Pemuda Edan Berondong Siswa Di AS, 27 Tewas

id pemuda edan berondong siswa di as 27 tewas

Pekanbaru (antaranews.com) - Hingga Sabtu (15/12) tak seorang pun tahu mengapa Adam Lanza (20) lepas kendali sehari sebelumnya. Ia menembak mati ibunya sendiri, kemudian membantai 20 anak kecil dan 6 orang dewasa di sebuah sekolah dasar, lalu bunuh diri. Dunia pun terkejut tak terkira.

Semakin banyak detail insiden tersebut terungkap, makin sulit orang mencerna tragedi yang melanda kota Newtown, kota kecil yang asri di Negara Bagian Connecticut, Amerika Serikat, tersebut.

Laporan sejumlah saksi mata menyebutkan, Jumat pagi itu diawali dengan ceria di Sekolah Dasar Sandy Hook, tempat aksi brutal tersebut terjadi. Hampir semua guru dan siswa masih dalam suasana gembira seusai acara konser musik para siswa kelas empat, malam sebelumnya.

”Itu hari yang sangat indah. Semua orang gembira dan ceria. Kami mengakhiri pekan ini dengan semangat tinggi,” tutur Theodore Varga, seorang guru kelas empat, yang sedang rapat dengan para guru lain pagi itu.

Semua itu berubah saat jarum jam menunjukkan pukul 09.30. Semua pintu masuk ke sekolah itu dalam keadaan terkunci otomatis untuk alasan keamanan.

Namun, entah bagaimana, Adam Lanza, seorang pemuda pendiam yang oleh sebagian temannya dianggap genius, bisa masuk ke sekolah itu. Lanza mengenakan pakaian seragam militer berwarna hitam dan memaksa masuk ke sekolah.

Ibu Lanza, Nancy, kemudian ditemukan tewas tertembak di rumahnya, tak jauh dari sekolah tersebut.

Setelah berhasil masuk ke sekolah Lanza langsung menuju salah satu ruang kelas dan mulai melepaskan tembakan. Polisi belakangan menemukan tiga pucuk senjata api, yakni satu pistol Glock, satu pistol Sig Sauer, dan satu senapan semiotomatis Bushmaster 0.223 M4—jenis senapan serbu standar tentara AS di medan perang.

Panik dan horor

Gelegar suara tembakan pun mulai terdengar bertubi-tubi, memecah kedamaian SD Sandy Hook pagi itu. Kepala Sekolah Dawn Hochsprung (47), yang sedang memimpin rapat guru, dan seorang ahli psikologi sekolah, Mary Sherlach (56), langsung berlari keluar ruang rapat untuk melihat yang terjadi.

Hochsprung dan Sherlach kemudian ditemukan tewas ditembak dari jarak dekat.

Panik dan horor pun langsung tersebar ke seluruh sekolah itu, setelah seseorang menyalakan sistem pengeras suara sekolah sehingga semua orang bisa mendengar suara tembakan.

”Kami mendengar seseorang berteriak, ’Angkat tangan!’ lalu saya dengar ada yang menjerit ’Jangan tembak!’,” tutur Brendan Murray (9), yang sedang berada di ruang olahraga bersama teman-temannya di kelas IV, seperti dikutip The New York Times dan disadur dari kompas.com.

Guru-guru yang sedang mengajar di kelas lain pun langsung berlari ke pintu dan menguncinya rapat-rapat. Di ruang kelas I, Kaitlin Roig mendengar suara-suara tembakan itu dan langsung menggiring 15 muridnya masuk berdesakan ke dalam kamar mandi kecil. Ia menarik rak buku untuk menghalangi pintu, kemudian menguncinya. Seorang guru lain menelepon layanan darurat 911 untuk mengabarkan insiden tersebut kepada polisi.

Suara tembakan yang beruntun bercampur dengan jerit dan tangis anak-anak terus terdengar di pengeras suara. Sampai suara anak-anak itu hilang satu per satu dan akhirnya hanya terdengar suara tembakan. Seorang saksi mengaku mendengar sedikitnya 100 tembakan.

Polisi bersenjata lengkap, termasuk pasukan SWAT, yang segera datang mengepung sekolah itu menemukan pemandangan mengerikan. Delapan belas anak usia 5-10 tahun tergeletak tewas di dua ruang kelas. Mereka ditembak dari jarak dekat.

Sementara dua anak lain sempat dilarikan ke rumah sakit sebelum dinyatakan meninggal. Secara keseluruhan, 28 nyawa manusia melayang hari itu, termasuk Lanza yang bunuh diri setelah melancarkan aksinya.

Reaksi dunia

Kabar yang tersebar pun menggedor akal sehat dan hati nurani warga dunia. Bahkan Presiden Barack Obama, panglima tertinggi negara adidaya di dunia, tak kuasa menahan air mata saat menyampaikan pernyataan di Gedung Putih.

”Sebagian besar korban tewas hari ini adalah anak-anak, anak-anak kecil yang manis berusia 5-10 tahun,” ujar Obama sebelum berhenti, tertunduk beberapa saat berusaha mengendalikan emosi. Di sisinya, dua anggota staf Gedung Putih berpegangan tangan, menangis.

Pernyataan kecaman dan ucapan dukacita pun mengalir dari seluruh dunia. Paus Benedictus XVI, Ratu Elizabeth II, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon termasuk di antara para pemimpin dunia yang mengirimkan ucapan belasungkawa.

Bahkan Iran, yang selama ini dikenal sebagai musuh besar AS, mengirimkan ucapan dukacita. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast mengecam insiden tragis tersebut dan menyampaikan simpati kepada keluarga korban.

Mehmanparast juga menyerukan kepada seluruh rakyat AS untuk bersatu melawan hasutan perang dan pembunuhan orang-orang tak bersalah di seluruh dunia.

”Semua anak-anak dan remaja yang menjadi korban aksi bersenjata adalah sama, apakah itu di Gaza, AS, Afganistan, Pakistan, Irak, atau Suriah,” ungkapnya.

Warga dunia pun berjuang keras mencari jawaban yang menjadi motif para penyerang, seperti Lanza, yang menyasar sekolah dan anak-anak tak berdaya. Hanya beberapa jam sebelum insiden di Newtown itu, penyerangan terhadap anak sekolah juga terjadi di China.

Min Yingjun (36), warga Guangshan, China tengah, diringkus polisi setelah menusuk 23 siswa SD Desa Chenpeng yang masih berusia 6-12 tahun, Jumat pagi. Beruntung, tak satu pun dari anak-anak itu tewas meski tujuh anak harus dirawat di RS.

Tragedi Newtown juga membangkitkan lagi perdebatan soal pengendalian senjata api di AS. Presiden Obama mengingatkan, insiden penembakan brutal di tempat umum di AS terlalu sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.