Sinar Mas Group Tebangi Kayu Alam Riau

id sinar mas, group tebangi, kayu alam riau

Pekanbaru, (antarariau.com) - Satu perusahaan pemasok kayu untuk dijadikan bubur kertas dan kertas Sinar Mas Group (SMG) menebangi hutan alam saat pemberlakuan moratorium penebangan hutan yang diberlakukan sendiri oleh grup perusahaan tersebut di Riau.

"Kejadian yang sama seperti dilaporkan koalisi LSM di Kalimantan bulan Maret, sewaktu 'Asia Pulp and Paper (APP)' dan konsultannya 'the forest trust' berkeliling dunia untuk mengkampanyekan kebijakan baru," ujar aktivis Walhi Riau Hariansyah Usman, di Pekanbaru, Selasa.

Hasil investigasi yang dilakukan Eyes on the Forest (EoF) yang merupakan gabungan LSM terdiri dari Walhi Riau, Jikalhari dan WWF Riau mendapati sejumlah ekskavator sedang menebangi pohon-pohon di hutan gambut pada lokasi konsesi PT Riau Indo Agropalma pada blok Kerumutan, Riau.

Padahal lokasi ini merupakan habitat harimau Sumatera yang berstatus saat ini sedang kritis.

SMG juga belum menyelesaikan beberapa kajian seperti hutan bernilai konservasi tinggi (HCV), area cadangan karbon tinggi (HCS) dan gambut yang dilakukan oleh pakar independen.

"Yang terpenting saat ini adalah apa yang terjadi di lapangan, bukan apa yang tampak pada materi publikasi untuk marketing atau pencitraan perusahaan yang selama ini diterapkan SMG atau APP," ucapnya.

"EoF merekomendasikan kepada para pembeli dan mitra bisnis APP untuk tetap berhati-hati dan tidak melakukan bisnis dengan perusahaan," katanya lagi.

Sedangkan Koordinator Jikalhari Muslim Rasyid, mengatakan, jika SMG benar-benar serius dalam melakukan konservasi alam, para pembeli pasti akan berharap APP melakukan langkah prioritas yaitu menghentikan semua tindakan penggundulan hutan dan melakukan pengembangan.

Perusahaan pemasok telah membabat hutan alam tersisa di wilayah konsesi yang merupakan lahan gambut dan habitat harimau Sumatera, tanpa adanya penilaian HCV, HCS dan kajian gambut secara independen.

"Temuan ini membuktikan bahwa APP tidak melaksanakan komitmen yang telah dibuatnya sendiri dan pelanggaran yang terjadi menunjukkan bahwa APP tidak berkomitmen kepada konservasi alam. Kami khawatir jika kampanye ini hanya upaya 'greenwashing' di pasar dunia," jelasnya.