Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat 7.678 warga di wilayah terkena demam berdarah (DBD) dan 75 orang di antaranya meninggal dunia.
Pada tahun 2019 total penderita DBD di Riau tercatat 4.135 orang dan dari jumlah tersebut 30 di antaranya meninggal dunia. Pada tahun 2020 jumlah kasus DBD mengalami penurunan menjadi 2.948 orang, namun jumlah yang meninggal bertambah menjadi 38 orang, kata PltKepala Dinas Kesehatan Riau Masrul Kasmy di Pekanbaru, Jumat.
Dia mengatakan, pada tahun 2021, jumlah masyarakat yang terjangkit DBD juga kembali menurun yakni sebanyak 595 kasus, dengan kasus meninggal tujuh orang.
Kasus DBD di Riau, katanya menyebutkan, selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan, namun demikian masyarakat tetap diminta waspada karena DBD tetap menjadi ancaman, pasalnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir total 7.678 masyarakat Riau terserang DBD dan 75 orang meninggal.
"Untuk kasus DBD, hingga saat ini Kota Pekanbaru menjadi daerah yang paling banyak terdapat masyarakat yang terjangkit dan dalam kurun waktu setahun terakhir, tercatat 286 masyarakat terkena DBD, meninggal dua orang.
Sementara itu, kasus yang sama menyerang masyarakat Kampar juga tinggi, tercatat sebanyak 70 kasus dengan dua orang meninggal.
Masrul menekankan, untuk mencegah DBD, bisa dilakukan melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) mulai dari lingkungan rumah masing-masing. Kegiatan PSN harus difokuskan pada tempat-tempat yang disukai nyamuk aedes aegypti tersebut.
"Kegiatan PSN harus difokuskan pada genangan air yang tidak bersentuhan dengan tanah secara langsung, seperti misalnya bak kamar mandi, tempat penampungan air, air pembuangan kulkas tempat minum burung, pot bunga, dispenser air minum (wadah limpahan airnya), atau barang bekas di sekitar rumah," katanya.