu, Mr Hans mewakili Richfull PTE LTD memberikan keterangan terhadap tujuan rencana investasi kepada Plt Bupati dengan mempresentasikan peluang bisnis pembangkit listrik tenaga surya dan kincir angin.

"Nilai investasi yang ditawarkan menelan biaya sebesar US$ 800 juta atau senilai Rp12 triliun dan ini merupakan investasi jangka panjang," sebutnya. (Adv)