Durasi bukan jadi acuan, film panjang dan pendek sama derajatnya

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, corona

Durasi bukan jadi acuan, film panjang dan pendek sama derajatnya

Penulis naskah Gina S. Noer di gelaran FFI 2019 pada Minggu (8/12/2019). (ANTARA/Nanien Yuniar/pri.)

Jakarta (ANTARA) - Durasi bukanlah acuan dalam menentukan gengsi sebuah film. Menurut penulis skenario Gina S. Noer, film pendek dan film panjang punya derajat yang sama.

"Setiap bentuk bercerita punya derajat sama, bukan cuma soal kemudahan atau kesempatan, tapi pilihan kreator," kata pemilik nama lengkap Retna Ginatri S. Noer di lokakarya "Development: Seni Berpikir Panjang", Selasa.

Baca juga: Film dokumenter Putri Diana akan tayang di bioskop pada 2022

Oleh karena itu, tidak boleh ada anggapan yang memberi kesan film pendek itu gampang dan tidak setara dengan film panjang. Semuanya kembali pilihan berkreasi si pembuat film.

Sebab, pada dasarnya proses pengembangan cerita pada film pendek atau panjang sama saja.

Penulis skenario film "Dua Garis Biru", "Keluarga Cemara", "Posesif" dan "Ali & Ratu-Ratu Queens" ini menuturkan soal bercerita.

"Bercerita adalah seni memfokuskan. Fokus, berarti paham apa esensinya," ujar Gina.

Esensi dari eksplorasi cerita karakter yang tumbuh dalam perubahan. Karakter dalam medium apa pun, entah itu film pendek atau panjang, akan ada di dua kondisi dasar, yakni kondisi awal dan kondisi akhir.

Sesingkat dan sepanjang apa pun sebuah film atau serial, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kondisi awal dan akhir karakter, sejauh mana karakter itu bertumbuh.

Setia kepada perkembangan karakter akan menjadi pegangan kuat ketika penulis sedang merasa buntu atau bingung karena merasa cerita melebar kemana-mana.

"Kita akan uji lagi, apa kondisi awal dan akhir yang kita inginkan," ungkap dia.

Saat ini ada banyak medium untuk bercerita dan cara mengeksplorasinya pun bermacam-macam.

Misalnya, film di bioskop membuat penonton harus duduk manis hingga akhir, sementara di platform streaming film penonton punya kuasa untuk melewati beberapa bagian atau bahkan menyetelnya dalam kecepatan di atas normal.

Kiat membuat sebuah cerita jadi menarik di setiap medium belum tentu sama. Memahami cara memikat penonton secara spesifik yang sesuai dengan mediumnya bakal membuat aneka pilihan ini menjadi menarik, kata dia.

Sebelum mengembangkan cerita, penulis harus memahami alasan memilih cerita tersebut, apa yang akan dikembangkan dari karakter serta alasannya, cara membuat penonton terus penasaran serta memahami logika medium untuk bercerita.

Setelah membuat karakter, pahamilah apa motivasi tokoh-tokoh dalam cerita, apa tujuan yang ingin mereka capai, apakah hambatannya penting, apakah cara mendapatkan tujuan sudah menarik serta apakah cara berceritanya efektif.

Orang-orang yang mengembangkan cerita juga harus menyamakan visi dan melakukan riset secara cermat serta membuat aturan yang disepakati bersama.

"Harus paham juga kapan waktunya istirahat."

Dengan menyepakati hal-hal tersebut, yang perlu dikedepankan adalah cerita, bukan ego setiap orang.

"It's not about you, it's about the story," ujar dia.

Visi yang sudah disepakati menjadi panduan dalam mendiskusikan ide-ide yang muncul. Tidak semua ide yang muncul langsung terbentuk sempurna awalnya, bentuklah bersama-sama hingga terbangun cerita yang solid.

Gina juga menuturkan kiat membuat kejutan tak terduga dalam sebuah cerita.

"Sama kayak bikin jokes dan horor, ada set up dan reveal."

Buatlah logika yang menuju ke arah tertentu, tanam detail tiap detail sehingga penonton mempercayainya, tapi di sisi lain berilah petunjuk di sana-sini sehingga penonton bisa memahami twist yang disajikan memang masuk akal.

Baca juga: Aktor Eddie Hassell tewas tertembak

Baca juga: Netflix akan segera produksi film sekuel sampingan "Kingdom"


Pewarta: Nanien Yuniar