Harga kedelai naik, begini kata DisdagperinKopUKM Meranti

id Kedelai naik, harga kedelai, kedelai meranti, pembuat tempe

Harga kedelai naik, begini kata DisdagperinKopUKM Meranti

Ilustrasi pedagang kedelai. (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)

Selatpanjang (ANTARA) - Beberapa pekan terakhir, harga kedelai merangkak naik sehingga berdampak bagi pembuat tempe di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Kenaikan itu sempat beberapa kali terjadi di tengah pandemi COVID-19. Menanggapi hal tersebut, Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (DisdagperinKopUKM) Kepulauan Meranti menyikapinya dengan wajar.

Setelah dilakukan pengecekan di lapangan, Kabid Perdagangan Ade Suhartian mengatakan, kenaikan harga tidak hanya terjadi di Kepulauan Meranti saja, melainkan terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia.

"Kenaikannya memang nasional (terjadi di seluruh Indonesia). Di kabupaten/kota di Riau harganya ada yang Rp12.000 hingga Rp13.000 per kilogram," ungkap Ade.

Konsumen seperti pembuat tempe dan tahu kebanyakan mengambil stok kacang kedelai langsung ke distributor. Memang tak dipungkiri, mereka sekali memesan kedelai hingga 50 kilogram dengan harga Rp560 ribu untuk produksi besar.

"Saat dicek memang harganya Rp550 ribu hingga Rp560 ribu. Kenaikan harga itu memang sudah lama. Tapi ada kami temui beberapa distributor sedang kekosongan stok," jelas Ade lagi.

Sebelumnya sejumlah pembuat tempe di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau mengeluhkan dengan naiknya harga kacang kedelai.

Hal itu seperti diungkapkan Sodiah (51), warga Gang Jambu, Desa Alahair, Kecamatan Tebingtinggi, baru-baru ini.

Ia tidak bisa menentukan pilihan, selain terus melanjutkan produksi tempe untuk mencukupi pendapatan ekonominya. Meskipun hanya berpeluang kecil mendapatkan keuntungan lebih.

"Kita jadi payah untuk mencukupi penghasilan. Sebab kedelai naiknya separuh harga dari yang biasanya," kata Sodiah dengan senyum tipisnya.

Baca juga: Harga kedelai naik, pembuat tempe di Meranti terpaksa kurangi produksi

Sodiah biasanya membeli kacang kedelai rata-rata dengan ukuran berat karung 50 kilogram seharga Rp350 ribu. Kini sudah naik menjadi Rp560 ribu. Jadi selisih harga kenaikan harga mencapai Rp210 ribu.

"Sudah Rp 560 ribu sekarang, jadi dalam sehari saya hanya memproduksi tempe sebanyak 18 kilogram saja. Sedangkan sebelumnya bisa buat banyak yaitu 30 kilogram," tuturnya.

Tak hanya itu, Sodiah juga mengatakan meski kedelai naik, dirinya terpaksa mengurangi porsi atau ukuran tempe menjadi agak kecil. Kalau menaikkan harga tempe, ia khawatir sepi pembeli.

"Saya khawatir tidak ada yang mau membeli kalau dinaikkan harga. Sedangkan sekarang ini saja sudah sepi pembeli, meskipun hanya beberapa," ungkap dia.