Lenggak-lenggok beberapa penari yang diperankan para wanita muda berhias rupawan menarik perhatian sejumlah pengunjung di acara pembukaan "Riau Tour and Travel Fair (RTTF)" yang ditaja Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia (ASITA) Riau, Jumat (9/11) sore.
Alunan musik khas melayu mengiringi tiap gerak aduhai yang dipertunjukkan para wanita-wanita muda pada konsep nan' menawan dihadapan para hadirin yang memadati sejumlah kursi yang disiapkan panitia penyelenggara.
Ayahanda (sebutan Wakil Gubernur Riau H Mambang Mit) dan Inspektur Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gusti Putu Laksaguna yang menjadi tamu kehormatan ketika itu tampak tersenyum manyun menyaksikan pertunjukan tari tradisional khasnya orang Riau.
RTTF merupakan kegiatan pameran khusus wisata yang diharapkan mampu merangsang para wisatawan lokal dan asing untuk berkungjung ke "Bumi Melayu Lancang Kuning".
Ketua Panitia Pelaksana RTTF Aldo Fikri mengatakan, pada acara itu terdapat 30 stan yang telah ditempati oleh para investor, mulai dari standard sampai platinum dengan harga Rp7 juta sampai Rp40 juta per stan.
"Kami sengaja melaksanakan kegiatan RTTF sebagai upaya meningkatkan gairah dunia pariwisata, karena pariwisata di Riau memiliki potensi yang menjanjikan jika di garap maksimal," ujarnya.
Senada dengan Aldo, dikesempatan terpisah, Caretaker Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau, Ondhi Sukmara, dalam sambutannya di acara itu mengatakan, bahwa pariwisata di Riau telah memiliki potensi, namun masih perlu dukungan semua pihak agar bisa mengembangkannya.
"Jangan sampai pengembangan pariwisata di Riau dilaksanakan oleh orang luar, alangkah lebih baik jika dibangun oleh masyarakat Riau sendiri," ujarnya.
Menurut panitia pelaksana acara tersebut, RTTF yang baru dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Riau H Mambang Mit dan Inspektur Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gusti Putu Laksaguna di Mal SKA Pekanbaru ini rencananya akan terus berlanjut hingga beberapa hari kedepan.
"RTTF digelar untuk menghidupkan industri di bidang pariwisata, sejalan dengan misi ASITA Riau sebagai asosiasi yang ikut berperan aktif mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal," kata Sekretaris ASITA Riau, Muhammad Junaidi, di sela acara itu.
Melalui RTTF dirinya mengharapkan untuk mampu mendorong pertumbuhan "inbound", yakni terjadi peningkatan kunjungan wisata ke Riau baik oleh wisatawan lokal dari berbagai provinsi di Indonesia maupun mancanegara.
Hal demikian mengingat pada acara ini, juga dihadiri berbagai "stakeholder" dalam dan luar negeri, selain perusahaan agen perjalanan, kemudian pihak hotel, badan promosi dan lain sebagainya yang akan memberikan produk spesial.
"Seperti berbagai macam potongan harga dari pihak hotel-hotel yang ada di Pekanbaru, 'discount' pengobatan atau perawatan rumah sakit, penawaran objek wisata, harga tiket pesawat dan lain-lain. Hal demikian diharapkan mampu merangsang minat masyarakat untuk berwisata dan mengembangkan objek wisata di Riau," katanya.
Memiliki Makna
Wakil Gubernur Riau H Mambang Mit dalam pidatonya di acara tersebut mengatakan, RTTF merupakan kegiatan yang memiliki makna yang sangat strategis untuk merangsang dan membangun pariwisata di Negeri (bukan negara) Lancang Kuning.
Pada umumnya, menurut dia, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan luar biasa dengan sumber objek wisata yang tiada tara.
Termasuk Riau yang menurut Mambang sangat memiliki potensi untuk dijadikan sebagai daerah dengan alam terbuka yang strategis untuk dijadikan sebagai lokasi wisata internasional.
"Apabila dikembangkan secara baik dan propesional, maka segala objek pariwisata di Indonesia khususnya Riau akan mempu mensejahterakan rakyat," katanya.
Sektor pariwisata menurut dia sebaiknya dibangun secara bersama dan bersinergi antara pemerintah maupun pihak swasta.
Sejumlah pihak ini, kata dia, sangat diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi nyata yang maksimal guna kemajuan objek wisata Riau.
Menurutnya pula, potensi seni dan budaya Riau yang begitu beragam dan penuh warna juga akan mampu memberikan ciri-khas menawan untuk menarik para wisatawan asing dari berbagai mancanegara.
Hal lainnya, demikian Mambang, Riau juga memiliki pesona alam yang tersebar di sejumlah wilayah kabupaten/kota.
"Belum lagi objek wisata yang berupa situs sejarah, perlu diketahui pula, bahwa Riau juga memiliki banyak situs sejarah yang layak untuk dijadikan objek wisata unggulan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, Riau juga memiliki keragamanan multi-etnis yang juga sepatutnya menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia wisata di Negeri Kaya Minyak.
Menurut Mambang, jalur pariwisata internasional juga bisa terbangun dengan sendirinya atas kerja sama semua pihak.
"Intinya adalah, bagaimana sinergitas semua pihak untuk mampu membangkitkan sektor pariwisata di Riau. Segalanya harus dimulai dari yang sekecil-kecilnya," kata dia.
Salah satunya, kata Mambang, yakni dengan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengunjung atau wisatawan asing serta sinergitas masyarakatnya.
Kemudian, kata dia, sebaiknya juga, para penyandang beban kebudayaan seperti Dinas Kebudayaan juga harus mampu mengembangkan kebudayaan melayu yang menjadi salah satu ujung tombak pariwisata di Riau.
Sinergitas Antar-negara
Wakil Gubernur Riau ini juga menyatakan, bahwa untuk membangun dan memajukan pariwisata di wilayahnya sangat dibutuhkan sinergitas antar-negara.
"Indonesia dengan Riau-nya, dan Malaysia dengan Selangor-nya. Begitu juga dengan Singapura, juga bisa bersinergi dengan Riau lewat sektor pariwisata guna meningkatkan keejahteraan rakyat di masing-masing negara," katanya.
Menurut dia, sejauh pengamatan, Riau memang bukan tujuan utama pariwisata nasional. Bahkan provinsi dengan penghasil minyak bumi terbesar di Tanah Air ini juga masih kalah jauh terkenal dari provinsi tetangga, Sumatera Barat.
"Namun bukan berarti pariwisata di Riau hanya dibiarkan begitu saja. Jika dikembangkan, suatu saat pariwisata Riau bakal sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia," katanya.
Selama ini masyarakat Indonesia dan dunia hanya mengenal sedikit sekali objek wisata di negeri ini. Selain Bali dan dan Pulau Jawa, umumnya tak banyak objek pariwisata yang menonjol layaknya Sumbar, Sumatra Utara dan juga Nusa Tenggara. Padahal jika dikembangkan, hampir semua daerah di Indonesia memiliki potensi pariwisata unggulan masing-masing wilayah, tidak terkecuali Riau.
Jika memang serius, pariwisata bisa menjadi salah satu urat nadi perekonomian rakyat, begitu ungkapan Mambang Mit. Lihat saja Bali yang telah membuktikan bisa membangun daerahnya, dengan mengandalkan keindahan alamnya dan keberagaman budaya lokalnya yang unik.
Tinggal bagaimana pemerintah daerah, mengemasnya menjadi sesuatu yang menarik. Terutama dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Gubernur Riau HM Rusli Zainal dalam berbagai kesempatan seringkali menegaskan jika infrastruktur pendukung menjadi persoalan utama kurangnya daya tarik objek wisata di Riau.
Minimnya anggaran untuk membangun sarana fisik lokasi wisata kerap kali berimbas pada kurangnya minat masyarakat untuk datang ke objek wisata tertentu yang ada di Riau.
Lihat saja kawasan wisata Danau Buatan di Pekanbaru, Candi Muara Takus di Kampar, Istana Siak di Siak Sri Indrapura atau Pulau Rupat yang hingga saat ini masih belum dikembangkan. Kerap kali, dan selalu saja, keterbatasan anggaran di daerah menjadi alasan utama.
Jika mengharapkan peran sentral daerah, jatuhnya juga, ya... anggaran. Daerah juga tidak punya kemampuan anggaran berlebih menurut para pejabat di Riau.
Seperti kata gubernur yang sepakat dengan rencana pemerintah daerah (per kabupaten/kota) untuk dapat menetapkan kebijakan satu daerah memiliki satu objek wisata unggulan.
Dengan harapan, pemerintah daerah bisa fokus mengembangkan sektor pariwisatanya dan arah kebijakan pembangunan daerah pada sektor pariwisata akan lebih jelas.
Pagelaran sejumlah iven pariwisata juga selayaknya dilakukan seperti RTTF yang memiliki "rasa" budaya namun tetap dalam nuansa wisata ala' Riau. ***2*** (T.KR-FZR)