Beijing (ANTARA) - Harga minyak naik di sesi Asia pada Kamis sore, bangkit level terendah tiga minggu yang disentuh pada sesi sebelumnya setelah negara-negara konsumen mengumumkan pelepasan besar minyak dari cadangan darurat, karena kekhawatiran atas ketatnya pasokan masih mengaburkan prospek pasar.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 1,42 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 102,52 dolar AS per barel pada pukul 06.51 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 1,55 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi diperdagangkan di 97,78 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak anjlok lebih dari 5,0 persen di sesi sebelumnya dan mencapai level penutupan terendah sejak 16 Maret.
Baca juga: Harga minyak turun karena AS pertimbangkan rekor lepas cadangan strategis
Negara-negara anggota Badan Energi Internasional (EIA) pada Rabu (6/4/2022) setuju untuk melepaskan 60 juta barel di atas pelepasan 180 juta barel yang diumumkan oleh Amerika Serikat pekan lalu untuk membantu menurunkan harga di pasar yang ketat menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Tetapi para analis dan pedagang mengatakan bahkan dengan rilis stok minyak darurat, pasokan tetap ketat.
"Pelepasan minyak dari anggota IEA mencerminkan tekad politik yang kuat terhadap minyak Rusia atas invasinya ke Ukraina, tetapi itu tidak cukup untuk mengisi kekurangan pasokan yang sebenarnya," kata seorang pedagang minyak yang berbasis di Shanghai.
Penyuling minyak milik negara di China, importir minyak utama dunia, menghormati kontrak minyak Rusia yang ada tetapi menghindari yang baru meskipun ada diskon besar-besaran, mengindahkan seruan untuk berhati-hati oleh Beijing.
"Selain pelepasan cadangan global yang sangat besar, kehancuran permintaan dan resesi saat ini merupakan satu-satunya mekanisme penurunan harga di dunia tanpa penyangga persediaan," kata Stephen Innes, direktur pelaksana SPI Asset Management.
Analis National Australia Bank Baden Moore mengatakan rilis terbaru ditambah rilis terkoordinasi IEA yang diumumkan pada 1 Maret setara dengan 1 juta barel per hari dalam pasokan tambahan dari Mei hingga akhir 2022, hanya akan membatasi harga dalam waktu dekat.
"Pasokan tambahan mengurangi risiko kenaikan jangka pendek ke pasar dan kemungkinan menghindari kebutuhan untuk pemotongan kilang dalam waktu dekat," kata Moore dalam sebuah catatan.
Namun, "kebutuhan untuk mengisi kembali cadangan, diharapkan pada tahun 2023, menambah ketatnya pasar ke depan di mana prospek pasokan fundamental tetap tidak berubah, memiringkan risiko harga naik," tambahnya.
Pembicaraan tidak langsung yang terhenti antara Iran dan Amerika Serikat tentang menghidupkan kembali perjanjian 2015 tentang program nuklir Teheran telah semakin menunda potensi pencabutan sanksi terhadap minyak Iran, menjaga pasar tetap ketat.
Keputusan politik diperlukan di Teheran dan Washington untuk mengatasi masalah yang tersisa, kata para perunding.
Baca juga: Kekhawatiran krisis pasokan mereda, harga minyak mentah lanjut turun di Asia
Baca juga: Departemen Energi AS setujui lepas 870.000 barel minyak mentah ke Shell