Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari mengatakan Presidensi G20 Indonesia menjadi momentum penting mendorong kerja sama internasional membangun sistem ketahanan pangan dunia yang berkelanjutan.
"Tujuan pembangunan sistem pangan berkelanjutan adalah untuk mewujudkan dunia tanpa kelaparan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Dalam mewujudkan ketahanan pangan global secara berkelanjutan, diperlukan kerja sama antarnegara untuk memastikan perdagangan dan distribusi pangan dapat berjalan dengan baik guna menghadapi krisis.
"Kuncinya memang harus menjalin kerja sama antarnegara dan memastikan perdagangan dan distribusi lancar," katanya.
Baca juga: Pengamat: Indonesia dapat manfaatkan Presidensi G20 untuk redam perang Rusia dan Ukraina
Puji menuturkan ada tiga hal yang perlu dilakukan negara-negara G20 untuk memperkuat sistem pangan global, yakni melakukan pemulihan sistem pangan, menciptakan iklim investasi berkelanjutan, dan meningkatkan transfer teknologi dan pembangunan kapasitas kepada negara-negara yang membutuhkan.
Pemulihan sistem pangan bertujuan menjamin produksi pangan tinggi, rantai pasok kembali normal dan sistem perdagangan pangan terjadi tanpa hambatan sesuai aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Pengembangan iklim investasi berkelanjutan dilakukan dengan meningkatkan peran aktif sektor swasta melalui kemitraan "public private partnership". Kemitraan tersebut harus saling menguntungkan di sektor pangan dan pertanian.
Peningkatan transfer teknologi dan pembangunan kapasitas ditujukan meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing sektor pertanian dan pangan di negara-negara yang membutuhkan.
Untuk menciptakan ketahanan pangan, BRIN berkomitmen meningkatkan kapasitas riset, invensi dan inovasi dalam bidang pertanian serta pangan, sehingga terjadi peningkatan produktivitas, kualitas, dan daya saing produk pangan di pasar global.
"Antisipasi perubahan iklim global juga terus dilakukan melalui pendekatan 'high-tech' untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim baik 'on-farm' maupun 'off-farm'," ujarnya.
Ia mengatakan varietas unggul tanaman pangan dan hortikultura dengan produktivitas tinggi yang mempunyai ketahanan banyak terhadap cekaman abiotik dan biotik diperlukan.
Peternak sapi dan kambing perah yang adaptif dengan iklim tropis juga akan dikembangkan melalui persilangan dengan sumber daya genetik sapi dan kambing lokal Indonesia.
Proses persilangan dipandu dengan penggunaan markah molekuler untuk karakter-karakter unggul sehingga proses seleksi turunannya dapat dilakukan secara presisi.
Baca juga: Babel siapkan mobil listrik sebagai transportasi delegasi G20
Baca juga: Anggota DPR: Indonesia perlu berperan dalam upaya selamatkan G20 dari perpecahan
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB