Dumai (ANTARA) - Berjalan hampir satu jam dari Kota Dumai dengan menumpangi minibus, rombongan Media Visit Publikasi Program CSR PT Kilang Pertamina Internasional RU II Dumai tiba di Dusun Bakti Desa Tanjung Leban Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Tempat dituju adalah lokasi budidaya lebah Kelompok Madu Biene, Jumat 3 Juni 2022.
Tuan rumah Ridwan (40) bersama Jr Officer CSR PT KPI Unit Sungai Pakning Rahmad Hidayat menyambut hangat kedatangan rombongan wartawan dari Pekanbaru dan Dumai ini. Kemudian dilanjutkan menyantap sarapan pagi dan teh hangat.
Ridwan dan Istri Suharti tampak sumringah yang dalam bahasa Jawa berarti "bahagia" atau kebahagiaan sangat besar, sehingga jelas terlihat di wajah dengan tersenyum sangat lebar dan raut muka berseri di saat sumringah.
Selepas sarapan, mulailah Ridwan bersama Rahmadi yang merupakan Ketua Kelompok Madu Biene mengajak tim wartawan melihat lokasi budidaya lebah spesies Trigona dan menjelaskan cara memanen madu lebah menggunakan wadah disebut 'glodok'.
Glodok di halaman rumah Ridwan berjumlah 60 buah. Satu glodok bisa menghasilkan dua botol madu lebah liar atau setara 500 mili liter setiap panen per dua bulan sekali. Jika dirupiahkan mencapai Rp250 ribu per botol. Panen madu lebah liar ini juga bergantung dengan cuaca yang normal agar produksi madu stabil.
Menurut Ridwan, glodok ini merupakan potongan pohon tempat hinggap lebah di hutan. Biasanya pohon leban, bakau dan akasia. Potongan kayu ini kemudian dibuat sedemikian rupa agar lebah bisa hinggap dan menghasilkan madu asli dan segar.
"Sejak kami dibina Pertamina Pakning tentang budidaya lebah hutan liar dan cara gampang menghasilkan madu lebah, sekarang kita tidak perlu lagi ke hutan mencari lebah liar. Kami sangat terbantu dengan pembinaan dan pelatihan diberikan Pertamina," kata Ridwan.
Ayah dari empat anak ini mengaku mulai mendapat pendampingan dan pelatihan dari Pertamina sejak Tahun 2019. Kelompok madu Biene beranggotakan 4 kepala keluarga ini pernah dikirim ke Desa Kuok Kabupaten Bengkinang dan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan untuk belajar cara panen madu dan budidaya lebah liar.
Sebelum dibina Pertamina, Ridwan menekuni pekerjaan mencari lebah liar di hutan tanpa pengetahuan cukup dan hanya berharap bisa mendapat madu di sarang lebah yang biasanya diatas pepohonan. Tentu saja pekerjaan mencari lebah liar di hutan ini sangat beresiko karena tidak jarang tersengat lebah hutan.
Selain itu, dahulunya para pencari lebah liar di hutan ini acap kali dianggap sebagai penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena menggunakan sistem pengasapan dari sabut kelapa atau daun kelapa kering dibakar untuk mengusir lebah dari sarang.
Namun setelah Pertamina Pakning membina, kini Ridwan tidak perlu lagi ke hutan karena bisa bekerja di rumah dan menerapkan budidaya dan pemanenan berorientasi ramah lingkungan.
Hasil dari kerja keras cerdas Ridwan berkat pendampingan Pertamina Pakning ini sangat membantu dirinya dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan biaya pendidikan anak dengan penghasilan jutaan rupiah perbulan.
Permintaan produk madu lebah liar Biene ini diakui Ridwan cukup banyak peminat, terutama saat pandemi Corona, dan tidak hanya dari Pakning, juga ada dari Pekanbaru dan Dumai serta daerah lain.
Madu lebah Trigona diketahui berwarna hitam dan berukuran kecil serta tidak menyengat. Biasanya bersarang pada lubang pepohonan dan membentuk sarang berbentuk bulat-bulat kecil menyerupai gentong berdiameter 1 cm. Dari sarang berbentuk gentong tersebut, madu bisa dihisap menggunakan sedotan.
Sumringah nya Ridwan dan istri saat menyambut kedatangan tim wartawan juga karena ikut serta dalam upaya mencegah hutan gambut dari kebakaran sebagai kewajiban memberikan pemahaman dan edukasi kepada warga sekitar membantu menjaga kelestarian hutan.
Kelompok Madu Biene mengembangkan budidaya lebah Trigona dan Cerena. Bentuk lain pendampingan Pertamina sehingga memberikan energi positif kepada pelaku budidaya lebah hutan ini juga dengan menyalurkan bantuan permodalan puluhan juta rupiah.
Kini dengan keberhasilan budidaya lebah hutan dari hulu ke hilir ini, banyak juga masyarakat umum dan pelajar serta mahasiswa menuntut ilmu belajar mengembangkan budidaya lebah dan produksi madu ini.
Media Visit PT KPI RU II Dumai yang datang ke rumah Ridwan juga diajak menikmati madu lebah Trigona langsung dari sarang di Glodok menggunakan sedotan.
Arboretum Gambut Marsawa
Usai berbincang dan menikmati madu lebah, perjalanan Media Visit PT KPI RU II Dumai berlanjut ke Kampung Gambut Berdikari di Desa Kampung Jawa Kecamatan Bukit Batu Bengkalis. Lahan seluas 1,1 hektare yang dulunya hutan gambut kerap terbakar, kini disulap menjadi kawasan ekowisata dengan puluhan jenis pohon langka dan asli di hutan gambut.
Disini lagi lagi tim media melihat wajah sumringah dari Ketua Koperasi Tunas Makmur bernama Samsul saat melihat rombongan dari PT KPI Dumai datang ke lokasi Arboretum Gambut Marsawa.
Tapi sebelumnya, rombongan wartawan bersilaturahmi dengan Manager Production PT KPI Unit Sungai Pakning, Antoni R Doloksaribu guna mendengar pemaparan singkat terkait kegiatan produksi dan dijamu makan siang di balai pertemuan. Usai menjalankan ibadah Sholat Jumat, rombongan media visit diajak ke lokasi Arboretum Gambut Marsawa.
Arboretum adalah satu tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan. Juga salah satu lingkungan di dalamnya menjadi tempat atau habitat bagi beberapa fauna. Arboretum juga disebut sebagai hutan buatan ditujukan untuk tempat pelestarian dan penelitian.
Fungsi lain arboretum bisa dijadikan sebagai objek wisata edukatif memiliki nilai estetika dan keindahan dengan aneka ragam jenis flora maupun fauna yang dijadikan objek penelitian. Jika di perkotaan, arboretum dijadikan sebagai solusi pemenuhan ruang terbuka hijau, konservasi keanekaragaman hayati, mitigasi perubahan iklim, serta daerah resapan air.
Arboretum Gambut Marsawa kini menjadi lokasi konservasi tanaman khas gambut serta pembibitan 7 spesies Kantong Semar atau Nephentes yang dikenal sebagai tumbuhan karnivora, pemangsa serangga dan hewan-hewan kecil, dengan dua spesies merupakan tanaman dilindungi yakni Nephentes Sumatrana, Nephentes Spectabilis.
Samsul tidak sendiri saat kedatangan tim media visit, dia bersama Kelompok Kerajinan Nanas terdiri dari kaum ibu yang langsung menyiapkan aneka makan minum berbahan nanas, salah satunya keripik dan sirup.
Samsul menceritakan, dahulu, di lokasi Arboretum Gambut ini merupakan areal terluas kebakaran hutan dan lahan di Sungai Pakning pada Tahun 2014 -2015 silam dengan luas lahan terbakar 1,1 hektare.
Karena lahan sekitar sering terbakar, warga yang prihatin kemudian menggagas upaya untuk memelihara dan menjaga kelestarian hutan dengan memberikan edukasi agar gambut tetap basah dan terjaga.
Kesadaran mulai tumbuh untuk menjaga kelestarian hutan gambut ini diikuti juga dengan pembentukan Koperasi Tunas Makmur yang pada akhirnya mengelola kawasan itu menjadi sekarang, yaitu Arboretum Gambut Marsawa. Masyarakat tergerak untuk menjaga kelestarian ekosistem lahan ini melalui kegiatan konservasi secara mandiri
"Konsep kita untuk memelihara dan melestarikan tanaman asli Kantong Semar dan berbagai spesies tanaman langka lainnya di hutan agar terjaga dan gambut tetap basah. Berkat kesadaran semua, julukan kampung neraka desa kami ini sudah lepas karena berhasil mencegah terjadi kebakaran lahan," kata Samsul.
Seiring berjalan, kawasan hutan gambut yang dipelihara masyarakat mulai dilirik Pertamina Sei Pakning melalui program tanggung jawab sosialnya untuk dijadikan lebih bernuansa alami dan menciptakan lokasi wisata guna kunjungan wisatawan.
Sejumlah fasilitas langsung dibangun Pertamina Pakning untuk mendukung upaya Koperasi Tunas Makmur melestarikan hutan gambut, diantaranya, Saung Edukasi, Rumah Bibit, dan Musholla serta beberapa kali menyertakan dalam pelatihan di berbagai kesempatan.
"Setelah Pertamina ikut serta membina dalam pengelolaan kampung gambut berdikari ini, kami semakin mantap dalam menjalankan upaya pelestarian hutan gambut ini, sembari juga menyiapkan lokasi wisata bagi masyarakat umum yang ingin menikmati panorama hutan gambut alami dengan berbagai spesies asli tanaman khas," kata Samsul kepada wartawan.
Kelompok kerajinan nanas terdiri dari kaum ibu yang sudah berkumpul di kantor utama di atas bangunan papan panggung juga tidak kalah sumringah dengan Samsul. Mereka sudah menyiapkan aneka makanan dan minuman dari nanas untuk disajikan kepada tim media.
Seorang pengrajin, Linda Marlini mengaku sudah ada penghasilan sendiri sejak ikut serta dalam kelompok nanas membuat berbagai kerajinan berbahan nanas, seperti besek dan keranjang serta aneka makanan minuman.
Setiap bulan, lanjutnya, tetap ada pesanan diterima kelompok dari karyawan Pertamina Pakning dan Dumai serta masyarakat umum berupa kerajinan atau makanan yang berbahan buah nanas.
Kerajinan dari nanas ini diakui dia sudah dilakukan sejak Tahun 2017 dengan bernaung di bawah Kelompok Tunas Makmur. Berkat dukungan kemitraan Pertamina Pakning juga, ibu-ibu pengrajin nanas pernah mendapat pesanan dari luar daerah, seperti Palembang, Yogyakarta dan Solo serta Pekanbaru.
"Alhamdulillah kami sekarang sudah ada penghasilan berkat usaha di kerajinan nanas ini, meski tergantung dari pesanan. Tapi beberapa produk sudah ada tempat penjualan tetap seperti di minimarket dan lain sebagainya," kata Linda.
Pengembangan program Kampung Gambut Berdikari di Kecamatan Sungai Pakning Kabupaten Bengkalis ini, menurut Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PT Kilang Internasional Isnanto Nugroho didampingi GM KPI Refinery Unit II Dumai Permono Avianto untuk mendukung upaya pengurangan risiko bencana kebakaran hutan gambut dan pengendalian perubahan iklim.
Program mitigasi kebakaran hutan gambut melibatkan warga di Sei Pakning ini bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Sejumlah program sudah berjalan diantaranya, penguatan kelompok masyarakat peduli api, pengembangan pertanian Nanas terintegrasi, pengembangan pertanian lahan gambut dengan sistem poligowo.
Kemudian, pelestarian arboretum gambut, pengembangan budidaya Lebah Madu Hutan gambut serta program edukasi kepada anak dan generasi muda melalui sekolah cinta gambut. Arboretum Gambut menjadi tempat pelestarian flora khas gambut seperti kantong semar (Nepenthes sp) dan pertama dikembangkan di Pulau Sumatera.
Program Kampung Gambut Berdikari juga bagian dari upaya mendukung implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s), yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, penanganan perubahan iklim dan menjaga ekosistem daratan.
"Program RU II Sei Pakning sejak 2017 ini lahir dari keinginan masyarakat untuk bersama mencegah dan memitigasi bencana kebakaran hutan gambut, dimulai dari Kecamatan Bukit Batu, dan kini sudah dikembangkan hingga Kecamatan Siak Kecil dan Bandar Laksamana Bengkalis," kata Isnanto saat kunjungan Wakil Menteri LHK Alue Dohong baru ini.
Saat kunjungan kerja, Alue Dohong menilai bahwa Program Kampung Gambut Berdikari ini menjadi unggulan Kilang Sei Pakning, dan sebagai pemilik gambut terluas, bisa diterapkan juga di wilayah lain, dan Indonesia harus menyuarakan lebih keras lagi di tingkat internasional.
Dia menilai program yang sudah dijalankan Kilang Sei Pakning sejak tahun 2017 ini terus berkembang dengan berbagai inovasi dan menjadi inisiator penyelamatan lahan gambut.
Diantaranya, inovasi nozzle gambut sebagai alat pemadaman kebakaran hutan di lahan gambut, pemanfaatan sumur hydrant sebagai sumur portable bisa digunakan untuk antisipasi karhutla dengan cepat.
"Gambut ini merupakan kekayaan alam sekaligus aset ekonomi, sehingga harus bijak dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Kami melihat upaya yang dilakukan di Sei Pakning dari tahun ke tahun terus berkembang," demikian Wamen LHK Alue Dohong.
"Terutama mengenai peran dalam restorasi gambut terhadap mitigasi dan pengendalian perubahan iklim, termasuk dalam upaya pencapaian Nationally Determined Contribution Indonesia," kata Wamen Alue Dohong.
Aloe Dohong juga melakukan penanaman Nephentes dan diketahui bahwa di lokasi itu sudah terdapat total 26 jenis vegetasi flora dengan 2 spesies di antaranya adalah flora langka dan dilindungi yaitu Nepenthes Spectabilis (Vurnerable) dan Nepenthes Sumatrana (Critically Endangered).
Wamen LHK datang bersama rombongan, diantaranya Direktur Pengendalian Kerusakan Gambut Ir Sri Parwati Murwani Budisusanti, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan R. Basar Manullang, Deputi Kontruksi, Operasi, dan Pemeliharaan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Tris Raditian, Staf Ahli Menteri LHK Bidang Energi Prof Winarni Monoarfa, Wakil Bupati Bengkalis Bagus Santoso dan Ketua Lembaga Agat Melayu Bukit Batu Rusdi Ispandi.
Ekowisata Hutan Mangrove
Sebelum pulang ke Kota Dumai, rombongan Media Visit PT KPI RU II diajak lagi ke satu kawasan tepi pantai, yaitu Ekowisata Hutan Mangrove di Desa Pangkalan Jambi yang dikelola Koperasi Berkah Jaya Bersama.
Ketua Koperasi Berkah Jaya Bersama Alpan (51) sudah hadir disana menyambut rombongan wartawan. Kembali senyum sumringah terlihat dari mimik wajah Alpan yang dengan sabar menunggu insan jurnalis menikmati panorama pantai dari atas jembatan gantung sepanjang lebih kurang 500 meter.
Alpan mengajak media visit menuju menara dengan meniti jembatan gantung sembari melihat melihat dari dekat aneka flora fauna dan hutan bakau yang membuat suasana menjadi asri dan terlindung dari panas matahari.
Hutan mangrove ini terbentang diatas areal sekitar 3 hektare di sepanjang garis pantai. Berkat kerja keras Alpan dan kelompoknya kini hutan mangrove ini terkenal dan menjadi kawasan wisata alam dan edukasi bagi pelajar, mahasiswa dan warga umum.
Sebelum itu, kawasan pesisir di lokasi hutan mangrove sekarang ini merupakan daerah dengan ancaman abrasi air laut yang menggerus daratan dari tahun ke tahun, atau sekitar 150 meter daratan telah terendam air laut. Sehingga pemukiman warga terpaksa harus berpindah.
Data BPS Kabupaten Bengkalis, pada Tahun 2011 luas hutan mangrove di Kabupaten Bengkalis termasuk di Sungai Pakning diperkirakan mencapai 40.916 ha, berkurang menjadi 33.016 ha pada tahun 2015 (BPS 2016). Atau setiap tahun hutan mangrove berkurang akibat abrasi, dan khusus di Desa Pangkalan Jambi luas hutan mangrove yang terkena abrasi mencapai 18 hektare.
Aktivitas pembibitan dan perubahan besar besaran kawasan abrasi mulai dilakukan Alpan bersama nelayan setempat sejak Tahun 2005 dengan fokus ke tanaman mangrove secara manual.
Bibit mangrove ditanam di areal terkena abrasi awalnya banyak yang tidak berumur panjang karena hilang dan tersapu oleh gelombang pasang dari Selat Bengkalis. Namun itu tidak menyurutkan tekad Alpan dan kawan kawan, berbagai upaya dan kerja berulang terus dilakukan sekaligus meningkatkan penjagaan.
"Saat itu yang kami pikirkan selain untuk menyelamatkan lingkungan dan pemukiman warga akibat tergerus abrasi, juga untuk kepentingan anak cucu di masa yang akan datang," kata Alpan.
Setelah lama kelamaan bibit mangrove membentuk hutan mangrove, baru kemudian pada Tahun 2017 Pertamina Sei Pakning menyuntikan bantuan kepada kelompok mangrove tersebut untuk menjadikan kawasan pusat ekowisata mangrove dikelola kelompok.
Mulailah Alpan dan kelompoknya menjadi mitra binaan Pertamina, dan masih di tahun 2017 mendapat bimbingan inovasi baru untuk membuat pencegah abrasi dengan Trimba (Triangle mangrove barrier) terbuat dari kayu nibung yang juga bisa membentuk lumpur air pasang atau sedimen.
Sehingga sedimen lumpur terbentuk di areal bekas abrasi itu antara 35 hingga 40 centimeter. Selanjutnya, diajarkan lagi cara pembibitan mangrove dan hasil pembibitan ditanam di atas lahan yang sudah dipasang Trimba. Hasilnya bibit mangrove yang panjang umur hingga 95 persen.
"Pembinaan Pertamina telah banyak membantu kami dalam melakukan upaya pencegahan abrasi. Beberapa fasilitas mendukung ekowisata mangrove, seperti pembangunan trek, jembatan dan menara, saung-saung, kantin dan rumah produksi juga bantuan dari Pertamina," sebut Alpan lagi.
Sebelum dengan Trimba, Pertamina dan kelompok nelayan memasang hybrid engineering yaitu tanggul alami bertujuan untuk melindungi mangrove yang ditanam serta menangkap sedimentasi agar mampu menambah daratan yang terkena abrasi.
Penggunaan hybrid engineering kemudian diganti dengan Trimba sekaligus dilakukan pelatihan cara pembibitan dan penanaman mangrove. Bersama kelompoknya, buah mangrove mulai dipanen dan diolah menjadi aneka jenis makanan olahan, seperti keripik tepung, dodol, sirup kedabu dan lainnya.
Sejumlah prestasi membanggakan turut menghampiri Alpan dan kelompok, di antaranya, Gubernur Riau memberikan penghargaan Setia Lestari Bumi kategori Penyelamat Lingkungan 2021, Kementerian LHK menganugerahkan Penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) Tahun 2021.
"Kami membuka kawasan ini untuk kunjungan wisata, dan pendapatan kelompok selain tiket masuk, juga dari kegiatan pembibitan tanaman mangrove dan pengolahan menjadi aneka makan minum oleh kelompok kerajinan ibu ibu serta lainnya," demikian Alpan menjelaskan.
Selain itu, Hutan Mangrove Desa Pangkalan Jambi kini menjadi pusat penelitian para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi karena disini tumbuh dan berkembang berbagai jenis mangrove, seperti nipah, bakau putih, api-api, kedabu dan mangrove jenis lainnya.
Berita Lainnya
Berwisata sambil belajar di Arboretum Gambut Marsawa
06 September 2021 17:26 WIB
Pertamina Patra Niaga Sumbagut sidak SPBU di Riau
23 November 2024 6:40 WIB
Pertamina Patra Niaga berdayakan penyandang disabilitas dengan pelatihan menjahit
15 November 2024 16:16 WIB
PHR - SKK Migas motivasi penerima beasiswa agar siap hadapi tantangan global
11 November 2024 16:51 WIB
Pengamat soroti kinerja PT Pertamina International Shipping mendukung ketahanan energi nasional
09 November 2024 12:36 WIB
Ajang balap mobil tampilkan atraksi stunt riders di Sirkuit Pertamina Mandalika
02 November 2024 10:50 WIB
Pertamina Hulu Rokan temukan dua sumur migas pemukul besar
31 October 2024 21:47 WIB
PHR pelopor PLTS di industri migas
31 October 2024 7:55 WIB