BBPOM di Pekanbaru temukan 1.826 produk kosmetik tidak memenuhi ketentuan

id BBPOM Pekanbaru

BBPOM di Pekanbaru temukan 1.826 produk kosmetik tidak memenuhi ketentuan

Kepala BBPOM Pekanbaru, Yosep Riawan saat ekspos temuan 1.826 pcs kosmetik tidak memenuhi ketentuandi Pekanbaru, Selasa. (Foto:Antara/Frislidia).

Pekanbaru (ANTARA) - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan(BBPOM) di Pekanbaru menemukan sebanyak 1.826 produk kosmetik tidak memenuhi ketentuan dengan nilai ekonomi mencapai Rp67 juta rupiah dalam aksi penertiban pada 19-28 Juli 2022.

"Pada periode penertiban itu dilakukan di wilayah Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan KabupatenRohul secara terpadu bersama Dinas Kesehatan, Disperindag dan Satpol PP," kata Kepala BBPOM Pekanbaru, Yosep Riawan di Pekanbaru, Selasa.

Ia mengatakan dalam aksi untuk melindungi masyarakat itu juga ditemukan produk kosmetik ilegal sebanyak 193 item, 5.270 pcs, dengan nilai ekonomi sebesar Rp67 juta.

Meskipun nilai ekonomi temuan tidak besar, katanya, namun demikian perlu menjadi kewaspadaan bersama bahwa produk kosmetik ilegal masih diminati oleh masyarakat baik di jalur konvensional dan daring.

"Terhadap temuan produk kosmetik ilegal dilakukan pemusnahan oleh pemilik dengan disaksikan oleh petugas pemilik atau penguasa barang membuat Surat Pernyataan untuk tidak mengulangi pelanggaran yang sama dan BBPOM di Pekanbaru memberikan sanksi administratif berupa Peringatan Keras," katanya.

Sementara itu masyarakat harus dilindungi dilindungi dari risiko kesehatan akibat penggunaan kosmetika yang Tidak Memenuhi Syarat, karena untuk jangka panjang bisa mengakibatkan kerusakan kulit, kanker dan lainnya.

"Selain itu untuk menurunkan tingkat peredaran kosmetik ilegal maka juga dilaksanakan Aksi Penertiban Pasar dari Kosmetik Ilegal dan/atau mengandung Bahan Berbahaya secara serentak oleh seluruh UPT Badan POM se Indonesia pada minggu ke 3-4 bulan Juli 2022," katanya.

Target Aksi adalah merupakan kosmetik Tanpa Izin Edar (TIE), kosmetik mengandung bahan berbahaya, kosmetik yang masuk dalam public warning dan kosmetik kedaluwarsa/rusak.

Untuk itu, yang menjadi sasaran kegiatan adalah sarana distribusi kosmetik baik di retail modern dan pasar tradisional, terutam sarana dengan track record temuan produk kosmetik ilegal.