Mengulang sejarah, Sumatra Tribute di Tugu Equator Lipatkain Riau

id sumtra tribute

Mengulang sejarah, Sumatra Tribute di Tugu Equator Lipatkain Riau

Grup C Sumatra Tribute berfoto bersama ketika tiba di Tugu Equator Lipatkain, Kampar Kiri, Riau, Sabtu 12/2/2022. (ANTARA/HO-Sumatra Tribute)

Balikpapan (ANTARA) - Pukul 10 pagi Sabtu (12/2) Waktu Indonesia Barat, tim Sumatra Tribute tiba di Tugu Equator, tugu penanda titik garis khatulistiwa, garis edar matahari yang membagi Bumi menjadi belahan utara dan selatan.

"Di Sumatera, garis equator melintasi antara lain di Lipatkain ini," kata Greefion Kamil, pengarah perjalanan.

Lipatkain adalah ibukota dari Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Lipatkain dibelah Jalan Lintas Sumatera bagian tengah. Rombongan Sumatra Tribute mencapainya dari Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi di selatannya.

Tentu saja konvoi mobil-mobil Land Rover bercat kuning pasir (sandglow) itu tidak muncul di depan Tugu Equator lewat Jalan Lintas Sumatera.

Pada Jumat (11/2) setelah 22 km dari Taluk Kuantan rombongan belok kiri ke perkebunan kelapa sawit, menyusuri jalan pasir yang padat sejauh 5 km ke barat hingga mencapai sungai, dan kemudian barulah dari sana berkonvoi hingga Tugu Equator.

“Malah diselingi bermalam dulu di tepi sungai itu. Sebab ketika kami tiba hari sudah jelang pukul 22.00,” kata Anto Land dari Grup C.

Untuk memudahkan koordinasi, juga untuk menciptakan sedikit kompetisi, ke-50 mobil peserta dibagi menjadi tiga grup, yaitu Grup Alpha (A), Grup Bravo (B), dan Grup Charlie (C).

Pada Camel Trophy Sumatra 1981, perjalanan offroad yang diulang kembali menjadi Sumatra Tribut ini, karena hanya ada 5 mobil Range Rover dengan driver-co driver semuanya dari Jerman Barat plus 8 Toyota Land Cruiser sebagai tim pendukung, tidak ada pembagian grup seperti itu.

Kelak baru di tahun berikutnya dalam gelaran di Papua Nugini 1982, para peserta yang terbagi dalam 8 tim datang dari 4 negara. Ada 2 tim Jerman Barat, 2 tim Italia, 2 tim Amerika Serikat, dan 2 tim Belanda.

Kembali ke Sumatra Tribute, kemping di riverside alias di tepi sungai cukup menyegarkan seluruh anggota rombongan. Pukul 08.00 semua sudah siap dalam barisan konvoi di jalan logging PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

Grup Alpha menjadi yang tiba pertama, disusul Grup Charlie, dan akhirnya Grup Bravo.

Seperti saat tim Camel Trophy Sumatra 1981 mencapai Tugu Equator ini, seluruh anggota rombongan turun dari kendaraan untuk seremoni kecil. Setiap tim lalu bersusun untuk foto resmi dan menampilkan senyum paling cerah.

"Kita mengulang sejarah," kata Sammie Zacky dari Tim Charlie.

Setiap tim kemudian kembali melakukan persiapan akhir dan mengecek kendaraan. Rute berikutnya adalah keluar jalan logging RAPP dan masuk jalan bekas logging Ciliandra yang juga disebut Jalur Equator.

Diperhitungkan Sumatra Tribute akan berada di jalur sepanjang 54 km itu selama 2 hari, dan kembali ke on road untuk isi bahan bakar dan bahan makanan di Bangkinang.

Leader Tim Charlie Sumatra Tribute ‘Ncex’ Andiman, menjajal medan lumpur di perkebunan kelapa sawit di dekat Kampung Djao ruas Sitiung-Taluk Kuantan, Jumat 11/2/2022. Touring offroad Sumatra Tribute adalah napak tilas perjalanan Camel Trophy Sumatra 1981. (ANTARA/HO-Sumatra Tribute)
Sehari sebelumnya, seluruh tim Sumatra Tribute bermalam di Base Camp Sitiung yang berada di wilayah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Jumat (11/2) pagi mereka bergerak meninggalkan Sitiung dan turun ke Taluk Kuantan melalui jalan-jalan perkebunan kelapa sawit di bagian-bagian yang dilupakan.

Jalan itu mengulur di tanjakan terjal, turunan curam, atau di jalan datar yang becek liat dan berlumpur. Tim juga harus menyeberangi sungai tanpa jembatan dan nyebur begitu saja ke air, menyeberangi jembatan sempit, dan mengakali jalur air.

Jalur ekstrem pun kembali makan korban. Isi gardan depan ST 055 Land Rover Series II M Senut pun rompal plus patah as roda belakang selewat Kampung Djao. Dengan pengalaman dan kerjasama, kurang dari sejam masalah diatasi.

As roda belakang diganti dan as couple ke gardan depan dicopot. ST 055 bisa jalan lagi walau sekarang tidak punya fungsi 4x4, paling tidak untuk sementara hingga perbaikan di Pekanbaru.