Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Pengamat Ekonomi Madya Bank Indonesia (BI) Pekanbaru, Abdul Madjid Ikram, mengatakan ada 11 jenis proyek pembangunan yang bisa dilakukan Pemerintah Provinsi Riau dengan menerbitkan obligasi daerah sebagai sumber pembiayaan.
"Ada banyak kegiatan pemerintah daerah yang dapat dibiayai dengan obligasi daerah," kata Abdul Madjid kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa (25/10).
Ia mengatakan hal itu terkait potensi Pemerintah Provinsi Riau menerbitkan obligasi (surat hutang) sebagai instrumen pembiayaan pembangunan.
Sebanyak 11 kegiatan pembangunan yang bisa dibiayai obligasi daerah antara lain pelayanan air minum, penanganan limbah dan persampahan, transportasi, rumah sakit, pasar tradisional, dan tempat perbelanjaan. Kemudian bisa juga pusat hiburan, wilayah wisata dan pelestarian alam, terminal dan subterminal, perumahan dan rumah susun, hingga pelabuhan lokal dan regional.
"Saya menilai proyek pembangunan yang cocok dibiayai obligasi daerah di Riau adalah pembangunan rel kereta api untuk mengangkut hasil panen," katanya.
Ia menjelaskan, pemerintah daerah memiliki keleluasaan untuk menerbitkan obligasi daerah sesuai dengan regulasi UU No.33 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No.54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah. Provinsi Riau dinilai sangat mampu menerbitkan obligasi karena memiliki struktur APBD yang kokoh, pada tahun ini mencapai lebih dari Rp4 triliun.
Obligasi itu bisa menjadi sumber pembiayaan pembangunan yang jatuh temponya bisa diatur selama 15 hingga 20 tahun. Intinya, pemerintah daerah perlu menetapkan imbal balik (yield) obligasi lebih tinggi dari bunga deposito agar menarik bagi calon investor.
Syaratnya, lanjut Madjid, penerbitan obligasi daerah perlu mendapatkan persetujuan dari DPRD Provinsi Riau yang mengaturnya melalui Peraturan Daerah (Perda). Sebab, pemerintah daerah perlu menganggarkan secara rutin pengembalian "yield" tiap tahun untuk pemegang surat hutang.
"Karena itu, pemerintah daerah perlu memilih proyek yang tepat agar bisa memastikan pengembalian modal saat obligasi jatuh tempo," katanya.
Menurut dia, potensi obligasi daerah sangat besar karena ditunjang indikator resiko terus membaik yang sejalan dengan optimisme pemulihan ekonomi global dan solidnya pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data BI, perkembangan potensi pasar obligasi dinilai tumbuh positif karena likuiditas pasar obligasi korporasi meningkat ditandai peningkatan volume transaksi obligasi korporasi, syariah dan sukuk korporasi selama dua tahun terakhir.