Jakarta (ANTARA) - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama K.H. Yahya Cholil Staquf memandang perlu memperkuat pengelolaan tatanan dunia setelah peristiwa serangan teroris atas Gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, 11 September 2001.
Menurut Gus Yahya, sapaan akrabnya, untuk keperluan itu, salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan menjaga keutuhan negara-bangsa.
Baca juga: Keluarga korban 9/11 desak penylidikan bukti FBI yang "hilang"
"Negara-bangsa adalah fondasi tata dunia setelah Perang Dunia II yang menopang stabilitas dan keamanan global saat ini," kata Gus Yahya saat menjadi pembicara dalam peringatan 20 tahun serangan atas Gedung WTC yang diselenggarakan oleh Regent University, Virgia, AS, Kamis (9/9).
Menurut Gus Yahya, negara bangsa harus ditopang lewat tradisi keagamaan dan budaya lokal yang kokoh dari serangan ideologi-ideologi transnasional yang didasarkan pada identitas agama, etnik atau ras, maupun gagasan-gagasan sekuler.
"Ini krusial sekali karena senyawa antara negara-bangsa, tradisi keagamaan dan budaya lokal adalah satu-satunya struktur dasar yang tersedia dalam tata dunia saat ini untuk mengelola proses negosiasi global menuju peradaban yang harmonis," kata Gus Yahya dikutip dari siaran pers, Sabtu.
Baca juga: Tiga teroris yang ditangkap di Bekasi dan Jakarta Barat ditetapkan jadi tersangka
Menurut dia, melalui kecermatan dalam pola adaptasi terhadap globalisasi tersebut, tatanan dunia diyakini akan makin membaik. Sebaliknya, jika negosiasi ini gagal, ketegangan-ketegangan baru bisa saja tak terhindarkan.
Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga menjelaskan potensi besar yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU) dengan tradisi keagamaan lokalnya yang kokoh serta bangsa Indonesia dengan visi Bhinneka Tunggal Ika dalam rangka membangun peradaban umat manusia.
Melalui tradisi keagamaan lokal dan visi bangsa itu, Gus Yahya menilai proses perwujudan konsensus menuju peradaban global yang harmonis bukanlah impian.
Gus Yahya diundang secara khusus oleh Regent University untuk berbicara pada pertemuan tingkat internasional yang membahas tentang pentingnya perdamaian global tersebut. Gus Yahya menyampaikan paparannya melalui rekaman video.
Baca juga: Basri eks pimpinan teroris Poso imbau Ali kalora CS untuk serahkan diri
Pembicara lain pada acara yang disiarkan secara internasional ini, antara lain mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, pendiri Regent University Pat Robertson, tokoh-tokoh dari kalangan diplomatik, ahli dan pemegang wewenang militer, keamanan dan hukum, serta intelektual AS.
Dekan The Robertson School of Government di Virginia University Michele Bachmann yang memandu acara itu memberikan apresiasi atas pidato Gus Yahya. Bahkan, Bachmann menyebut Yahya sebagai suara muslim terdepan dalam menghadapi ekstremisme.
Berita Lainnya
BPS catat harga gabah dan beras pada November mengalami penurunan
02 December 2024 16:27 WIB
BPBD catat ketinggian banjir rob sempat 40 centimeter pada Senin pagi
02 December 2024 16:18 WIB
BRK Syariah sabet penghargaan sebagai pionir digitalisasi pemerintah daerah
02 December 2024 16:15 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Pasukan Israel tak berhenti serang Lebanon selatan meski ada gencatan senjata
02 December 2024 13:34 WIB
Dietisien: Tempe merupakan produk nabati yang baik untuk jantung
02 December 2024 13:23 WIB
Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
02 December 2024 12:47 WIB
Badan Gizi Nasional tinjau dapur penyedia makan bergizi di lanud
02 December 2024 12:34 WIB