Pertemuan terakhir FJRK, belajar pemberitaan ramah anak

id FJRK, jurnalis remaja kampar, kampar

Pertemuan terakhir FJRK, belajar pemberitaan ramah anak

FJRK bersama pendamping dan pemateri usai mengikuti kegiatan. (ANTARA/Zora Anjani)

Bangkinang Kota (ANTARA) - Pertemuan terakhir pelatihan jurnalistik Forum Jurnalis Remaja Kampar (FJRK) bersama insan pers dan Diskominfo dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota, Sabtu (6/11).

Materi terakhir pertemuan yaitu terkait pemberitaan ramah anak yang disampaikan wartawan senior Mawardi Tombang selaku narasumber dari Kota Pekanbaru.

Dalam kesempatan itu, Mawardi menjelaskan pedoman pemberitaan ramah anak bagi para jurnalis yang tujuan utamanya untuk melindungi masa depan anak agar tidak terjadi perubahan perilaku negatif pada anak dan tidak terpengaruh kepada hal-hal menyimpang dari peristiwa yang diberitakan.

Peserta pelatihan serius dalam berkegiatan. (ANTARA/Zora Anjani)


Dia menyampaikan tentang posisi anak di antaranya sebagai pelaku, korban maupun korban terkait. Dalam posisi apapun seorang anak dalam peristiwa yang akan diberitakan harus dilindungi.

Untuk itulah, jurnalis harus memahami Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) yang berdasarkan pada UU Nomor 34 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Dalam menulis berita anak yang menjadi korban harus dilindungi identitasnya seperti menginisialkan nama untuk menghindari labelisasi sesuai pasal 64 ayat 3.

Sebelum mengakhiri materi, Mawardi memberikan tugas kepada seluruh peserta untuk membuat narasi dari kerangka umum tentang contoh kejadian yang diberikan pemateri.

Setelah itu, dia memanggil para peserta satu per satu lalu mengoreksi narasi masing-masing peserta. Dalam penilaiannya, berita yang dibuat untuk seusia peserta ini menurutnya sudah masuk kategori baik.

Di sisi lain anggota tim, Aprizal mengingatkan tentang jenis media yang ada di antaranya media cetak, televisi, online, baik media nasional maupun lokal dan juga organisasi wartawan yang ada di Indonesia.

Dia juga menambahkan penjelasan kepada para peserta mengenai jenis wawancara yakni jumpa pers, wawancara cegat dan wawancara tertulis agar dasar wawancara tersebut benar-benar diingat oleh peserta.

Sementara itu, Koordinator tim Netty Mindrayani menambahkan tentang bagaimana menjadi seorang fotografer jurnalistik yang baik harus memiliki mental dan keberanian.

"Sekalipun anda pandai dalam menggunakan kamera tapi tidak punya mental maka tidak akan bisa menghasilkan sebuah foto yang bagus. Maka harus memiliki mental berani khususnya bagi jurnalis yang ingin memfokuskan diri dalam bidang fotografi," ujarnya.

Setelah pertemuan ini, akan dilakukan praktik lapangan bagi seluruh peserta untuk mewawancarai Bupati Kampar atau Kadis Pendidikan Kabupaten Kampar mengakhiri pelatihan jurnalistik angkatan pertama ini.