Pekanbaru (ANTARA) - Meski pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau mengalami perlambatan akibat pandemi COVID-19 sejak 2020 lalu, namun nilai ekspor secara kumulatif provinsi berjuluk "Bumi Lancang Kuning" itu menunjukkan kinerja positif dengan kenaikan 11,31 persen dibandingkan tahun 2019.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau di Pekanbaru, Rabu, secara kumulatif nilai ekspor Riau Januari-Desember 2020 mencapai 13,81 miliar dolar AS. Jumlah tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 11,31 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.
"Kenaikan disebabkan oleh naiknya ekspor non migas sebesar 14,23 persen," kata Kepala BPS Riau, Misfaruddin.
Nilai ekspor Riau pada 2020 didominasi oleh ekspor non minyak dan gas (migas) yang mencapai 13,24 miliar dolar AS. Menurut dia, kenaikan ini didorong oleh naiknya ekspor industri sebesar 13,62 persen, dan ekspor pertanian sebesar 75,07 persen.
Ekspor pertanian mayoritas adalah komoditi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan turunannya. Ekspor nonmigas ke 10 negara tujuan utama memberikan kontribusi sebesar 64,84 persen terhadap total nilai ekspor nonmigas Riau.
Dari 10 negara tujuan utama, lima diantaranya memberikan kontribusi terbesar, yakni Tiongkok 2,32 miliar dolar AS (17,49 persen), selanjutnya India 1,74 miliar dolar AS (13,17 persen), Pakistan 739,52 juta dolar AS (5,59 persen), Belanda 719,21 juta dolar AS (5,43 persen), dan Malaysia 672,87 juta dolar AS (5,39 persen). Kontribusi kelimanya mencapai 47,07 persen, sedangkan lima negara lainnya memberikan kontribusi sebesar 17,77 persen.
Sedangkan ekspor migas turun sebesar 30,00 persen pada tahun 2020. "Penurunan ekspor migas disebabkan oleh turunnya ekspor minyak mentah sebesar 45,44 persen, dan ekspor industri pengolahan hasil minyak sebesar 2,87 persen," katanya.
Sementara itu, ia mengatakan nilai impor Riau secara kumulatif pada 2020 sebesar 1,32 miliar dolar AS, atau menurun sebesar 8,35 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian juga impor nonmigas mencapai 1,20 miliar dolar AS, atau menurun sebesar 6,39 persen.
Dengan kondisi tersebut, Misfaruddin mengatakan neraca perdagangan Provinsi Riau Januari-Desember 2020 mengalami surplus sebesar 12,50 miliar dolar AS, yang dipicu oleh surplus sektor nonmigas sebesar 12,04 miliar dolar AS dan sektor migas 451,68 juta dolar AS.
Dari sisi volume perdagangan, lanjutnya, mengalami surplus sebesar 21,5 juta ton. "Hal tersebut didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan sektor nonmigas sebesar 20 juta ton, dan sektor migas sebesar 1,5 juta ton," ujarnya.
Baca juga: Memanfaatkan peluang "superfood" rumput laut demi dukung ekonomi nasional
Baca juga: Iklim investasi Riau tetap cerah meski pandemi, realisasi investasi 2020 capai Rp49,64 triliun
Baca juga: Meski masih terdampak pandemi, pemulihan ekonomi Indonesia bergerak positif
Berita Lainnya
Presiden Prabowo bertemu PM Pakistan bahas kerja sama ekonomi dan perdagangan
19 December 2024 12:05 WIB
Wamendagri Bima Arya minta Pemda tingkatkan PAD untuk dorong pertumbuhan ekonomi
14 December 2024 13:34 WIB
Pertumbuhan ekonomi Jerman diprediksi akan tetap lemah pada 2025
13 December 2024 17:07 WIB
Ketua MPR sebut Prabowo Subianto bertekad bangun sektor ekonomi kerakyatan
12 December 2024 11:17 WIB
Airlangga sebut HARBOLNAS 2024 mampu dongkrak ekonomi digital Indonesia
07 December 2024 16:32 WIB
Jurnalis Riau bahas kecerdasan buatan untuk bantu menulis berita ekonomi
06 December 2024 20:26 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Nilai tukar rupiah meningkat di tengah proyeksi ekonomi Indonesia yang solid
28 November 2024 16:12 WIB