Bengkalis (ANTARA) - Matahari mulai meninggi, ketika sekelompok pengunjung yang sebagian besar adalah pelajar mulai memasuki lokasi wisata edukatif Arboretum Gambut Marsawa di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Sejumlah pengunjung eduwisata Arboretum Gambut Marsawayang berada di Kelurahan Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, mendengar seksama penjelasanSadikin (50) tentang cara menanam kantong semar atau Nephentes.
Tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan karnivora, pemangsa serangga dan hewan-hewan kecil lainnya yang terperangkap di kantong maut itu. Di tempat ini, ada sekitar tujuh spesies Nephentes. Dua di antaranya berstatus dilindungi yakni Nephentes Sumatrana dan Nephentes Spectabilis.
Sambil mengajarkan menanam, Sadikinyang merupakan pengelola Arboretum Gambut Marsawa menjelaskan awal lahirnya pusat eduwisata gambut terbesar di Provinsi Riau ini.
Arboretum sendiri dapat diartikan sebagaitempat berbagai pohon yang ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.
Saat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melanda kawasanSungai (Sei)Pakning terjadi pada tahun 2014 -2015, terdapat lahan seluas 1,1 hektare yang tidak terbakar.
"Lahan tersebut memiliki biodiversitas khas gambut yang beragam seperti meranti, mentangor, gaharu, geronggang, gelam, dan berbagai jenis kantong semar (nephentes) sehingga masyarakat tergerak untuk menjaga kelestarian ekosistem lahan ini melalui kegiatan konservasi secara mandiri," jelasSadikin, Senin (6/9).
Agar berkembang menjadi lokasi wisata edukatif,Sadikin dan warga lainnya yang sering berinteraksi dengan pihak Pertamina diSei Pakning. Mereka memiliki keinginan untuk mengembangkan fasilitas konservasi lahan gambut agar bisa bermanfaat dengan menggandeng perusahaan negara tersebut.
Pria peraih Kalpataru kategori Perintis Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2020 ini juga memiliki impian lokasi tersebut memiliki sejumlah fasilitas dalam upaya mengembangkan arboretum gambut.
"Mimpi kami waktu mengajukan permohonan ke Pertamina agar dapat membantu mewujudkan pengembangan arboretum gambut, dengan fasilitas penunjang seperti saung edukasi, rumah bibit, musholla dan lainnya," ujarnya.
Gayung bersambut, hingga akhirnya lahirlah Arboretum Gambut Marsawayang kini telah menjadi lokasi konservasi tanaman khas gambut serta pembibitan kantong semar. Bagi siswa-siswa sekolah di Kecamatan Bukit Batu, hal ini merupakan wahana belajar dan wisata menarik.
Lokasi ini menjadi tujuan out bond sekolah dengan materi Pendidikan Cinta Lingkungan Dini dan Pengenalan Ekosistem Gambut. Pengembangan program di Arboretum Gambut sebagai sarana eduwisata, juga mendapat dukungan dari Pertamina, melalui program tanggung jawab sosialnya.
Arboretum Gambut Marsawa lambat laun menjadi laboratorium bagi siswa-siswi sekolah untuk mempelajari lebih lanjut karakteristik lahan gambut, penanaman pohon, dan cara mencegah terjadi kebakaran di lahan gambut.
"Selain itu, lokasi ini juga menjadi objek penelitian untukskripsi, tesis, serta desertasi bagi mahasiswa yang memiliki topik penelitian terkait biodiversitas di lahan gambut,” kata Imam Rismantoselaku Area Manager Comrel & CSRPertamina Unit Pemurnian (RU) II Dumai.
Menjaga ekosistem
VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita, menambahkan program yang dilaksanakan Pertamina Kilang Unit Produksi Sei Pakning bersama masyarakat mewujudkan arboretum gambut sebagai implementasi dari salah satu Sustainable Development Goals (SDGs) ke-15 yakni menjaga ekosistem darat.
“Praktik ini juga sejalan dengan upaya perusahaan dalam melindungi keanekaragaman hayati, dan sejalan dengan praktek ESG (Environment, Sosial and Governance) yang menjadi komitmen perusahaan," jelas Arya.
Di masa pandemi, Arboretum Gambut yang merupakan sarana pendidikan dan penelitian keragaman hayati, terus beradaptasi agar keberadaannya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan edukasi, penelitian sekaligus wisata yang unik dan menarik.
“Awal pandemi tahun 2020, Arboretum Gambut sempat ditutup. Kemudian setelah berdiskusibersama masyarakat akhirnya dibuka kembali dengan membatasi kunjungan dan menerapkan protokol COVID-19. Kami juga menambahkan fasilitas Marsawa Cafeuntuk kenyamanan pengunjung.
Area terbuka sebagai tempat berdiskusi yang dilengkapi dengan kantin dan sarana promosi produk masyarakat,” lanjut Arya menjelaskan.
Belum lama ini, Arboretum Gambut Marsawa juga menjadi pusat kegiatan Research Grant yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Provinsi Riau.
Selain menjadi lokasi penelitian, Arboretum Gambut juga menjadi sentra pembuatan pupuk kompos yang bisa digunakan oleh para petani nanas lahan gambut yang berada di sekitarnya.
Tingkatkan ekonomi
Camat Bukit Batu Taufik Hidayat mengungkapkan Arboretum Gambut Marsawa selain bertujuan menjaga kelestarian ekosistem hutan yang ada juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di sekitar wilayah setempat.
Salah satunya adalah nanas. Masyarakat sekitar berhasil menjual hasil produk dari perkebunan nenas yang telah berhasil dikembangkan berkat bantuan dari Pertamina RU II Sungai Pakning. Awalnya, lahan nanas yang ada hanya setengah hektare, kini sudah berkembang menjadi 24 hektare yang berada di sekitar arboretum.
Nanas hasil masyarakat tersebut bisa diolah menjadi berbagai produk makanan, seperti kerupuk nenas, selai dan dodol nenas yang bisa dijual sebagai makanan khas bagi wisatawan yang datang berkunjung ke tempat wisata gambut tersebut.
"Ini sangat berdampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat," ujar Taufik.
Sebelum pandemi, setiap bulannya pengunjung Arboretum MangroveMarsawa mencapai sekitar 5.000 orang. Namun sejak pandemi ini untuk kunjungan wisata dan kegiatan out bond serta lainnya ditiadakan sementara waktu. Meskipun kini ada pengunjung, namun harus menerapkan protokol kesehatan ketat.
Taufik juga memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu mengembangkan Eduwisata gambut ini dan juga terhadap wisata mangrove yang ada di Desa Pangkalan Jambi.
Keberadaan arboretum mangroveini diharapkan bbisa menjadi warisan kepada generasi selanjutnya yang menunjukkanbahwa ratusan hektare lahan yang sebelumnya musnah terbakar sudah pasti diikuti lenyapnya ekosistem di dalamnya.
Bisa saja Tuhan sengaja menyisakan 1,1 hektare lahan untuk memperlihatkan keanekaragaman hayati yang masih tersisa untuk diteliti dan dipelajari untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Kita berharap tidak ada lagi kebakaran hutan dan lahan baik itu disengaja maupun tidak dengan alasan membuka lahan perkebunan dengan cara membumihanguskan lahan gambut yang sangat berdampak buruk bagi manusia dan lingkungan.
Berita Lainnya
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB
Pertamina Patraniaga Sumbagut bentuk satgas jaga kelancaran distribusi energi
16 December 2024 10:14 WIB
Proyek Jalan di Sungai Pakning dinilai molor, warga pertanyakan progresnya
13 December 2024 17:39 WIB
Kiprah "Kesatria FIRE" sebagai benteng keselamatan di Blok Rokan
12 December 2024 10:56 WIB
Waduh, Danramil tampar manajer SPBU terkait QR Code BBM di Palu
07 December 2024 5:55 WIB
Pertamina Patra Niaga Sumbagut sidak SPBU di Riau
23 November 2024 6:40 WIB
Pertamina Patra Niaga berdayakan penyandang disabilitas dengan pelatihan menjahit
15 November 2024 16:16 WIB
PHR - SKK Migas motivasi penerima beasiswa agar siap hadapi tantangan global
11 November 2024 16:51 WIB