Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2022 akan sedikit mengalami moderasi dari triwulan III-2022 yang mampu tumbuh 5,72 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
"Perkiraan ini terutama mempertimbangkan siklus perekonomian yang biasanya melambat di akhir tahun, serta high base-effect pada triwulan IV-2021," ujar Sri Mulyani dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu,
Adapun pada triwulan keempat tahun lalu, ekonomi Indonesia mampu meningkat 5,02 persen (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 3,51 persen (yoy).
Secara keseluruhan tahun 2022, ia pun memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5 persen (yoy) sampai 5,3 persen (yoy) atau sedikit meningkat dari perkiraan sebelumnya, yakni 5,2 persen (yoy).
Optimisme tersebut berdasarkan beberapa landasan objektif, yakni berbagai indikator ekonomi makro yang terus menguat, implementasi berbagai kebijakan yang cukup efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, serta pengelolaan APBN yang bijaksana, responsif, dan efektif sebagai instrumen countercyclical sekaligus peredam gejolak sehingga keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional dapat terus dijaga.
Intervensi kebijakan pemerintah dilakukan baik dari sisi pasokan melalui berbagai insentif fiskal dan dukungan pembiayaan, bersinergi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan, maupun dari sisi permintaan untuk mendukung daya beli masyarakat baik dalam bentuk berbagai program bansos, subsidi maupun pengendalian inflasi.
Sri Mulyani melanjutkan, di tengah optimisme pemulihan yang terus berjalan, meningkatnya risiko ketidakpastian serta pelemahan prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik perlu terus diantisipasi. Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam dua bulan terakhir.
Kemudian, terdapat tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, yang akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang.
"Aliran modal ke luar meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal sebagaimana kita saksikan belakangan ini," tambahnya.
Di sisi lain, ia menilai pencapaian pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun ini mencerminkan terus menguatnya pemulihan ekonomi nasional di tengah peningkatan ketidakpastian prospek ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2022 tercatat sebesar 5,72 persen (yoy) dan secara kuartalan sebesar 1,8 persen (quarter-to-quarter/qtq). Dengan tingkat pertumbuhan ini, level produk domestik bruto (PDB) nasional secara kumulatif sampai dengan triwulan III-2022 berada 6,6 persen di atas level kumulatif triwulan I-2019 sampai triwulan III-2019.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: Bambang Subianto peletak fondasi reformasi ekonomi RI
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani menegaskan kebijakan fiskal harus adaptif, mampu hadapi tantangan
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB