Pekanbaru (ANTARA) - Jusniati, perempuan paruh baya yang tinggal di Komplek Permai Sialang Indah, Desa Kubang Jaya, Kabupaten Kampar, Riau mengaku trauma setiap kali mendengar suara mesin pesawat melintasi atap rumahnya pasca insiden jatuhnya Hawk di perumahan itu, Senin kemarin (15/6).
"Setiap kali mendengar suara pesawat jantung saya berdegup lebih cepat. Saya masih terbayang-bayang insiden kemarin itu," kata wanita berhijab yang juga akrab disapa Upik itu kepada Antara di lokasi kejadian, Selasa.
Upik telah tinggal di perumahan itu sejak 1990 silam. Perumahan Upik memang berlokasi tidak jauh dari ujung landasan pacu Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Bandara komersial yang dikelola PT Angkasa Pura II itu selama ini berbagi landasan pacu dengan pangkalan militer Roesmin Nurjadin.
Pangkalan militer tipe A di Sumatera itu diperkuat dua Skadron tempur dan diisi pesawat jenis F16 dan Hawk.
Setiap 30 menit hingga satu jam sekali, Upik mengatakan pasti mendengar suara pesawat yang terbang atau mendarat. Baik itu pesawat militer maupun sipil. Selama ini, dia sudah familiar dengan suara pesawat yang menggelegar terbang di atas atap rumahnya.
Namun sejak kemarin, dia mengaku trauma mendengar deru mesin burung besi tersebut. Terlebih, dia menjadi salah satu saksi mata ketika melihat jet tempur itu terbang tanpa awak setelah pilot melompat ke luar kokpit. Dia mengatakan pesawat itu terbang tak beraturan dan terlihat asap pada bagian ekor.
"Untung saja pesawat itu tidak jatuh menimpa rumah saya dan jatuh di sana, di rumah bagian ujung. Rumah itu kosong. Saya sangat bersyukur tidak ada korban jiwa di komplek kami," ujarnya.
Upik bercerita, sebelum pesawat itu jatuh dia sempat melihat burung besi buatan 1990 itu terbang cukup rendah sekitar 15 meter di atas permukaan tanah. Awalnya, pesawat mengarah ke kediamannya.
Baca juga: Pilot pesawat tempur jatuh di Kampar masih dirawat
"Saat itu saya sedang jualan lontong. Tiba-tiba pelanggan saya berteriak ada pesawat terbang rendah ke arah rumah saya. Sebelum jatuh pesawat itu berubah arah ke kanan. Sementara pilot jatuh di sana, ujung pohon rambutan," tuturnya seraya menunjuk ke arah barat sekitar 300 meter dari rumahnya.
Hingga kini, bangkai pesawat masih berada di lokasi kejadian. Pesawat itu urung dievakuasi karena TNI AU masih akan melakukan investigasi terkait insiden tersebut. Truk crane yang sempat berada di lokasi kejadian juga telah ditarik kembali.
"Evakuasi pesawat mungkin masih ada beberapa hari, kita masih akan melakukan investigasi," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Senin kemarin.
Baca juga: Flash - Pesawat TNI AU jatuh di Riau