Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan fenomena gerhana Matahari sebagian pada 25 Oktober 2022 tidak dapat disaksikan dari Indonesia.
"Gerhana ini tidak dapat disaksikan di Indonesia karena wilayah ini tidak dilalui bayangan penumbra Bulan," kata peneliti Pusat Sains Antariksa BRIN Andi Pangerang saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Gerhana tersebut hanya dapat disaksikan sebagian besar Eropa kecuali Portugal dan Spanyol bagian Barat-Selatan, Aljazair bagian Barat Laut, Tunisia, Libya kecuali bagian Barat Daya, Sudan, Etiopia kecuali bagian Selatan, Somalia kecuali bagian Selatan, Mesir, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan dan Rusia bagian Barat.
Sebagai dampaknya, wilayah yang mengalami fenomena gerhana tersebut akan mengalami pasang purnama, yakni pasang tertinggi yang terjadi saat Matahari-Bulan-Bumi berada dalam konfigurasi satu lurus.
Gerhana Matahari sebagian adalah fenomena astronomis ketika sebagian permukaan Matahari yang teramati dari Bumi terhalang oleh Bulan. Itu terjadi ketika bayangan inti (umbra) Bulan tidak jatuh di permukaan Bumi, sehingga hanya bayangan semu (penumbra) Bulan saja yang jatuh ke permukaan Bulan.
Andi menuturkan gerhana itu mulai sejak 25 Oktober 2022 pukul 08.58.21 UT atau 15.58.21 WIB dan berakhir pada pukul 13.02.18 UT atau 20.02.18 WIB.
Puncak Gerhana Matahari sebagian terjadi pada 25 Oktober 2022 pukul 11.00.11 UT atau 18.00.11 WIB. Gerhana tersebut merupakan gerhana ke-55 dari 73 gerhana dalam siklus Saros 124. Magnitudo atau lebar maksimum gerhana itu mencapai 86,11 persen lebar sudut Matahari.
Selain itu, Gerhana Matahari Sebagian itu bertepatan dengan konjungsi (ijtimak) akhir bulan Rabiul Awal 1444 Hijriah (H) pada pukul 11.03.46 UT atau 18.03.46 WIB, sehingga hilal kemungkinan tidak dapat disaksikan saat Matahari terbenam untuk Indonesia.
Kondisi tersebut diperkuat dengan posisi hilal saat Matahari terbenam di Indonesia masih di bawah ufuk, dan sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Sumatera mengalami konjungsi pascamagrib.
Sehingga, 1 Rabi'us Sani 1444 H diperkirakan akan jatuh pada malam Kamis (27/10) sedangkan bulan Rabi'ul Awwal 1444 H digenapkan menjadi 30 hari.
Baca juga: ESA berhasil memotret Matahari dari jarak dekat, begini penampakannya
Baca juga: Satelit penjelajah matahari China buat terobosan dalam penelitian letusan matahari
Berita Lainnya
Lemkapi minta seluruh kapolda bantu Kementan untuk capai swasembada pangan
27 April 2024 16:32 WIB
Nicholas Saputra mengaku belajar banyak dari serial "Secret Ingredient"
27 April 2024 16:03 WIB
LPAI serukan pemerintah blokir gim daring yang mengandung unsur kekerasan
27 April 2024 15:50 WIB
Ganda putri Lanny/Ribka gandakan keunggulan Indonesia atas Hong Kong
27 April 2024 15:40 WIB
Oppo A60 hadir dengan Snapdragon 680 dan kamera utama 50 MP
27 April 2024 15:33 WIB
Tim SAR perluas pencarian penumpang yang jatuh dari KMP Reinna
27 April 2024 15:27 WIB
Anies Baswedan hormati langkah PKB dan NasDem gabung koalisi Prabowo-Gibran
27 April 2024 15:14 WIB
Houthi akui anggotanya serang kapal tanker Inggris dan tembak jatuh drone AS
27 April 2024 15:07 WIB