Pekanbaru (ANTARA) - Hanya dua kata keluar dari mulut Ibu Krisnaningsih (54), "Gampang kok". Pernyataan itu terkait pemberian layanan berobat bagi penderita kanker di era pandemi COVID-19 di rumah sakit rujukan.
Tetap pakai protokol kesehatan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pakai masker dan tidak boleh lepas, dan jaga jarak fisik yang aman.
"Untuk lebih jaga-jaga lagi, bahkan saya menggunakan face shield dan berikutnya saat masuk ke pintu rumah sakit harus satu per satu, dicek suhu tubuh pakai thermo gun. Ditanya dulu sama perawat yang mengenakan APD, apakah saya pernah ke luar Provinsi Riau, dan itu tidak boleh bohong," katanya.
Tentu saja, dirinya jujur bahwa tidak pernah ke luar dan hanya di rumah saja. Saat sudah bertemu dengan dokter di Klinik Kanker Terpadu, Seruni, di Jalan Mustika, RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, ia pun mendapat resep dan langsung ke bagian apotik untuk mengambil obat di lingkup RSUD Arifin Achmad. Obat itu untuk diminum selama sebulan.
Dan selama setiap satu kali sebulan itu pula, Krisnaningsih harus bertemu dengan dokter yang memeriksa kesehatannya. Selain itu, untuk mengambil rujukan, juga gampang, dua hari sebelum jadwal periksa dokter, cukup mendaftar secara online saja. Tidak perlu menunggu lama-lama di RSUD Arifin Achmad, dan tinggal ambil nomor lagi di satpam rumah sakit. Bahkan untuk pindah FKTP bisa dilakukan melalui aplikasi mobile JKN atau datang langsung ke kantor BPJS terdekat.
Sebelumnya, saat mengenang dirinya, Krisnaningsih yang merupakan penderita kanker payudara stadium empat, berulang kali telah mengucap syukur karena penyakit yang dideritanya berhasil dioperasi dengan menggunakan kartu BPJS Kesehatan yang didaftarkan suaminya sejak awal PT Askes bertransformasi ke JKN-KIS itu. Sebagai isteri dari suami yang menjadi karyawan tentu dirinya tergabung dalam kepesertaan sang suami.
"Sebagai peserta JKN-KIS aktif, Alhamdulillah saya sangat terbantu dalam menjalani operasi kanker karena dibiayai dari iuran yang dibayarkan oleh peserta lainnya, dan untuk mengambil rujukan dari Puskesmas bisa dilakukan per tiga bulan," kata Krisnaningsih.
Menurut Krisna, dirinya terdeteksi mengidap kanker awal 2010, dan waktu itu status kanker sudah stadium 2A, dan karena stres dirinya langsung mengundurkan diri dari medis dan lari ke pengobatan alternatif selama empat tahun.
Tahun 2014, katanya menceritakan, payudaranya sudah pecah dan mengalami kesakitan yang luar biasa. Krisnaningsih adalah penderita yang mengalami CA mamae bilateral (keduanya kena). Pada tahun 2014, pecahlah payudara sebelah kiri lagi, yang sebelah kanan menyusut habis.
"Dan pertengahan tahun 2014 itulah, saya ke Solo untuk melakukan pengobatan medis, dengan memindahkan BPJS Kesehatan saya ke Solo," katanya.
Saat menjalani operasi dan kemoterapi, ia ditangani RS Kasih Ibu Solo, dan untuk proses radiasi dilakukan di RSU DR Muwardi Solo.
Krisnaningsih adalah peserta BPJS Kesehatan kelas I, yang dibayarkan oleh perusahaan PT Asa Tenera Prima yang bergerak di bidang jasa konsultan perkebunan, sebuah perusahaan yang merupakan join dari almarhum suaminya dan teman-temannya.
Sejak 2019 hingga Agustus 2020 ini, Krisnaningsih masih menjalani rawat jalan. Untuk pasien kanker seperti dirinya, tidak ada istilah sembuh, apalagi dengan kondisi dirinya yang sudah terlambat menjalani pengobatan.
"Sekarang untuk obat yang utama dari dokter satu macam untuk per bulan harganya Rp2 juta-an, dan itu masih dicover BPJS Kesehatan. Kalau lainnya, obat pendamping yang saya minum, penambah kalsium dan paling vitamin untuk penambah stamina saja ," katanya.
Krisnaningsih sempat mengingat kembali saat setelah operasi dan belum menjalani kemoterapi selama tiga bulan, dirinya sempat tidak bisa berjalan, ternyata dampak kanker itu sudah menyebar ke tulang belakang yang menyebabkan kaki kanannya terasa sakit sekali kalau digerakkan.
"Setelah itu baru mulai kemoterapi dan saya bisa berjalan lagi. Untuk sekali kemo saja menghabiskan biaya Rp15 juta sedangkan saya hingga enam kali kemo," tuturnya.
Krisnaningsih menyebutkan, suaminya memintanya untuk memilih dioperasi di Solo, kampung halamannya karena di sana juga banyak saudara dan kerabat dekat lainnya.
"Suami dan anak-anak selalu memberikan dukungan, dan Alhamdulillah operasi berjalan lancar, terbantu dengan BPJS Kesehatan, dan bersyukur juga saya telah diberi umur panjang oleh Allah SWT, hingga kini," katanya.
Biaya operasi pertama di Solo, hingga biaya obat-obatan dan termasuk kemoterapi, katanya, dihitung-hitung oleh suaminya, Joko Kuwato waktu itu, mencapai Rp1,5 miliar, cukup besar dan sungguh sulit rasanya untuk membiayai pengobatan dengan anggaran sebanyak itu.
"Pada awalnya saat mengurus rujukan, memang harus antre tetapi kini antrean tidak lagi. Namun banyak teman-teman yang berobat menggunakan kartu BPJS Kesehatan mengaku kesulitan lebih karena mereka tidak mau mengikuti prosedur yang sudah dijelaskan," katanya.
Deputi Direksi BPJS Kesehatan Sumbagteg Jambi Eddy Sulistijanto Hadie menyatakan untuk mengurus pindah fasilitas kesehatan itu sangat mudah, salah satunya peserta bisa mengunduh aplikasi mobile JKN dan nanti bisa memindahkan fasilitas kesehatannya melalui aplikasi itu.
"Peserta JKN-KIS tidak perlu ke kantor cabang lagi untuk mengurangi antrean, dan cukup gunakan mobile JKN ," katanya.
Penyakit Kanker yang sudah dibiayai oleh BPJS Kesehatan wilayah Sumbagteng Jambi hingga tahun 2020, sebesar Rp38,4 miliar untuk 5.285 kasus.
Menurut Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional ProfSoehartati GondhowiardjoMD PhD, pemeriksaan payudara sendiri atau sering dikenal SADARI bisa dilakukan setiap bulan pada wanita berusia mulai 20 tahun.
"Hidup sehat menghindari kanker oleh wanita atau perilaku cerdik untuk mencegah penyakit tidak menular itu yakni, cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stres," katanya.
Berita Lainnya
BPJS Kesehatan dorong pemda di Riau tingkatkan keaktifan peserta di desa
04 December 2024 19:33 WIB
Pj Gubernur Riau sebut cakupan pelayanan kesehatan di Riau capai 98,41 persen
20 November 2024 20:56 WIB
BPJS Kesehatan Sumbagteng luncurkan buku saku terapi hemofilia
22 October 2024 22:35 WIB
Potret Satu Dekade Program JKN dan Tantangan Pemerintahan Baru
25 September 2024 21:02 WIB
BPJS Kesehatan berperan wujudkan pelayanan kesehatan semesta
13 July 2024 21:09 WIB
DJSN perkuat literasi jaminan sosial untuk pelajar
16 May 2024 21:58 WIB
BPJS Kesehatan Sumbagteng-Jambi percepat layanan kesehatan adil dan merata
03 May 2024 14:45 WIB
BPJS Kesehatan dan Dinkes Dumai siagakan pelayanan medis selama libur lebaran
21 March 2024 13:51 WIB