Dili (ANTARA) - Lembaran baru bagi kisah Timor Leste sebagai sebuah negara yang berdaulat tak lantas mengakhiri kiprah Pertamina di negara termuda Asia Tenggara ini.
Corporate Secretary and Legal Representative Pertamina International Timor S.A. Rudolfo Sinambela mengungkapkan, ketika Timor Leste melalui masa transisi setelah referendum, Pertamina tetap memberi pelayanan kepada masyarakat di Timor Leste sebagai satu-satunya penyedia bahan bakar minyak. Terlebih, ketika pasukan perdamaian membutuhkan pengisian ulang BBM. Sejak saat itu, Pertamina tetap bertahan di Timor Leste hingga masa kini.
Sebesar 50 persen dari saham Pertamina International Timor S.A. (PITSA) dipegang oleh PT Pertamina Patra Niaga. Selanjutnya, sebesar 45 persen dari saham PITSA dipegang oleh PT Pertamina Retail, dan 5 persen lainnya dikuasai oleh mitra lokal di Timor Leste.
Meskipun Pertamina berada di bawah naungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia, nyatanya perusahaan ini memiliki kapasitas yang tangguh untuk bertahan dan bersaing melawan kompetitor lain yang mengembangkan bisnis di Timor Leste.
Timor Leste memberi peluang bagi perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan bahan bakar minyak untuk dapat muncul kapan pun. Semua orang bisa memperoleh izin untuk membuat stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU.
Oleh karena itu, perusahaan SPBU tidak berada di bawah naungan negara. Pertamina yang berada di Timor Leste pun berstatus sebagai perusahaan swasta. Hal ini mengakibatkan Pertamina harus menghadapi persaingan terbuka dengan perusahaan bahan bakar lainnya.
Tidak hanya bersaing dengan SPBU lokal, Pertamina juga bersaing dengan SPBU yang berasal dari negara lain, seperti perusahaan yang berasal dari Singapura.
Menghadapi tantangan tersebut, Pertamina dengan aktif berinovasi dan menjaga performa pelayanan mereka untuk memberi kualitas terbaik kepada para pelanggan di Timor Leste. Langkah ini melahirkan Pertamina yang tangguh dan bertaring tajam, meskipun berada di luar yurisdiksi Indonesia.
Keberhasilan Pertamina dalam memberi pelayanan yang terbaik lantas mengantarkan perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan dominan dalam pasar BBM di Timor Leste.
Rudolfo mengatakan bahwa Pertamina merupakan penyedia untuk lebih dari 50 persen kebutuhan BBM bagi 1,3 juta orang masyarakat di Timor Leste.
Pertamina hanya memiliki satu SPBU resmi atas nama Pertamina dan tiga SPBU lain yang merupakan bentuk kerja sama Pertamina dengan mitra lokal. Akan tetapi, Pertamina tetap menjadi penyedia untuk berbagai SPBU lainnya di Timor Leste yang menggunakan merek masing-masing pemilik usaha.
Dengan demikian, nyaris di seluruh SPBU terdapat BBM yang berasal dari Pertamina.
Tantangan berbeda
Masing-masing negara memiliki regulasi tersendiri. Regulasi inilah yang kemudian menentukan tantangan seperti apa yang akan dihadapi oleh para pengelola perusahaan di negara tersebut. Tak terkecuali Pertamina.
Rudolfo mengatakan bahwa terdapat beberapa tantangan yang pihaknya hadapi terkait dengan Pertamina yang beroperasi di Timor Leste. Salah satunya memiliki keterkaitan dengan regulasi.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, semua orang di Timor Leste bisa memperoleh izin untuk mendirikan SPBU. Aturan ini memungkinkan kompetitor untuk muncul kapan saja dan Pertamina harus siap dalam menghadapi para kompetitor dengan berbagai inovasi yang mereka miliki.
Menurut Rudolfo, regulasi tersebut mengakibatkan Pertamina berhadapan dengan pasar persaingan sempurna, berbeda dengan Indonesia yang lebih ketat dalam hal perizinan untuk mendirikan SPBU.
Dengan demikian, tutur Rudolfo melanjutkan, Pertamina memiliki tantangan berupa dinamika yang lebih besar. Ketika di Indonesia, Pertamina dapat lebih fokus pada pengaliran BBM. Sedangkan, di Timor Leste, Pertamina harus memikirkan bagaimana caranya untuk tetap kompetitif dan menjadi pilihan masyarakat.
Selain itu, Timor Leste tidak memberlakukan subsidi untuk bahan bakar. Harga minyak di Timor Leste mengacu pada harga minyak dunia dengan sedikit perbedaan yang diakibatkan oleh biaya pengiriman.
Absennya subsidi negara terkait dengan BBM mengakibatkan harga BBM milik Pertamina di Timor Leste menjadi lebih fluktuatif apabila dibandingkan dengan harga BBM milik Pertamina di Indonesia. Hal ini yang juga melahirkan persaingan sempurna antara para pengelola SPBU di Timor Leste.
Saat ini, harga BBM di Timor Leste nyaris berada di atas satu dolar Amerika Serikat per liter. Tingginya harga tersebut diakibatkan oleh perang yang berlangsung antara Rusia dengan Ukraina.
Menjaga kualitas
Keunggulan Pertamina yang menjadi faktor penarik pelanggan adalah pelayanan prima yang mereka berikan kepada masyarakat. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab mengapa Pertamina dapat bersaing di tengah pasar terbuka dengan SPBU lain yang beroperasi di Timor Leste.
Pertamina memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa minyak yang mereka salurkan pasti tepat dan sesuai dengan angka yang tertera. Para teknisi telah melakukan pengukuran yang akurat, serta peralatan yang digunakan sudah tersertifikasi dan sesuai dengan standar SPBU di Indonesia.
Rudolfo mengatakan, jaminan ketepatan ini krusial bagi masyarakat karena masyarakat sangat memperhatikan kesesuaian jumlah yang mereka beli dengan yang didapat.
Selain itu, terdapat berbagai upaya lainnya yang dilakukan oleh Pertamina untuk menjaga kualitas dari pelayanan-nya. Baik dari melakukan daily monitoring untuk memastikan keadaan alat dalam kondisi terbaik, perbaikan minor maupun mayor yang diperlukan, serta manajemen stok untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman agar Pertamina tetap bisa menyediakan bahan bakar kepada para pelanggan meski terdapat kendala dalam proses pengiriman.
Tidak hanya itu, Pertamina di Timor Leste pun berinovasi dengan pemberian promo pada tiap-tiap hari besar nasional. Contohnya, pada Hari Restorasi Kemerdekaan Timor Leste yang jatuh pada 20 Mei 2022, Pertamina memberi undian bagi masyarakat yang membeli bahan bakar di atas dua dolar Amerika Serikat.
Hadiah dari undian tersebut dapat berupa gantungan kunci hingga voucher pengisian bensin bagi pelanggan yang beruntung. Supervisor SPBU Coco PITSA (atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama Pertamina Bebora) Octavio Matos mengatakan bahwa keberadaan promo mengakibatkan peningkatan kepadatan apabila dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Kombinasi dari berbagai upaya tersebut mengantar Pertamina menjadi salah satu pemain dominan dalam pasar bahan bakar di Timor Leste. Pertamina berhasil memenuhi lebih dari 50 persen kebutuhan BBM bagi 1,3 juta orang masyarakat di Timor Leste.
Per tahunnya, tutur Rudolfo, masyarakat Timor Leste membutuhkan sekitar 52 juta liter bahan bakar diesel dan 48 juta liter bensin. Dalam hal ini, per bulan-nya, Pertamina menyalurkan sekitar 4 sampai 5 juta liter secara total.
Tingginya angka penyaluran Pertamina kepada masyarakat Timor Leste menunjukkan bahwa Pertamina, meskipun berada di luar negeri dan berhadapan dengan persaingan bebas, memiliki taring yang tajam dan dapat berdiri dengan kokoh.
Ketangguhan dari perusahaan ini merupakan buah dari kemampuan Pertamina untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjaga kualitas pelayanan, serta terus berinovasi.
Baca juga: Pemerintah diminta segera beri kepastian pembayaran kompensasi BBM dan gas ke Pertamina
Baca juga: Subholding Gas Pertamina percepat transformasi bisnis berbasis digital dan Marketing 3.0
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB