Pekanbaru (ANTARA) - Malam itu tidak seperti biasanya, para Perwira/Pertiwi Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Gathering Station (GS) 1 Minas, Riau tampak ekstra sibuk. Pasalnya, ada informasi dari seorang operator bahwa salah satu level tangki dalam kondisi tidak seimbang, antara fluida yang masuk dengan injeksi air yang keluar, sehingga perlu diambil tindakan cepat agar level kembali normal.
"Secara umum operasi GS-1 malam itu normal, tugas kami menjaga semua tangki berada pada level normal. Memang tadi malam itu ada suatu kondisi level tangki agak tinggi, dimana fluida yang masuk tidak seimbang dengan yang keluar. Jumlah fluida yang masuk dari sumur produksi lebih besar, dari pada fluida keluar yang diinjeksikan oleh pompa. Sehingga kami melakukan koordinasi dengan teman Field Area-1 minta mengurangi fluida yang masuk, dengan mematikan beberapa sumur produksi,” kata Handoko Suryo Utomo beberapa waktu lalu di Minas.
Menurut Handoko, kondisi ini lumrah terjadi di lapangan karena kemampuan pompa injeksi sangat dipengaruhi kondisi sumur. Sehingga kekuatan pompa mendorong fluida bisa naik ataupun turun, ketika itu terjadi maka keseimbangan level di semua tangki harus dijaga oleh tim. Jika tidak dikhawatirkan berdampak pada melimpahnya fluida dari tangki.
Ketika level di tangki sudah normal operator GS akan meminta operator field menghidupkan kembali sumur produksi yang sempat dimatikan. Maka koordinasi yang baik antara operator GS dengan operator field perlu harmonis.
“Selain itu tugas utama kami adalah menjaga proses di GS-1 berjalan sesuai desain sehingga dapat menghasilkan dan mengirim minyak yang memenuhi spesifikasi ke Dumai dan mengusahakan capaian target,” tambah Handoko.
Saat pergantian tugas kru pagi harinya, Handoko langsung menyampaikan laporan dan serah terima tugas operasi terkini. Demikian sistem kerja rotasi di GS-1 dilakukan antara kru malam dengan kru pagi selama 12 jam ke depan, setiap hari, minggu, bulan dan tahun, tetap terjaga tak pernah tidur. Sirkulasi tugas dan koordinasi dibangun solid, dengan etos kerja sesuai Standar Operasional Program (SOP) sehingga keberlangsungan gerak derap proses eksplorasi minyak di Lapangan Minas, semakin hari makin menggambarkan prospek yang meningkat.
Imam Wicaksono Team Manager Pland Operation Minas 1 dan 2 mengatakan, GS adalah stasiun pengumpul berfungsi sebagai tempat pengumpul fluida hasil produksi (minyak, air, gas), yang dihasilkan dari sumur-sumur minyak pada sebuah lapangan, kemudian fluida tersebut dipisahkan menurut kebutuhannya.
Minas kini miliki enam GS yang tersebar di wilayah setempat. Setiap GS itu proses eksplorasinya dipantau dari ruang kontrol yang disebut, HMI atau Human Machines Interface. Dari enam GS yang ada, GS -1 adalah fasilitas stasiun pengumpul yang terbesar, dan miliki sumur terbanyak di Minas. Tidak salah teknologi dan fungsi ruang monitor HMI lebih lengkap dan besar.
Imam mengatakan, mereka terbantu dengan adanya teknologi HMI, karena lewat itu operator di GS bertugas memastikan operasi berjalan dengan normal, meminimalkan gangguan, sehingga target produksi dapat tercapai.
"Saya bertugas memastikan jumlah pegawai yang bertugas cukup untuk menjalankan seluruh kegiatan di GS. Termasuk berkoordinasi dengan bidang teknis bila terjadi kerusakan, atau dengan Tim Security jika ada gangguan atau ketika ada kunjungan tamu,” kata Imam.
Dia mengatakan, GS-1 adalah stasiun pengolahan yang istimewa. Dari ribuan sumur produksi di Minas, sebagian besar ditampung dan diproses pemisahan fluida dari gas, air dan minyaknya di GS ini.
"Sekitar 25 persen fluida yang dihasilkan di Minas berasal dari GS -1,” kata dia.
Lanjut Imam, untuk kesuksesan operasi, mereka juga membangun etos dan tata kelola sumber daya manusia dengan baik.
Semangat dan etos kerja yang dimiliki Perwira/Pertiwi Pertamina Hulu Rokan ini juga diakui oleh
Prof Soebroto begawan migas mantan Menteri Pertambangan dan Energi tahun 1978-1988, saat acara 2nd Northern Sumatra Forum di Medan, Kamis (27/10).
Prof Soebroto yang hadir sebagai pengisi acara Inspiration Talk menyebut pekerja dan masyarakat yang mendukung industri hulu migas sebagai pejuang migas.
"Selamat berjuang, industri ini masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dan, industri migas bukanlah sunset industri, tapi sunrise industri,” kata Soebroto yang hadir lewat daring.
Kejayaan Minas
Minas dahulunya sebuah desa di Siak yang dikelilingi hutan belantara. Seiring waktu, kondisinya berubah setelah adanya penemuan “emas hitam” alias minyak bumi. Hasil minyak dari perut bumi Minas adalah penyumbang devisa yang signifikan dari sektor migas di Indonesia. Dengan dibukanya lapangan Minas pada tahun 1949 oleh perusahaan Amerika Serikat yang belakangan dikenal dengan sebutan PT Chevron Pasific Indonesia (CPI), penduduk pun mulai hijrah ke wilayah setempat. Baik sebagai pekerja di perusahaan tersebut maupun pedagang. Ekonomi menggeliat seiring produksi minyak diambil dari perut bumi.
Sejarah mencatat pengeboran perdana dilakukan pada kedalaman 2.650 kaki, untuk pertama kali dihasilkan minyak 2.000 barel per hari. Melihat potensi yang ada, sumur-sumur baru terus di bor, seperti di Duri, Bengkalis, dan Petapahan.
Minas merupakan lapangan minyak ketiga yang ditemukan di Sumatera. Hasil produksi minyak Minas pertama kali di ekspor pada tahun 1952. Tidak sampai di situ. 17 tahun kemudian, tepatnya tahun 1969, Minas semakin produktif hingga mencapai akumulasi produksi sebesar 1 miliar barel. Sejak itu masa kejayaan Minas dan Riau dimulai, pembangunan daerah pun pesat akibat Dana Bagi Hasil (DBH) Minyak dan Gas (Migas) berlimpah.
"Minas terus produktif ini tergambar dari total produksi Tahun 1969 mencapai 1 miliar barel, naik menjadi 2 miliar Tahun 1976, Desember 1984 naik lagi menjadi 3 miliar. Pada Mei 1997, total hasil produksi Minas mencapai 4 miliar dan 4,5 miliar barel di Tahun 2007. Jadi ini memang terbesar di Asia Tenggara,” kata Manager Corporate Communication PHR WK Rokan Sonitha Poernomo.
Sonitha mengatakan, minyak yang berada di Minas ini dipompa menggunakan teknik injeksi air atau waterflood, yakni memompa air dari permukaan ke dalam perut bumi, sehingga minyak mentah di batuan bisa terangkat dengan mudah.
"Lapangan Minas sendiri berada pada lokasi seluas 204,37 kilo meter persegi dengan jumlah 1.982 sumur minyak, dari total itu kini ada 1.243 yang aktif sisanya sudah tak aktif,” kata wanita berhijab tersebut.
Selain minyak, sambung dia, fluida dari lapangan minyak Minas kadang juga mengandung gas. Gas terproduksi tersebut terbilang kecil. Setelah pemisahan, gas digunakan untuk kebutuhan pembangkit listrik.
Tetap potensi
Setelah dieksplorasi puluhan tahun oleh PT CPI, kini Lapangan Minas dialih kelola oleh Pertamina Hulu Rokan sejak Agustus 2021. Walau terus mengalami penurunan produksi karena minyak adalah Sumber Daya Alam (SDA) yang berasal dari fosil makhluk hidup yang tidak bisa diperbaharui. Namun ribuan sumur yang ada masih tetap menjadi primadona sebagai sumber produksi “emas hitam”bagi perusahaan anak bangsa itu.
Pengamat sekaligus Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR) Dr.Eng.Muslim St,MT mengatakan, cadangan minyak Minas dulunya sekitar 9 miliar barel. Dari total tersebut telah dilakukan eksplorasi atau Recovery Factor sekitar 67 persen.
"Karena Lapangan Minas sudah lama di produksi dengan sistem injeksi, maka jumlah air yang ikut keluar dengan fluida semakin hari semakin bertambah. Bahkan dalam kondisi terakhir perbandingan air yang ikut terproduksi hampir 98 persen . Artinya minyak hanya tersisa 2 persen saja, yang dapat diperoleh dipermukaan dan yang dominan adalah air,” kata Muslim.
Namun demikian kondisi Minas sekarang masih potensial untuk di eksplorasi. Ia bahkan memperkirakan cadangan minyak yang tersembunyi pada sedimen yang di Lapangan Minas diperkirakan antara 30 persen sampai dengan 40 persen.
Dia mengungkap juga, Lapangan Minas masih menjadi penyumbang terbesar untuk Blok Rokan, hal ini terlihat dari total produksi Rokan saat ini sekitar 160 barel per hari. Jumlah itu di pasok dari sumur Lapangan Duri 35 persen, dan sisanya Minas, Bangko dan lainnya.
"Minas memberikan kontribusi lebih dari 50 persen dan sisanya dari lapangan seperti Bangko dan lain-lain,”kata dia.
Teknologi baru
Tak hanya investasi, PHR juga memanfaatkan teknologi yang lebih canggih guna menambah produksi minyak. Salah satunya yang kini sudah dilakukan Enhanced Oil Recovery (EOR). Yaitu sebuah metode perolehan minyak tahap lanjut dengan cara menambahkan energi berupa dari material atau fluida khusus yang tidak terdapat dalam reservoir minyak.
Imam mengatakan, untuk Lapangan Minas saat ini ada beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi minyak selain penambahan sumur, perbaikan dan optimasi sumur dan teknologi EOR.
Jenis EOR yang cocok untuk Lapangan Minas berdasarkan jenis minyak, kedalaman, batuan reservoir yang cocok diantaranya adalah, surfactant, polimer, miceller, gas injection (CO2, flare Gas, Solvent, N2).
"Gas tersebut bisa diinjeksi secara tercampur maupun tidak tercampur. Metode lain bisa juga digunakan seperti Microbial EOR yang bisa menghasilkan insitu surfactant untuk menurunkan tegangan antar muka minyak dengan air/batuan,” kata Muslim.
Ia juga menyarankan uji laboratorium dan simulasi juga akan sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan teknologi EOR di Minas. Bawah permukaan penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu para ahli hanya bisa memperkirakan. Tidak ada kepastian berhasil atau tidak.
Seperti gayung bersambut, PHR kini sudah mulai bersiap pada penggunaan cara EOR untuk peningkatan produksi di Blok Rokan. Hal ini terbukti belum lama ini PHR Jaffee A. Suardin menyerahkan dokumen tersebut kepada Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam kunjungan kerja di Kompleks PHR di Rumbai, Pekanbaru, pada Senin (8/8/2022).
Penyerahan dokumen juga disaksikan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dan Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) Budiman Parhusip (Kini dijabat Wiko Migantoro). Finalisasi dari rancangan Plan of Development atau rencana pengembangan (POD) ini selanjutnya dapat diselesaikan dalam beberapa bulan ke depan.
”Pengembangan EOR merupakan bagian dari Komitmen Kerja Pasti (KKP), PHR kepada pemerintah untuk peningkatan cadangan atau produksi dalam periode lima tahun pertama sejak alih kelola Wilayah Kerja (WK) Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu,” ungkap Jaffee A. Suardin.
PHR berencana menjalankan EOR tahap 1 melalui injeksi perdana surfaktan di Lapangan Minas sekitar akhir 2025 guna memenuhi tata waktu sesuai KKP.
Rencana pelaksanaan tahap 1 mencakup 37 sumur termasuk sumur produksi, injector, observasi, dan disposal dengan menerapkan konfigurasi sumur berpola 7 spot inverted irregular dengan artian bahwa konfigurasi sumur tersebut terdiri dari 1 sumur injeksi yang dikelilingi oleh 6 sumur produksi (atau sumur producer). Lalu Surfaktan dialirkan ke dalam sumur minyak untuk melepaskan sisa-sisa minyak yang terperangkap dalam pori-pori batuan di reservoir. Surfaktan bekerja menurunkan tegangan antara minyak bumi dengan air sehingga dapat meningkatkan perolehan minyak bumi.
Dwi Soetjipto menyampaikan, pengembangan EOR di Minas merupakan salah satu upaya optimalisasi produksi WK Rokan yang masih memiliki potensi besar.
"Untuk mendukung proyek ini, SKK Migas juga akan bekerja secara cepat dalam melakukan review serta memberikan persetujuan dokumen POD EOR tersebut. Secara optimis akan kami selesaikan dalam waktu yang sesingkat mungkin,” ujarnya.
Dwi kemudian mengatakan, bahwa komitmen PHR ini menjadi salah satu penopang utama rencana jangka Panjang, untuk mendukung upaya pencapaian target produksi minyak nasional 1 juta barel per hari, dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030 mendatang.
Kesinambungan dan keberhasilan penerapan EOR akan menjadi harapan baru untuk meningkatkan jumlah minyak yang dapat diproduksikan (recovery factor) dari lapangan-lapangan tua di WK Rokan khususnya, dan industri perminyakan di Indonesia pada umumnya.
"Kami atas nama manajemen SKK Migas juga mengucapkan selamat atas berjalannya satu tahun pengelolaan WK Rokan oleh PHR, dimana dalam prosesnya PHR mampu melakukan aktifitas pengeboran yang masif dan agresif. Ke depan kami berharap PHR juga mampu menjawab tantangan penerapan EOR di Indonesia dengan memberikan bukti bahwa anak bangsa mampu melakukan hal tersebut di tanah air,” ulas Dwi.
Dongkrak produksi
Setelah alih kelola Blok Rokan setahun yang lalu Pertamina Hulu Rokan sukses menekan laju penurunan produksi pada lapangan Migas Wilayah Kerja Rokan. Dimana secara alami sebelumnya, mengalami laju penurunan produksi sekitar 26 persen.
Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffe A Suardin mengatakan, pada saat pengalihan ke Pertamina, produksi Blok Rokan hanya 156 ribu barel per hari, akan terus terjun bebas menjadi 120 barel per hari jika tidak ada upaya.
Namun lewat upaya dan semangat para Perwira /Pertiwi Rokan berjibaku sehingga mampu menahan laju dengan efisiensi di awal pengelolaan bertahan menjadi 140-an ribu barel per hari.
Seiring waktu berjalan operasi PHR juga terus membuat terobosan. Salah satunya pengeboran sumur baru sebanyak 367 sumur. Sehingga dalam kurun setahun hasilnya tidak mengecewakan, rata-rata produksi dari lapangan Rokan naik hampir 160 ribu barel per hari.
Tidak sampai di sana, PHR akan melakukan pengeboran hingga 500 sumur baru hingga akhir tahun 2022. Adapun besar biaya investasi yang dikeluarkan PHR dalam melakukan satu sumur minyak cukup fantastis.
"Buat gambaran saja per sumur itu kurang lebih 600 ribu sampai 2 juta dolar tergantung kedalaman dari sumur-sumur tersebut," kata Jaffee A Suardin.
Kata dia, dana tersebut digunakan untuk operasional pengeboran dari mulai pengadaan fasilitas dan operasional pengolahan lahan. Tahun ini, mereka sudah berhasil membuat 367, keberhasilan itu tidak terlepas dari kontribusi jajaran PHR hingga pemerintah dari segi pendanaan dan fasilitas.
"Ini luar biasa support dari Pertamina dan pemerintah untuk investasi besar dalam menambah produksi migas," kata dia.
Pria yang biasa disapa Buyung ini memastikan akan memaksimalkan produksi minyak dari sumur yang baru maupun yang sebelumnya telah ada. Pengeboran di sumur baru yang berlokasi di WK Pertamina Hulu Rokan ini mencakup tujuh kabupaten/kota di Provinsi Riau, yaitu Siak, Bengkalis, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kampar, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai.
Pengeboran sumur-sumur baru di WK Rokan sejauh ini berkontribusi rata-rata lebih dari 12.000 barel minyak per hari, sehingga dapat menjaga tingkat produksi terbesar kedua di tanah air tersebut.
"Kontribusi dari sumur-sumur pengembangan terus menunjukkan tren menaik. PHR akan menambah rig lagi agar dapat meningkatkan produksi di WK Rokan," ungkapnya.
Jaffee menjelaskan, bahwa PHR berhasil meningkatkan kinerja WK Rokan setelah alih kelola. Di antaranya kenaikan tingkat produksi, biaya lifting yang makin rendah, peningkatan nilai investasi dan kegiatan pengeboran secara masif-agresif. Dia juga menjelaskan peran WK Rokan dalam pengembangan digitalisasi di lingkungan Subholding Upstream Pertamina, serta pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama, mengapresiasi upaya WK Rokan dalam menjaga dan meningkatkan produksi pasca alih kelola dari operator sebelumnya.
"Posisi WK Rokan sangat strategis bagi Indonesia, tidak hanya kontribusinya terhadap pendapatan negara melalui bagi hasil minyak dan pajak, namun juga dalam konteks ketahanan energi nasional. Intinya sektor hulu harus semakin agresif meningkatkan angka produksi dan lifting, sedangkan sektor hilir harus untung,” kata Basuki.
Dia mengharapkan, upaya peningkatan produksi harus dibarengi optimalisasi biaya sehingga kontribusi WK Rokan kepada negara juga lebih optimal.
PHR WK Rokan menyumbangkan penerimaan negara sekitar Rp9 triliun untuk periode Agustus-Desember 2021. Kontribusi itu terdiri dari Rp6,5 triliun Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Rp2,5 triliun berupa pembayaran PPh, PPN, dan pajak daerah. Hingga akhir kwartal ke tiga 2022, PHR telah menyumbangkan pendapatan bagi negara hingga Rp30 triliun. Kontribusi ini merupakan wujud nyata dari manfaat langsung kehadiran operasi PHR kepada negara, daerah, dan masyarakat paska alih kelola WK Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu.
Industri hulu migas memiliki peran penting. Selain berupaya meningkatkan penerimaan negara, PHR juga berkomitmen untuk terus meningkatkan porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk memperkuat komponen nasional. Saat ini TKDN di PHR mencapai lebih dari 60 persen.
Sehingga apa yang jadi cita-cita pemerintah kata Prof. Soebroto 99 tahun, guna mewujudkan target 1 juta barrel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030 harus didukung pemegang kepentingan daerah atau Kepala Daerah.
Ia juga mengajak SKK Migas, KKKS dan stakeholder migas dan masyarakat, untuk tetap bersemangat menuju Indonesia Emas 2045.
Karena Industri Hulu Migas bukan sunset industri akan tetapi sunrise dan masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.