UI: Dialog politikus muda lintas partai Jadi salah satu cara hilangkan polarisasi

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, UI

UI: Dialog politikus muda lintas partai Jadi salah satu cara hilangkan polarisasi

Dokumentasi - Sejumlah politisi dan akademisi yang merupakan anggota Ikatan Alumni UI menyampaikan pandangannya soal wacana amendemen UUD 1945 pada Forum Diskusi Salemba ILUNI UI ke-61 yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Sabtu (11/9/2021). (ANTARA/HO-Forum Diskusi Salemba ILUNI UI ke-61)

Jakarta (ANTARA) - Policy Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) menilai adanya dialog antarpolitikus muda dapat jadi salah satu cara menghilangkan polarisasi yang memecah belah persatuan bangsa.

Oleh karena itu, Policy Center ILUNI UI Salemba berencana mengundang secara berkala para alumni UI yang saat ini berkiprah sebagai politikus dan tokoh muda di partai politik, lembaga-lembaga pemerintahan, dan organisasi masyarakat.

Baca juga: Permudah layanan pasien, Rumah Sakit UI sediakan bus secara gratis

"Kami akan berembuk menjawab tantangan polarisasi bangsa sebagai langkah awal membawa negara ini jadi lebih baik untuk menyongsong Indonesia 2045," kata Ketua Policy Center ILUNI UI M Jibriel Avessina sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Terkait itu, Policy Center ILUNI UI mulai mempertemukan para politisi muda alumni UI melalui Forum Diskusi Salemba ke-70 yang digelar secara virtual minggu ini.

Forum diskusi itu dihadiri setidaknya oleh empat politisi muda alumni UI, yaitu Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra, Kepala Staf Presiden Partai Keadilan Sejahtera Pipin Sopian, Ketua DPP Partai Gerindra Vasco Ruseimy, dan Ketua Umum DPP AMPI/Lembaga Inovasi dan Kreativitas DPP Golkar Dito Ariotedjo.

Baca juga: Tim FMIPA UI tanam bakau bantu cegah abrasi Pantai Muara Beting

Dalam acara diskusi, Herzaky menyampaikan polarisasi terjadi ketika ada upaya memberi label terhadap kelompok tertentu, misalnya, label bahwa oposisi merupakan kelompok yang ingin mengacaukan kerja pemerintah.

Label atau stigma yang memecah-belah itu ada karena ada pihak-pihak yang sengaja membuat, membentuk, dan merawatnya, ucap Herzaky.

Baca juga: Universitas Indonesia dinilai unggul pada bidang ilmu klinikal dan kesehatan

Oleh karena itu, ia menyampaikan polarisasi dapat dilawan salah satunya melalui kontra narasi atau membuat narasi-narasi yang menyatukan bukan memecah belah.

"Pada saat polarisasi itu dirawat, dibentuk, dan didesain untuk terus ada oleh pihak-pihak tertentu, berarti untuk meminimalisasi polarisasi juga bisa didesain dan dirancang," tutur Herzaky.

Tidak hanya itu, polarisasi juga dapat ditekan antara lain dengan menciptakan ruang dialog yang terbuka, menjalin silaturahim antarkelompok yang berbeda, dan mengedukasi masyarakat bahwa perbedaan merupakan hal yang biasa.