Harga minyak jatuh, kekhawatiran ekonomi global lebihi pengurangan Saudi

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, minyak

Harga minyak jatuh, kekhawatiran ekonomi global lebihi pengurangan Saudi

Ilustrasi - Harga minyak turun, spanduk dengan panah dan rig minyak di latar belakang peta dunia. (ANTARA/Shutterstock/pri.)

Singapura (ANTARA) - Harga minyak jatuh di perdagangan Asia pada Selasa sore, menghapus sebagian kenaikan sehari sebelumnya karena kekhawatiran tentang latar belakang ekonomi global melebihi meningkatnya kekhawatiran pasokan ketika Arab Saudi mengumumkan pengurangan produksi terbesarnya dalam beberapa tahun.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 51 sen menjadi diperdagangkan di 76,20 dolar AS per barel pada pukul 05.06 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 54 sen menjadi diperdagangkan di 71,61 dolar AS per barel.

Brent telah naik sebanyak 2,60 dolar AS pada Senin (5/6/2023) dan minyak mentah AS terangkat 3,30 dolar AS setelah Arab Saudi, pengekspor utama dunia, mengatakan pada akhir pekan produksinya akan turun 1 juta barel per hari (bph) menjadi 9 juta barel per hari pada Juli. Namun harga acuan mundur untuk keuntungan yang lebih moderat pada akhir perdagangan.

"Harga minyak masih berada di pasar bearish, dan kita dapat melihat bahwa beberapa negara maju sudah mulai jatuh ke dalam resesi seperti Jerman," kata analis CMC Markets, Leon Li.

Pelaku pasar sedang menunggu untuk melihat apakah Federal Reserve AS akan menaikkan atau mempertahankan suku bunga pada Juni, dan apa yang akan ditunjukkan oleh data perdagangan China untuk Mei pada Rabu (7/6/2023) tentang permintaan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.

Suku bunga yang lebih tinggi dari Fed dapat mengekang permintaan energi, meskipun beberapa analis mengatakan konsumsi akan kuat. Pasar sekarang mematok peluang Fed menghentikan kenaikan suku bunga bulan ini sebesar 77 persen, menurut CME FedWatch Tool.

Permintaan masih diharapkan menjadi penggerak pasar yang positif setelah rilis data ekonomi baru-baru ini, dengan AS tidak dalam resesi dan Eropa baik-baik saja, kata direktur riset Rystad Energy, Claudio Galimberti.

Dan ketika China sedang menghadapi gelombang baru COVID-19 yang membatasi lalu lintas sementara, itu akan segera bangkit kembali, katanya.

Juga, "Ekonomi AS akan menunjukkan musim perjalanan musim panas yang sangat kuat yang berarti permintaan bensin dan bahan bakar jet akan menjadi sangat kuat", kata analis pasar senior OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.

Baca juga: Harga minyak melonjak di Asia, Saudi akan pangkas produksi 1 juta barel

Baca juga: Harga minyak naik di Asia, pasar tunggu kemungkinan pemotongan OPEC+