Ungkapan perasaan eks napi terorisme usai HUT RI di Pekanbaru

id aan santosa, napi terorisme,teroris riau

Ungkapan perasaan eks napi terorisme usai HUT RI di Pekanbaru

Arsip foto. Suasana di lokasi penyerangan di jalan pintu masuk Polda Riau di Pekanbaru, Riau, Rabu (16/5). (ANTARA/Rony Muharrman)

Aan mengaku saat ini telah kembali Merah Putih dan merasa bertanggungjawab atas kesalahan dulu serta siap untuk memberikan masukan,
Pekanbaru (ANTARA) - Aan Sentosa, salah satu eks narapidana kasus terorisme, mengaku lega setelah mengikuti Upacara Kemerdekaan RI ke-78 di Pekanbaru, Kamis. Ia merasa lebih mencintai NKRI dan merasa lebih dekat dengan masyarakat serta pemerintah Provinsi Riau.

"Tahun ini lebih membangkitkan jiwa kebangsaan dan NKRI di dalam darah. Banyak pelajaran yang diambil, seperti lebih dekat dengan Gubernur dan membuat kita kembali kita kembali ke jati diri kemerdekaan," aku pria 40 tahun ini.

Aan Sentosa adalah salah satu pria yang terlibat penyerangan Mapolda Riau pada Mei 2018 silam. Saat itu Mapolda Riau yang berada di Jalan Gadjah Mada diterobos empat orang menggunakan mobil dan melukai sejumlah polisi. Tiga pelaku tewas ditembak mati, satu lainnya ditangkap.

Berdasarkan penyelidikan, akhirnya ditangkap lagi beberapa orang di wilayah Riau yang terkait penyerangan itu. Salah satunya adalah adik kandung Aan Sentosa.

Aan mengaku saat ini telah kembali Merah Putih dan merasa bertanggungjawab atas kesalahan dulu serta siap untuk memberikan masukan dan saran dalam memerangi paham radikalisme di masyarakat.

Aan mengaku mulai mengenal paham radikalisme sejak 2014. Pada 2013, paham radikalisme sudah pernah disampaikan kepada dirinya, namun belum nyambung dan belum bisa diterimanya. Selang setahun, ia mulai rutin diajak berkumpul bersama lewat kegiatan-kegiatan keagamaan.

Baca juga: 16 eks napi terorisme hadiri upacara Kemerdekaan RI di Pekanbaru

"Awalnya, niat saya untuk menjadi lebih baik, lalu ikut berjemaah dan kumpul bersama. Sampai akhirnya saya merasa cocok, yang sama-sama mengamalkan sunah dan mulai terbiasa untuk gabung bersama jemaah," papar Aan.

Seiring berjalan waktu, akhirnya ia diajak pertemuan pengajian yang membahas lebih dalam terkait banyak hal, termasuk paham-paham tentang jihad dan segala macamnya.

"Karena banyaknya ilmu yang diberikan, saya jadi mulai menerima apapun yang disampaikan. Dari pengamalan-pengamalandasar, hingga masuk ke bab jihad. Di situ mulai dikenali ke thogut dan syariat khilafah secara perlahan," tambah Aan.

Setelah masuk ke pengajaran khilafah yang mengharuskan mengamalkan syariat dan bukan hukum manusia serta mengingkari hukum yang bukan asal muasal dari Tuhan, yang sesuai menurut Alquran dan sunah.

Hingga masuk semakin dalam, pada tahun 2015, disampaikan dalam jemaah bahwa ada negara yang menegakkan hukum syariah khilafah yakni ISIS di Timur Tengah.

"Sehingga mulai diarahkan ke situ agar berhijrahlah. Namun untuk itu kita harus mempersiapkan fisik dan mental," kisahnya.

Setelah semakin dalam berlatih dan mengikuti jemaah, mulai timbul pertanyaan dalam diri Aan. Ia seolah tidak menerima pertolongan dari Allah dan menemukan jalan buntu sehingga hal inilah yang membuat dirinya menolak untuk dibaiat.

Meskipun menolak, namun Aan masih berkecimpung dalam kelompoknya. Sehingga pada 2018, saat terjadinya penyerangan Mapolda Riau di Pekanbaru, AS turut diamankan karena menjadi orang yang mendukung segala bentuk radikalisme dan berperan sebagai pelatih para pelaku teror yang menyerang markas kepolisian di ibu kota Provinsi Riau tersebut.

"Saya sebenarnya sudah mulai merasakan keraguan di hati dan masih ingin menunda dulu saat itu. Pasalnya saya belum menemukan hasil akhir yang pas di hati," kata Aan yang mengaku tidak ikut dalam penyerangan, namun menjadi pelatih pada empat pelaku aksi yang membawa samurai saat itu.

Diungkapkan Aan, setelah diamankan dan menjalani masa hukuman di Lapas, ia merasa dirinya sadar bahwa yang dilakukan itu salah dan telah membenarkan ilmu yang sebelumnya ia pelajari secara individu tanpa adanya bertanya dan meminta saran dari guru-guru lain.

Di peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia kali ini, Aan mengajak kepada masyarakat yang saat ini sedang terpapar agar bisa membuka diri dan bisa mengubah pandangan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Saya berpesan kepada masyarakat yang saat ini terpapar paham radikalisme agar cepat sadar, membuka diri dan mendewasakan diri, dan bagaimana memandang negara ini sesuai dengan jiwa NKRI dan kesadaran Bhineka Tunggal Ika," pungkasnya.