Dolar menguat setelah Fed sebut perlu lebih agresif tangani inflasi

id kurs dolar,indeks dolar,inflasi amerika,kebijakan federal reserve,suku bunga fed,dolar

Dolar menguat  setelah Fed sebut perlu lebih agresif tangani inflasi

Ilustrasi: Dolar Amerika Serikar (Reuters)

New York (ANTARA) - Indeks dolar AS bangkit kembali dari penurunan baru-baru ini pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah pejabat Federal Reserve (Fed) mengatakan bank sentral mungkin perlu lebih agresif untuk menangani inflasi, sementara dolar mencapai level tertinggi baru enam tahun terhadap yen.

Dolar AS juga naik 0,1 persen versus yuan China di pasar luar negeri di 6,3716 yuan, mencatat sedikit perubahan setelah panggilan video Presiden AS Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping, di mana Biden berusaha mencegah Beijing memberikan dukungan bagi invasi Rusia ke Ukraina. Pembicaraan, yang berakhir tanpa kejutan besar, membantu mendongkrak saham di Wall Street, terutama di sektor teknologi.

Dua pembuat kebijakan Federal Reserve yang paling hawkish mengatakan bank sentral perlu mengambil langkah lebih agresif untuk memerangi inflasi. Yang ketiga, yang enam bulan lalu adalah anggota bank sentral AS yang paling dovish, mengatakan dia terbuka untuk kemungkinan itu.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada Rabu (16/3/2022) dalam upaya untuk menjinakkan inflasi pada level tertinggi 40 tahun. Itu adalah kenaikan pertama dalam tiga tahun, dan The Fed juga mengisyaratkan bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga akan datang.

Presiden Fed St Louis, James Bullard, yang tidak setuju pada tindakan minggu ini mendukung kenaikan setengah poin, mengatakan pada Jumat (18/3/2022) bahwa para pejabat harus menaikkan suku bunga pinjaman overnight Fed menjadi lebih dari 3,0 persen tahun ini.

"Untuk dolar, pembicaraan Fed yang hawkish telah mengembalikan angin ke layarnya," kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions,Joe Manimbo, di Washington.

"Ini memainkan pandangan yang lebih hawkish untuk kebijakan Fed. Sementara Fed hawkish minggu ini, pandangan mereka untuk suku bunga secara umum masih sejalan dengan ekspektasi pasar."

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terakhir naik 0,2 persen pada 98,190, tetapi jauh dari tertinggi sesi, setelah menurun selama empat hari terakhir.

Dolar naik 0,4 persen terhadap yen Jepang dan mencapai level tertinggi baru enam tahun. Bank sentral Jepang (BoJ) membiarkan pengaturan kebijakan ultra-akomodatifnya tidak berubah pada Jumat (18/3/2022) seperti yang diharapkan secara luas, menjadikannya outlier di antara bank-bank sentral negara maju yang keluar dari tindakan darurat pandemi Virus Corona.

Euro melemah karena investor menilai perkembangan dalam konflik Ukraina-Rusia, termasuk berita bahwa Rusia membayar bunga atas dua obligasi dolar negara itu.

Euro turun 0,4 persen menjadi 1,1054 dolar tetapi naik 1,3 persen untuk minggu ini dalam persentase kenaikan mingguan terbesar sejak minggu pertama Februari, ketika Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memberi isyarat untuk pertama kalinya bahwa suku bunga akan naik di zona euro pada 2022 .

Dolar Australia yang sensitif terhadap komoditas naik 0,5 persen terhadap dolar AS, memperpanjang kenaikan untuk hari keempat. Harga minyak menetap lebih tinggi pada Jumat (18/3/2022), tetapi membukukan kerugian mingguan kedua berturut-turut.

Di pasar mata uang kripto, bitcoin naik sekitar 2,0 persen dan ether naik sekitar 5,0 persen.