Zurich (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin bersikap sangat berhati-hati dalam mendukung penggunaan plasma pasien COVID-19 yang telah sembuh untuk mengobati orang yang sakit.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengatakan bukti bahwa plasma mampu menyembuhkan "berkualitas rendah" bahkan di saat Amerika Serikat mengeluarkan otorisasi darurat untuk terapi semacam itu.
Baca juga: Kasus COVID-19 di Amerika Serikat per 28 Juli capai 4.339.997 kasus dengan 148.866 kematian
"Ada sejumlah uji klinis yang dilakukan di seluruh dunia yang mengamati dampak penggunaan plasma pasien yang sembuh dibandingkan dengan perawatan standar," kata Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO.
"Hanya sedikit dari mereka yang benar-benar melaporkan hasil sementara ... dan saat ini, kualitas bukti masih sangat rendah," katanya dalam konferensi pers.
Baca juga: Amerika Serikat cabut imbauan perjalanan global terkait COVID-19
Baca juga: Kasus COVID-19 di Amerika Serikat naik terus, kini hampir 55.000 per hari
Sumber: Reuters
Pewarta : Gusti Nur Cahya Aryani
Berita Lainnya
Gunung Ruang punya potensi bahaya awan panas hingga banjir lahar yang perlu diwaspadai
02 May 2024 14:19 WIB
Kaitan konsumsi gula dengan timbulnya jerawat menurut para ahli
02 May 2024 14:02 WIB
Kemenpora gelar nobar galang dukungan untuk Garuda Muda agar lolos Olimpiade
02 May 2024 13:55 WIB
Seribu lebih wisatawan berkunjung ke Pulau Seribu saat libur Hari Buruh
02 May 2024 13:44 WIB
Presiden Jokowi sebut pilih saksikan laga Indonesia vs Irak di kamar
02 May 2024 13:36 WIB
Majelis Umum PBB dijadwalkan akan lanjutkan sidang darurat soal Timur Tengah
02 May 2024 13:09 WIB
Satu unit kapal wisata di Labuan Bajo terbakar
02 May 2024 12:53 WIB
Sepasang panda raksasa China telah tiba di Spanyol
02 May 2024 12:34 WIB