Kisah antara PT CPI, Kota Duri, dan warga tempatan (bag dua)

id PT CPI,CPI, chevron

Kisah antara PT CPI, Kota Duri, dan warga tempatan (bag dua)

Peresmian Jalan Duri-Dumai pada 1958. (ANTARA/HO-PT CPI)

 Pekanbaru (ANTARA) - Dilansir dari Warta Caltex No 20, 1989,halaman 20, dalam catatan Benny Alimin, kegiatan eksplorasi di daratan Riau memang bermula di sekitar Duri dan meningkat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Kegiatan tersebut membawa dampak besar bagi perkembangan sekitarnya. Daerah-daerah permukiman yang tadinya terpencil dan terisolasi mulai terbuka seiring dengan ditemukannya lapangan minyak baru dan dibangunnya jalan-jalan untuk menunjang operasi PT CPI. Lapangan kerja baru juga terus meningkat bagi penduduk setempat maupun pendatang.

Tahun 1954, Lapangan Duri mulai berproduksi. Untuk memperlancar kegiatan operasi dan pengiriman minyak ke dermaga Dumai, PT CPI waktu itu membangun jalan dan jaringan pipa sepanjang 57 kilometer antara Duri dan Dumai. Jalan dan jaringan pipa ini diselesaikan pada tahun 1958, disusul dengan pembangunan jembatan pontoon pada 1959 yang menghubungkan Kota Pekanbaru bagian selatan dan utara.

Rampungnya jembatan pontoon yang menyeberangi Sungai Siak di Pekanbaru ini merupakan awal terhubungnya jalan darat dari Kota Padang di pantai barat Sumatra dengan Kota Dumai di pantai timur. Terbukanya lalu lintas darat yang memotong Sumatera Bagian Tengah ini mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kota-kota di pesisir timur Pulau Sumatera, terutama Duri dan Dumai. Jembatan pontoon Siak diganti oleh Caltex dengan dibangunnya Jembatan Siak yang permanen pada tahun 1977.

Jalan Minyak

"Dengan adanya operasi Caltex (PT CPI) di Duri, kota ini berkembang pesat. Seluruh lapisan masyarakat datang dari berbagai penjuru sehingga memberikan dampak luar biasa bagi perekonomian daerah dan masyarakat," kata Nasir. Pria berusia 61 tahun ini tampak begitu bersemangat menceritakan bagaimana Kota Duri ini tumbuh dan berkembang.

Seiring kehadiran kegiatan produksi minyak, lanjut Nasir, pembangunan berbagai infrastruktur mulai terlihat seperti akses jalan, sekolah, kantor pemerintah, jembatan, sarana ibadah, maupun rumah adat suku-suku yang ada di Kota Duri. "Dulu akses yang ada itu jalan minyak yang dibangun PT CPI untuk memperlancar kegiatan operasionalnya. Belakangan jalan minyak ini diaspal dan kini menjadi jalan nasional yang dikelola pemerintah," terang Nasir.

Sebelum sejumlah daerah lain di Riau maju, Duri sudah lebih duluan mengenal jalan berminyak. Ini tentu sebelum adanya jalan aspal seperti sekarang. Jalan minyak dibuat oleh PT CPI untuk membuka akses ke berbagai lokasi-lokasi wilayah produksi minyak. Proses pembuatan jalan berminyak adalah dengan mengeraskan tanah (jalan) dengan lapisan minyak mentah. "Ciri khas dari jalan berminyak menjadi kenangan tersendiri bagi saya dan orang-orang yang pernah hidup dan dibesarkan di Kota Duri," ujar Nasir.

Terhubungnya jalan Duri-Dumai. (ANTARA/HO-PT CPI)


Fasilitas dan infrastruktur

Pada 1960, atau dua tahun setelah pembentukan Provinsi Riau, Duri menjadi Ibu Kota Kecamatan Mandau. Kantor pertamanya di Pokok Jengkol, atau di lingkungan Kantor Lurah Batang Serosa dan Kantor Urusan Agama (KUA) sekarang. Pada tahun 1977, Kantor Camat Mandau pindah lokasi ke kantor yang sekarang di Jalan Sudirman No. 56 Duri.

Pada tahun 2003, Kecamatan Mandau dimekarkan menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir. Kecamatan Pinggir dulu dikenal dengan nama Sebanga yang merupakan pusat ekonomi di pinggiran Duri dan menjadi pintu masuk ke Kota Duri dari jalan raya Pekanbaru-Dumai.

Kemudian pada tahun 2017, Kecamatan Mandau dimekarkan lagi dengan pembentukan KecamatanBathinSolapan. Begitu juga dengan Kecamatan Pinggir yang dimekarkan dengan pembentukan Kecamatan Talang Muandau.

Terdapat tiga pusat kegiatan di Duri, yaitu Pasar Simpang (di Jalan Sudirman), Jalan Hang Tuah, dan Sebanga. Pasar Simpang dikenal sebagai wilayah pasar utama, tak jauh dari pasar terdapat pusat perbelanjaan menengah mandiri, pasar swalayan Ramayana, dan Mandau City Mall (Mancy). Selain itu, terdapat kantor pos dan kantor kecamatan yang dilengkapi dengan gedung pertemuan Bathin Batuah, puskesmas, RSUD, rumah makan, restoran, perpustakaan, hotel, bank dan beberapa toko buku.

Jalan Hang Tuah sebagai pusat permukiman, yang kemudian juga dipenuhi ruko, pertigaan Pokok Jengkol, terdapat SMA Negeri 2 Mandau dan Sebanga awalnya adalah pusat terminal bus di Duri yang akan menuju ke Pekanbaru dan Sumatra Barat. Karena itu awalnya banyak loket, bengkel, dan tempat peristirahatan di sini dan menjadi tempat yang ramai. Namun, kegiatan ekonomi perlahan pindah ke Pasar Simpang. Populernya kendaraan travel yang tidak terikat keberadaan terminal membuat turunnya peminat penumpang bus.

Dari sisi sumber mata pencarian, kini masyarakat telah melakukan diversifikasi. Tidak hanya bergantung pada kegiatan produksi minyak. Camat Mandau Riki Rihardi menjelaskan, dalam sektor ekonomi, perkebunanmerupakan sektor pertanian terdepan di Kecamatan Mandau, terutama perkebunan karet dan kelapa sawit.